Rabu, 19 Desember 2012

Pemimpin dan Tipe Kepribadian 2

Disari ulang oleh Kosmas Lawa Bagho

Para pembaca yang budiman. Beberapa waktu lalu, penulis menampilkan tipe-tipe kepribadian pemimpin (manajer) yang diperkenalkan oleh Psikoplog Florence Litteur. Saat ini, penulis berusaha melengkapi pengenalan kepribadian dimaksud agar kita bisa menentukan apa sih tipe yang dominan pada pribadi sendiri maupun para staf atau rekan kerja. Tentu tidak 100% benar namun test ini hanya melihat hal-hal yang dominan agar yang positif kita tingkatkan sementara yang negative kita hindari atau perkurang.
Read more...

Pemimpin dan Kode Etik Bisnis

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Tanggal 27 November – 01 Desember 2012 merupakan kesempatan berharga bagi penulis yang bisa mengalami langsung Pelatihan Pengembangan Kompetensi Manajerial (Managerial Comptency Development Program/Training) yang difasilitasi langsung oleh Alex Rudatin, Senior HRD Consultant di aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri  bersama dua puluh Sembilan manajer dan kepala bidang atau kepala cabang dari 19 koperasi kredit dan 1 Puskopdit Flores Mandiri.
Read more...

Kamis, 06 Desember 2012

Manajer dan Service Up, Service Down


 

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Penulis adalah salah seorang peserta dari dua puluh Sembilan manajer dan kepala bidang atau kepala cabang dari 19 koperasi kredit dan 1 Puskopdit Flores Mandiri yang  mengikuti kegiatan Pelatihan Pengembangan Kompetensi Manajerial (Managerial Comptency Development Program/Training) yang difasilitasi langsung oleh Alex Rudatin, Senior HRD Consultant di aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri sejak tanggal 27 November hingga 01 Desember 2012.

Read more...

Senin, 03 Desember 2012

Pemimpin dan Tipe Kepribadiannya


 

Disari ulang oleh Kosmas Lawa Bagho

Dua puluh Sembilan manajer dan kepala bidang atau kepala cabang dari 19 koperasi kredit dan 1 Puskopdit Flores Mandiri sangat beruntung bisa mengikuti kegiatan Pelatihan Pengembangan Kompetensi Manajerial (Managerial Comptency Development Program/Training) yang difasilitasi langsung oleh Alex Rudatin, Senior HRD Consultant di aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri sejak tanggal 27 November hingga 01 Desember 2012.
Read more...

Jumat, 16 November 2012

Ketrampilan Dasar Petugas Lapangan


 

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Ada banyak perdebatan tentang ketrampilan-ketrampilan dasar yang harus dimiliki seorang petugas lapangan koperasi kredit agar segala performance pelayanannya bisa efisien dan efektif untuk mendatangkan keuntungan produktif bagi koperasi kredit dan seluruh anggota yang berpayung di bawah koperasi kredit bersangkutan. Perdebatan atau boleh dikatakan perbedaan persepsi tersebut sangat bergantung pada latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, status dan apapun sehingga tidak bisa satu pemahaman tentang ketrampilan apakah yang cocok dan harus dimiliki seorang petugas lapangan koperasi kredit.
Read more...

Kamis, 15 November 2012

Lokakarya Penguatan Kapasitas Petugas Lapangan

Hasil Diskusi Kelompok 
Ende, 08-10 November 2012

Dicatat ulang oleh Kosmas Lawa Bagho

Pertanyaan Penuntun:
1.      Apa yang Anda ketahui tentang fungsi, tugas dan Wewenang Petugas Lapangan Koperasi Kredit!
2.      Apa yang Anda kerja sebagai Petugas Lapangan Koperasi Kredit selama ini dan apa dampak positif bagi Koperasi Kredit Anda!
3.      Bagaimana perasaan Anda sebagai Petugas Lapangan apabila Kopdit Anda bermasalah (tidak ada penambahan anggota, tidak ada pertumbuhan simpanan saham & non saham serta PAR-nya tinggi) dan bagaimana Anda mengukur kinerja kerja Anda!

Peserta yang berpartisipasi 30 orang dan dibagi dalam 6 kelompok diskusi.
Ikuti hasil diskusi yang penulis ketik sesuai aslinya untuk mendapatkan diskusi, kritik agar makin menigkatkan kualitas pengatahuan dan ketrampilan para petugas lapangan koperasi kredit. Selamat menikmati!

Read more...

Modernisme dan Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Para Pakar

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Setiap pakar dengan latar belakang kehidupan dan pendidikan serta persepsi memberikan teori modernisme dan pertumbuhan ekonomi secara berbeda-beda. Perbedaan perspektif ini lebih kentara antara pakar yang hidup pada dunia industri (dunia maju) dengan pakar yang hidup pada dunia pertanian (dunia ketiga) yang agak lebih miskin. Namun yang pasti para pakar modernisme dan pertumbuhan ekonomi memiliki landasan (paradigm) berpikir dengan tujuan yang sama adalah mewujudkan masyarakat sejahtera (bonum commune). “Bonum commune” merupakan pencaharian paling dalam setiap insan pada setiap Negara yang hadir dibawah kaki langit yang sama yang dinamakan planet bumi.
Read more...

Selasa, 13 November 2012

Membangun Komitmen Perubahan Melalui Raker


 

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Udara luar sangat panas. Para manajer koperasi kredit dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri menikmati udara sejuk, segar dan nyaman di dalam ruangan full-ac. Ruangan itu cukup luas dengan interior yang cukup menarik. Dilengkapi alat soundsystem yang mumpuni dengan ruangan cukup luas. Namun tidak diketahui persis, suasana hati ke-26 peserta yang berdiskusi secara serius profesionalisme pelayanan dan komitmen melakukan perubahan dalam tenda rapat kerja manajer (Raker).
Read more...

Kegelisahan Sebuah Hati


Oleh Kosmas Lawa Bagho

Tanggal 11 November 2012, telah terjadi kegiatan Kongres Orang Muda Koperasi Kreatif yang disponsori Koperasi Kredit Serviam Ende dalam rangka Hari Sumpah Pemuda 28 Oktober dan Hari Pahlawan 10 November 2012 dengan menggandeng BEM Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat (STPM) Santa Ursula Ende di aula STPM dengan menghadirkan rencananya 100 orang muda (mahasiswa/i) namun yang hadir sekitar 6o peserta dengan para pejabat teras seperti Suster Ketua Yayasan Nusa Bhakti, Sr. Kristofora, OSU, Ketua STPM, Ibu Yulita Eme, Manajer Puskopdit Flores Mandiri, Drs. Mikhael H. Jawa, Ketua Kopdit Serviam Ende, Kosmas Lawa Bagho, S.Fil dan seluruh unsure pengurus, pengawas, penasihat dan staf manajemen Kopdit Serviam Ende.
Read more...

Minggu, 11 November 2012

Cas Gairah Kerja Melalui Lokakarya



Oleh Kosmas Lawa Bagho

Tiga puluh petugas lapangan koperasi kredit yang berpayung dibawah Puskopdit Flores Mandiri melakukan “cas” gairah kerja melalui Lokakarya Penguatan Kapasitas yang dilaksanakan di aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri sejak tanggal 8 November hingga 10 November 2012. Kegiatan lokakarya itu sendiri dibuka oleh Mikhael H. Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri dan dibimbing oleh Kosmas Lawa Bagho, Kepala Bidang SDM sekaligus koordinator audit Puskopdit Flores Mandiri.

Read more...

Selasa, 23 Oktober 2012

Kehadiran Anggota Turut Menentukan Keberhasilan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Salah satu indikator sehat tidaknya perjalanan organisasi dan usaha koperasi kredit juga ditentukan oleh rapat anggota. Koperasi kredit secara tertib melaksanakan rapat anggota menunjukkan bahwa koperasi kredit bersangkutan masih cukup sehat meski bukan satu-satunya.Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah apakah semua anggota mengikuti dan menghadiri rapat anggota tahunan yang setiap tahun dijalankan oleh koperasi kredit.
Read more...

Manajemen Perkreditan Koperasi Kredit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Flores Mandiri sangat intens dan fokus dalam upaya pengembangan sumber daya manusia para pengelolanya baik manajer dan staf (operasional) maupun sejak tahun 2011 mulai memfokuskan diri pada pengurus dan pengawas. "Pengembangan SDM menjadi kunci utama maju mundurnya sebuah lembaga keuangan apalagi lembaga pemberdayaan masyarakat akar rumput seperti koperasi kredit," kata Mikhael dihadapan 37 peserta pelatihan Manajemen Perkreditan Kopdit di Aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri tanggal 10 Oktober 2012. Lebih lanjut Mikhael menambahkan bahwa sebagai pengelola operasional apalagi yang menjaga bagian pintu terakhir keuangan koperasi kredit maka para staf perkreditan hendaknya tahu, paham dan mengetahui seluk-beluk perkreditan agar uang pinjaman yang keluar kepada anggota dipastikan aman dan bisa kembali ke kantor koperasi kredit. Banyak kali hal ini kurang diperhatikan maka munculnya kredit macet dengan PAR (Portofolio at Risk) cukup tinggi pada setiap koperasi kredit. Untuk bisa memastikan hal tersebut, staf perkreditan harus memahami secara baik alur akuntansi koperasi kredit yang standar. Harus bisa membedakan debet-kredit serta akun-akun yang terdapat di dalamnya. "Puskopdit Flores Mandiri tidak main-main dengan pengatahuan, pemahaman serta keahlian akuntantansi," tegas Mikhael berkali-kali. Dalam kegiatan sebelum melanjutkan dengan manajemen perkreditan, 37 peserta diuji kembali kemampuan berakuntansi. Hasil test menunjukkan hal yang sangat mengecewakan sebab peserta yang sebagian telah dibekali selama 60 hari (OJT=On Job Training) di Puskopdit ternyata hanya 19 orang yang mendapatkan nilai 6 ke atas. Berdasarkan kesepakatan para pembimbing maka ke-18 orang yang mendapat nilai 5 kebawah harus kembali dulu ke koperasi kredit masing-masing untuk mendalami akuntansi sebagai ilmu dasar atau persyaratan dasar bekerja di koperasi kredit. Ke-18 orang tadi ada yang cukup emosional menanggapi kejadian tersebut tetapi sebagian besar bisa menerima dan berjanji untuk mendalami secara sungguh-sungguh. Ke-19 peserta terus melanjutkan pelatihan dengan fokus pada pemahaman akuntansi dasar secara manual dilanjutkan dengan akuntansi program Sikopdit CS serta sistem pengambilan data perkreditan melalui Sikopdit CS ditransfer ke Ms Acces 2007 dan kembali ke Excel untuk mendapatkan data akurat demi kepentingan koperasi kredit. Kegiatan itu sendiri berlangsung sejak tanggal 10-13 Oktober 2012 yang dipandu oleh Mikhael H. Jawa, Manajer, Filomena Peti, Kabid Keuangan, Kosmas Lawa Bagho, Kabid. Diklat merangkap Koordinator Audit, Oswaldus Romanus Minggu, Staf Diklat merangkap staf audit. Para peserta yang awalnya ketakutan dengan berbagai test, akhirnya mereka umumnya bangga dan senang menerima berbagai tahapan persiapan yang dilakukan oleh Puskopdit Flores Mandiri apalagi mereka menyadari bahwa "merekalah" para penerima estafet pengelolaan koperasi kredit masa depan. Bagaimana nasibnya jika para generasi pelanjut koperasi kredit ini yang cor-bussinesnya keuangan tidak mengetahui atau memahami siklus akuntansi. Tentu bagaikan berjalan di hutan belantara kegelapan dan tentunya koperasi kredit tidak akan berkembang sebagaimana mestinya. "Terima kasih Puskopdit Flores Mandiri, terima kasih koperasi kredit dan terima kasih kepada Tuhan yang telah memberikan kami waktu untuk mengalaminya meski awalnya ada ketakutan dan keraguan. Kami berjanji untuk terus belajar dan praktek demi masa depan koperasi kredit yang lebih jaya dan para anggotanya lebih sejahtera," kata Yuliana Kue, salah seorang peserta dari Koperasi Kredit Malajaya, Wolosambi. Mikhael Jawa menjawab harapan peserta dengan mengatakan bahwa diharapkan tahun 2013, kita bebas (melek) akuntansi sehingga bisa dikembangkan ketrampilan dan keahlian lain untuk pengembangan koperasi kredit dan puskopdit ke arah lepas landas agar bisa terbang tinggi bagaikan pesawat ulang aling. Selamat belajar seumur hidup! Read more...

Selasa, 09 Oktober 2012

Kompetensi Pengawas Perlu Ditingkatkan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pengawas merupakan salah satu komponen penting yang dipilih oleh anggota melalui Rapat Anggota Koperasi Kredit memiliki peran yang sangat strategis dalam mengontrol dan mengawasi kinerja organisasi dan keuangan koperasi kredit. Tidak berlebihan dapat dikatakan bahwa pengawas hendaknya lebih cerdas dari pada pengurus (penetap kebijakan organisasi dan keuangan koperasi kredit) dan manajemen sebagai penanggungjawab operasional. Oleh karena itu, pengawas hendaknya memiliki ketrampilan, pengatahuan dan kemampuan untuk melakukan pemeriksaan, penelitian, pengawasan serta melakukan analisis untuk memberikan saran atau rekomendasi yang tepat sasar demi meningkatkan performance pelayanan koperasi kredit kepada anggota dan masyarakat luas. Pengawasan dan pengontrolan menjadi lebih mendesak karena pertumbuhan dan perkembangan anggota, modal dan asset koperasi kredit saat ini sungguh luar biasa didukung dengan kepercayaan masyarakat semakin besar menginvestasi keuangan dan masa depannya pada lembaga koperasi kredit. Dengan demikian, kompetensi pengawas perlu ditingkatkan terus-menerus. Sehubungan dengan kebutuhan dimaksud maka Puskopdit Flores Mandiri, Ende menyelenggarakan Pelatihan Manajemen Kepengawasan yang dilaksanakan di Aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri sejak tanggal 21 Agustus hingga 23 Agustus 2012. Pelatihan ini melibatkan 22 peserta dari 19 utusan koperasi kredit dengan fasilitator tunggal, Kosmas Lawa Bagho, Kepala Bidang Diklat Puskopdit. Pelatihan selama kurang lebih tiga hari ini, para peserta berproses mendiskusikan tentang fungsi, tugas dan wewenang pengawas sesuai AD/ART dan kebutuhan, kode etik pemeriksaan, teknik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan, bukti pemeriksaan, analisis PEARLS (dari 46 item, diambil sesuai kebutuhan dan kesepakatan hanya 26 komponen), jadual kegiatan pengawas dan laporan pengawas. Kosmas Lawa Bagho dalam orientasi pelatihan hanya menggugah dan menyegarkan ingatan pengawas akan tujuan dan hasil yang diharapkan dari pelatihan yakni meningkatkan kompetensi, wawasan dan ketrampilan pengawas yang berkarakter dalam melakukan fungsi, tugas dan wewenang secara cerdas dan bertanggungjawab. Banyak pengawas pintar namun kurang cerdas sehingga saran dan rekomendasi kurang dipedulikan pengurus, manajer dan staf maupun apresiasi dari anggota. Untuk itu, pengawas harus pintar sekaligus cerdas dalam bingkai kearifan dalam melakukan komunikasi pemeriksaan, penelitian, pengawasan terutama dalam hal mengkomunikasikan temuan, kesimpulan dan saran demi peningkatan kualitas pelayanan koperasi kredit. Dalam sesi fungsi, tugas dan wewenang, Kosmas menampilkan foto yang diambil dari internet oleh seorang kawan yakni gambar 1 batang pisang menghasilkan tiga tandan dengan buah yang sehat, segar dan menawan hati. Kosmas mengibaratkan pengawas sebagai seseorang secara cerdas mampu melihat hal itu dalam koperasi kredit yang tidak bisa dilihat, dipahami oleh orang lain termasuk pengurus, manajemen dan anggota demi keberhasilan koperasi kredit yang lebih progresif. Pengawas hendaknya memiliki kemampuan indra keenam bahkan ketujuh untuk melihat potensi-potensi yang belum dilihat atau dirasakan oleh semua orang. “Ini menjadi nilai lebih fungsi, tugas dan wewenang pengawas” kata Kosmas tegas. Lebih lanjut, Kosmas menegaskan bahwa pengawas selain memahami secara benar fungsi, tugas dan wewenang dimaksud, Pengawas hendaknya memiliki ketrampilan dasar seperti kematangan berpikir, berkehendak dan bertindak. Tanpa kematangan, pengawas tidak mampu membimbing orang lain; memiliki daya nalar dan ketrampilan. Adanya keseimbangan kercerdasan akal budi dan kecerdasan hati; memiliki kemandirian dalam berinisiatif dan menjalankan tugas tanpa dikomando; memiliki sifat ingin tahu dan terus asah ketrampilan. Tanpa itu, pengawas ketinggalan informasi dan tidak berkembang; memiliki sikap sosialisasi yang luas agar ia tidak menjadi mercusuar yang berkembang sendirian. Sementara materi kode etik, teknik, prosedur, bukti pemeriksaan, analisis PEARLS, jadual pemeriksaan dan laporan pengawas dibahas dalam diskusi kelompok yang hangat dengan adaptasi materi manajemen kepengawasan dan audit yang diberikan oleh Inkopdit-Jakarta baik pelatihan di Ende beberapa tahun lalu terutama fasiltator peroleh saat Pelatihan Auditor Nasional di Bali, Denpasar, tanggal 09-22 November 2010. Materi Kode Etik Pemeriksaan banyak disoroti tentang pemberian pendapat keuangan oleh pengawas. Ada peserta yang mempertanyakan secara kritis, “Apakah pengawas internal koperasi kredit bisa memberikan pendapat dengan kategorisasi masing-masing ataukah hanya akuntan publik yang diizinkan undang-undang?” Untuk menjawab pertanyaan ini, pembimbing berpikir dua kali sebab selama pelatihan audit selama ini belum ada pertanyaan kritis seperti ini. Fasilitator coba memberikan bahwa sesuai AD/ART, pengawas diberi wewenang oleh Rapat Anggota untuk melakukan pemeriksaan, pengawasan, penelitian ke-5 aspek yang ada dalam organisasi koperasi kredit yakni aspek hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen. Atas dasar wewenang ini dan didukung dengan UU Koperasi No.25 Tahun 1992 tetnang kedudukan pengawas maka hendaknya pengawas memiliki kewenangan untuk memberikan pendapat secara internal gerakan koperasi kredit. Apabila diekspose keluar, sebaiknya pemberian pendapat itu dilakukan oleh akuntan publik atau auditor internal yang mendapatkan legalisasi tentang itu. Mungkin saja, penanya belum puas 100% dengan jawaban yang diberikan namun sang penanya mengangguk-angguk kepala tanda setuju dan tidak mempersoalkannya lagi. Materi teknis sampai dengan bukti pemeriksaan tidak ada diskusi dan pertanyaan kritis berarti peserta yang sebagian pengawas koperasi kredit itu setuju dengan manual materi yang disiapkan dan didiskusikan secara matang. Hanya ada pertanyaan menarik tentang legalitas bukti yang diberikan pihak ketiga dianggap lebih kuat dibandingkan bukti yang diberikan oleh internal koperasi kredit (pengurus dan manajemen). Peserta mempertanyakan bagaimana jika pengurus/manajemen tertentu seandainya ada kolaborasi untuk merk-up harga dari sebuah barang dari toko tertentu. Menjawab kekuatiran dimaksud, fasilitator meminta pengawas untuk lebih cerdas menyikapi kasus dimaksud dan lakukan teknik uji petik secara informal dengan toko yang dicurigai ada kesepakatan bersama melakukan penyelewenangan harga dari sesungguhnya. Tentu data awal memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada pengawas untuk melakukan penelitian lanjutan dengan berbagai teknik yang ditawarkan agar sedini mungkin, pengawas mampu mendeteksi dan melakukan tindakan pencegahan sebelum kasus itu benar-benar terjadi yang dapat merugikan anggota dan keberlanjutan koeprasi kredit bersangkutan. Memasuki materi Analisis PEARLS, pengawas seperti mendapatkan pengatahuan baru dengan berbagai pertanyaan kritis dari fasilitator tentang 26 item PEARLS. Masing-masing item hendaknya ada temuan (hasil) perhitungan lalu apa kesimpulannya dan apa rekomendasi yang diberikan. Peserta sepertinya terkejut sebab selama ini, pengawas berhadapan dengan PEARLS hanya menemukan hasil perhitungan sesuai rumus dalam panduan lalu memberikan rekomendasi tingkatkan, turunkan atau pertahankan. Diskusi tentang PEARLS cukup a lot dan tanpa sadar pelatihan 3 hari tidaklah cukup membahas secara detail tentang materi PEARLS. Untuk itu peserta umumnya meminta Puskopdit menyelenggarakan lagi pelatihan sejenis khusus membahas tentang PEARLS. Puskopdit melalui manajer dalam acara pelatihan menyatakan kesediaan dan akan dilaksanakan pada tanggal 26-28 Oktober 2012. Pelatihan manajemen kepengawasan ditutup dengan jadual pemeriksaan dan laporan pengawas serta acara penutupan bersama pengurus dan pengawas yang mengikuti kegiatan pelatihan akuntansi dasar. Umumnya peserta kedua pelatihan menghendaki diadakan lagi pelatihan sejenis dan itu seiring dengan masterplan kegaitan pengembangan SDM Puskopdit Flores Mandiri yang mulai memberikan konsentrasi pada kegiatan peningkatan kompetensi pengurus dan pengawas selain kompetensi para manajer dan staf. Pengatahuan, ketrampilan dan kompetensi telah diperoleh namun manfaat atau tidak sangat ditentukan oleh kemampuan, kompetensi dan kemauan pribadi para peserta untuk mengimplementasikan di koperasi kredit masing-masing. Apabila tidak diimplementasikan dan diujicoba maka ilmu yang sudah diperoleh akan mati sia-sia. Selamat mengimplementasikan dan koperasi kredit berkembang lebih maju ditengah persaingan lembaga keuangan lainnya yang kian bertebaran di setiap lorong kehidupan masyarakat Flores terutama Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo. Viva pengawas koperasi kredit! Read more...

Membentuk Kader Yang Berkarakter

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Proses membentuk kader yang berkarakter atau dalam bahasa yang agak filosofis memanusiakan manusia untuk menjadi pribadi yang unggul, jujur dan bertanggungjawab tidak semudah membalikkan telapak tangan apalagi di tengah dunia yang semakin mementingkan materi dan uang. Mikhael H. Jawa dalam acara pembukaan pertemuan anak-anak fungsionaris koperasi kredit tingkat SLTA dari tiga kabupaten (Ende, Ngada dan Nagekeo) di Aula Puskopdit Flores Mandiri tanggal 19-21 Agustus 2012, mengatakan bahwa pertemuan seperti ini tidak hanya membangun semangat kebersamaan dan persaudaraan sejati di antara anak koperasi kredit tetapi lebih dari itu justru membentuk kader yang berkarakter. “Pertemuan ini untuk melanjutkan apa yang telah dirintis para pendiri, orang tua, kakak dan saudara yang telah berupaya memanusiakan manusia menjadi pribadi yang unggul, jujur dan bertanggungjawab melalui koperasi kredit dan Puskopdit, “ urai Mikhael H. Jawa yang juga manajer Puskopdit Flores Mandiri. Kegiatan pertemuan anak-anak tingkat SLTA saat ini menghadirkan 31 utusan dari 5 koperasi kredit anggota Puskopdit Flores Mandiri dengan komposisi nuansa gender, 15 laki-laki dan 16 perempuan. Tiga puluh satu orang ini merupakan akumulasi dari 12 orang utusan Kopdit Boawae 8 orang Kopdit Sartika 6 orang Kopdit Sangosay 3 orang Kopdit Bahtera dan 2 orang Kopdit Malajaya. Kebersamaan dan Persaudaraan Sejati Hanya dalam Tuhan Pastor Elias Doni, SVD baik dalam rekoleksi maupun perayaan ekaristi senantiasa menegaskan bahwa kebersamaan dan persaudaraan sejati ada hanya dalam Tuhan sebab yang ada di dunia biasanya membangun kebersamaan atau persaudaraan selalu diukur dengan nilai uang atau materi. Itu yang kita kenal dengan kebersamaan dan persaudaraan palsu atau tidak asli, kata Elias Doni, pastor yang sudah diplotkan pemimpinnya untuk menjadi pastor tetap gerakan koperasi kredit yang berpayung dibawah Puskopdit Flores Mandiri sejak Agustus 2012. Selain itu, yang sejati hanya ada didalam hati. Hati itu memiliki filter/ saringan untuk menyaring hal-hal buruk untuk tidak masuk ke dalam hati nurani. Hati nurani setiap detik memiliki sintesa untuk membersihkan kita dari sikap hidup boros, pola hidup konsumtif untuk membangun karakter hidup hemat dan mulai menabung dari uang jajan yang diberikan orangtua. “Apabila itu terjadi maka diri kita akan menampakkan aura positif yang menyebar dan dirasakan sesama dengan sendirinya meski terkadang hati nurani kita kering, kosong, rapuh, hampa, tak ada isinya namun Tuhan Yesus membuatnya menjadi indah dan utuh pada waktunya” ujar pastor Elias lebih lanjut. Mikhael H. Jawa diakhir perayaan ekaristi, sekali lagi menyampaikan terima kasih kepada pastor Elias Doni, SVD dan juga provinsial SVD Ende yang dengan rela memberikan tetap kepada gerakan di wilayah ini untuk mendampingi penguatan rohani para aktivisnya. Kepada anak-anak gerakan, Mikhael mengingatkan bahwa “Gerakan kita bukan hanya urus uang tetapi juga membangun karakter dan martabat sejati dan bukan yang palsu. Untuk itu, di atas pundak kalian, ada tanggungjawab besar untuk melestarikan gerakan ini di masa depan. Tanggungjawab itu bisa dilaksanakan apabila kamu bisa menghargai para perintis dan pengorbanan orang tua kalian selama ini. Sementara itu, Pastor Elias Doni, SVD ketika diberi kesempatan untuk berbicara mengawalinya dengan menceritakan kembali suka duka waktu awal sekolah dulu terutama masuk seminari baik seminari rendah di Hokeng maupun di Ledalero. “Saya berasal dari keluarga miskin dan hanya bermodalkan Rp125 tahun 1967 dan hanya karena kebaikan misi waktu itu maka saya bisa menjadi imam. Seandainya tidak ada misi, saya tidak bisa menjadi seperti ini. Namun misi (dukungan uang) saat ini sudah tidak ada lagi. Sekolah-sekolah menjadi mahal. Untuk itu, saya hanya berpesan kepada anak-anakku generasi penerus bahwa mendapatkan uang itu sulit tetapi apabila ada banyak uang, jangan salahgunakan uang. Apabila uang itu digunakan untuk sekolah maka sekolah yang sungguh-sungguh untuk menjadi kader yang berkarakter koperasi kredit masa depan,” demikian Pastor Elias yang disambut tepuk tangan peserta yang sebagian besar anak-anak SLTA. Membangun Monumen Pendiri Disela-sela rekoleksi dan perayaan ekaristi pastor Elias juga menyampaikan bahwa untuk menghargai dan menghormati karya besar sang fundator, perintis gerakan koperasi kredit atau Credit Union maka Puskopdit Flores Mandiri melalui Manajer telah mendapatkan restu membangun patung Pastor B.J. Baak, SVD di Puskopdit ini. Peristiwa ini bukan sebagai bentuk pemujaan (pendewaan) manusia tertentu tetapi monumen menjadi visualisasi perjuangan, pengorbanan tak terlupakan bagi generasi penerus koperasi kredit masa depan untuk tetap menghayati nilai-nilai yang sudah ditanam Pastor B.J. Baack, SVD sejak awal 1970-an. “Benih yang kecil itu telah tumbuh dan mekar begitu indah dan sekarang berkecambah serta menjadi pohon yang besar yang bisa mengayomi seluruh anggota dan masyarakat di wilayah ini terutama masyarakat kecil yang berkekurangan”, jelas pastor Elias Doni. Kegiatan pertemuan anak-anak kopdit tingkat SLTA ini juga diberikan pembekalan mengenai Kopdit dalam Dinamika Sejarah dan Tiga Pilar Koperasi Kredit yang difasilitasi oleh Kosmas Lawa Bagho. Kosmas menegaskan bahwa generasi penerus yang berkarakter hendaknya belajar sejarah dan nilai-nilai yang ditanamkan sejak awal pergerakan koperasi kredit agar menjadi pijakan yang kuat untuk terus melanjutkan karya-karya besar secara lebih bertanggungjawab dan tidak dikenal sebagai generasi penghancur. Tiga pilar (Kemandirian, Pendidikan dan Solidaritas) menjadi fundamen penting dan daya perekat di tengah dunia yang makin invidualistik dan penuh konflik kepentingan. Tanpa penanaman nilai-nilai ini yang kuat maka kita akan berebutan “mammon” dan koperasi kredit cepat atau lambat akan ambruk, urai Lawa Bagho. Sementara itu, Paskalis X. Hurint dalam pemaparannya tentang jati diri koperasi dan pembangunan manusia melalui koperasi menegaskan lagi, anak-anak generasi penerus koperasi kredit masa depan hendaknya mendalami dan menghayati keunikan atau jati diri koperasi pada umumnya dan koperasi kredit pada khususnya. Jati diri koperasi termuat secara jelas dalam defenisi, prinsip dan nilai-nilai sebagai benang merah nilai-nilai moral yang harus dipraktekkan dalam kehidupan sehari-sehari dan bukan saja hafalan untuk mendapatkan nilai bagus di sekolah. Pelaksanaan jati diri koperasi dalam praktek merupakan penghayatan membangun pribadi seutuhnya. Mikhael H. Jawa dalam penyampaiannya mengenai filosofi uang dan gerakan menabung menabung sekali lagi menegaskan bahwa menabung harus bangun dari kesadaran diri melalui sarana-sarana yang sederhana seperti celengan untuk mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Menabung menjadi karakater atau nilai utama bagi masa depan dan kesejahteraan anak-anak koperasi kredit sekaligus menjadi nilai lebih yang membedakan dengan anak-anak yang tidak bergabung dalam keluarga koperasi kredit. Mikhael H. Jawa juga menjelaskan tentatang uang (Usahakan, Aturlah, Nabung dan Gunakan secara bijaksana). Melalui penghayatan nilai-nilai ini membutuhkan pengendalian diri untuk mempersiapkan masa depan yang lebih sejahtera, kata Mikhael dengan penuh antusias. Untuk mendukung gerakan menabung secara mandiri dibutuhkan pencatatan dalam buku kas harian. Vilomena Peti mengajak peserta, bagaimana mengelola uang secara bertanggungjawab, mengarahkan pada penghematan dengan melakukan pencatatan secara tertib berapapun rupiah yang diterima dan yang dikeluarkan setiap saat. Kami menyadari bahwa untuk mencatat buku kas harian membutuhkan keuletan, ketekunan dan keterbukaan. Untuk itu, “Anak-anak harus berbangga di saat usia masih sangat muda, adik-adik sudah mendapatkan pembekalan membuat buku kas harian. Dengan demikian pengelolaan uang secara bijaksana pasti bisa direalisasi,” tambah Vilomena Peti sembari melatih peserta membuat buku kas harian yang disiapkan panitia. Pemenang Perlombaan Kali ini, Puskopdit Flores Mandiri juga menggelar berbagai perlombaan kreatif sebagai sarana pembekalan uji ketangkasan, kecerdasaan dan terutama sikap mental bertanding dan mau menghargai yang menang maupun yang kalah. Kadang kala dalam suatu pertandingan, orang hanya menghargai pemenang tetapi melalui media ini, anak-anak sejak usia dini untuk tahu menghargai yang menang dan kalah sebagai pribadi yang memiiliki karakter positif. Dalam nuansa kebersamaan dan persaudaraan sejati, para pemenang perlombaan adalah cerdas cermat seputar dunia koperasi kredit diraih juara I Koperasi Kredit Sangosay, juara II Koperasi Kredit Boawae, Juara III Koperasi Kredit Bahtera. Perlombaan mengetik cepat yang meraih juara I Zother Sonata (Kopdit Bahtera), juara II Maria Y.T. Bupu Rinu (Kopdit Sangosay), juara III Maria F. Elo Tegu (Kopdit Bahtera). Perlombaan catur diraih oleh Zother Sonata (Kopdit Bahtera), juara II oleh Elphianus Soro Wea (Kopdit Boawae), juara III oleh Yosef A.P. Dopo (Kopdit Boawae), juara IV oleh Inda Lenga (Kopdit Sangosay), membaca puisi juara I diraih oleh Inda Lenga (Kopdit Sangosay), juara II oleh Maria E.O. Oy (Kopdit Boawae), juara III diraih oleh Priska Wea (Kopdit Sangosay) dan pop singer, juara I oleh Thesa Rato (Kopdit Sangosay), juara II oleh Maria E.O. Oy (Kopdit Boawae) dan juara III diraih oleh Priska Wea (Kopdit Sangosay). Read more...

Jumat, 05 Oktober 2012

BK3D Sumba Bangkit dari Tidur Panjang

Oleh Kosmas Lawa Bagho

“Mulai tahun 2012 ini, kami mau bangkit dari tidur panjang untuk melakukan konsolidasi maupun perubahan-perubahan yang mendasar agar membangun kembali pencitraan koperasi kredit/credit union di Pulau Sumba yang sedang lesu. Kami sudah ada komitmen bersama menuju BK3D dan Kopdit 1000 anggota dengan aset minimal Rp1 miliar hingga tahun 2015” demikian Pastor Cypri M. Leyn, CSsR, Ketua BK3D Sumba dengan mimik serius ketika bertemu pertama kali dengan penulis di Bandara Tambolaka Sumba Barat Daya, tanggal 24 Juni 2012. Percakapan ini bisa terjadi lantaran penulis berkesempatan atas nama Puskopdit Flores Mandiri, Ende memfasilitasi kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha bagi anggota yang memiliki variasi usaha, Pelatihan Kompetensi Pengurus (CUDCC) dan Pelatihan Manajemen Kepengawasan yang dilakukan pada tanggal 25-30 Juni 2012 di aula Kaori Delsos Sumba Barat, Waikabubak. Pastor Cypri juga mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba cukup stagnan apabila dibanding dengan BK3D atau Puskopdit di tempat lain terutama yang dulu sempat bergabung dalam satu payung dengan BK3D NTT Barat yang mencakup Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada (sebelum pemekaran), Kabupaten Manggarai (sebelum pemekaran). Ada banyak faktor yang menyebabkannya, tegas pastor yang rajin berkeliling dari kampung ke kampung untuk memotivasi bangkitnya kembali koperasi kredit atau credit union ini. Lebih lanjut, Pastor Cypri menegaskan bahwa dari sekian banyak faktor tersebut, “Saya melihat perubahan mindset atau cara berpikir yang belum memadai dalam hal pengelolaan CU lantaran kurangnya atau tidak adanya program pendidikan dan pelatihan, padahal salah satu pilar koperasi kredit/CU adalah pendidikan”. Untuk itu, mulai tahun 2012 ini, pendidikan bagi pengurus, manajemen dan anggota sambil membenah tata pengelolaan yang baik, benar dan transparan menjadi prioritas. “Sebelumnya, kami telah menghadirkan Stephanus Siagian dan Abraham Paulson dari Inkopdit-Jakarta untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan serta melakukan berbagai pembenahan pembukuan menyangkut mis-management baik di koperasi kredit terutama di BK3D. Kami berharap kalian bisa memberikan masukan-masukan berharga agar koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba bisa bangkit kembali untuk ‘berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dan berlari sama cepat’ dengan gerakan di seluruh Indonesia”, harap Pastor Cypri lebih lanjut. Sementara itu, Kosmas Lawa Bagho, fasilitator tunggal dalam pelatihan ini, hanya menyampaikan terima kasih berlimpah atas kepercayaan segenap pengurus, manajemen dan anggota koperasi kredit dan BK3D Sumba yang telah mempercayakan kepada Puskopdit Flores Mandiri untuk sharing pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit dan puskopdit. “Kami juga pernah mengalami masa-masa krisis sekitar tahun 1997-an sampai awal tahun 2000. Yang kami lakukan adalah konsolidasi dan reposisi keanggotaan koperasi kredit dengan indikator yang lebih jelas dan tegas seperti pelayanan harus harian, memiliki kantor tetap baik milik sendiri ataupun sewa, ada pemisahan yang tegas antara pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional, menggunakan IT (komputerisasi), anggota minimal 1000 orang dan asetnya minimal Rp1 miliar dalam waktu tiga tahun serta setiap tiga tahun diakreditasi kembali. Ternyata diiringi dengan kerja keras dan doa, koperasi-koperasi kredit bisa bangkit dari krisis”, demikian Kosmas memberikan motivasi. Harus Punya Pencatatan Kurang lebih 38 peserta dari 8 koperasi kredit mendiskusikan seluk beluk usaha yang sedang mereka jalankan. Para peserta mendapatkan penjelasan tentang pengenalan bisnis atau usaha, studi kelayakan, perhitungan laba-rugi usaha, resiko usaha, analisa titik pulang pokok usaha (Break Event Point=BEP), membuat proposal usaha, tips sukses usaha dan pengaturan keuangan (membuat buku kas harian dan buku persediaan serta buku penjualan). Dalam diskusi kelompok, peserta umumnya memiliki kendala seperti: melaksanakan usaha secara konvesional tanpa analisa kelayakan apalagi menghitung laba-rugi usaha, belum memisahkan keuangan bisnis dengan keuangan rumah tangga, tidak punya pencatatan (buku kas harian), kurangnya modal untuk berusaha lantaran koperasi kredit belum mampu memenuhi kebutuhan modal perputaran usaha, ada serangan penyakit (usaha ternak dan pertanian), persediaan bahan makan (ransum) yang cukup mahal, urusan adat dan pesta yang berlebihan serta adanya mental bon yang tidak segera bayar atau bahkan tidak bayar sama sekali termasuk pencurian. Menurut Kosmas Lawa Bagho, para pengusaha sukses harus memiliki tips-tips tersendiri yakni siapkan mental menjadi pengusaha, memiliki visi, misi usaha yang jelas, memiliki keyakinan bahwa berusaha itu gampang, tidak takut modal kere, mencari tempat usaha yang strategis, pertimbangkan manajemen resiko, cerdas menyikapi kegagalan, cerdas memperlakukan laba dan asah terus kreativitas maupun kemampuan. Tidak kalah penting, para pebisnis/pengusaha hendaknya juga memperhatikan pencatatan arus keuangan usaha. Tanpa pencatatan yang baik dan teratur maka pebisnis tidak bisa mengetahui laba-rugi dan memang lebih banyak usaha bersangkutan tidak memberikan daya ungkit bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga yang menyebabkan kredit macet pada koperasi kredit. Apalagi pebisnis yang sebagian besar anggota koperasi kredit itu tidak mendapatkan pelatihan maupun pendampingan yang memadai. CUDCC dalam Konteks Implementatif Materi CUDCC yang diperkenalkan ACCU-Bangkok sungguh luar biasa dan mengandaikan koperasi kredit/CU yang sudah besar jumlah anggota, besar jumlah modal maupun aset serta pelayanan yang seharusnya sudah menuju profesional. Untuk itu, pembimbing meramu materi dimaksud dalam konteks implementasi yang sudah diterapkan di Puskopdit Flores Mandiri, Ende. Berbagai materi CUDCC diadaptasikan dengan kondisi riil koperasi kredit para peserta di BK3D Sumba namun hal-hal prinsipiil tetap diintrodusir. Yang mengikuti CUDCC (Credit Union Director’s Competency Course) sebanyak 43 orang, utusan 9 kopdit dari hampir 20 buah koperasi kredit. Peserta secara tekun mendalami dan mendiskusikan materi-materi mulai dengan orientasi pelatihan, profil kopdit dan BK3D Sumba sejak tahun 1995 (berdiri sendiri dari BK3D NTT Barat yang kini Puskopdit Flores Mandiri) sampai Juni 2012 dan rencana ke depan, kopdit di pasar keuangan, tugas dan wewenang pengurus, pengembangan produk, analisa pearls, manajemen sumber daya manusia, administrasi kredit, tata kelola yang sehat dan perencanaan strategis. Diskusi pengurus dan pengawas menghangat adalah hal-hal yang menyenangkan periode 1995 – Juni 2012 adalah adanya kemudahan membuka koperasi kredit hanya dengan anggota awal 25 orang, tidak ada aturan yang mengikat dalam simpan-pinjam dan hanya bermodalkan saling percaya, adanya perlindungan/daperma, ada jasa simpan dan pinjam, membuka lapangan kerja baru (khusus Kopdit Merandiate yang telah memiliki manajer dan staf dengan anggota 3,000 dan aset Rp5 miliar lebih per Mei 2012 sementara yang lain rata-rata anggota baru 100-300 orang dengan aset Rp25.000.000-Rp300.000.000), mensejahterakan anggota namun ada hal yang menyakitkan seperti susah mendapatkan anggota baru (trauma dan kurang percaya), tidak ada pemahaman dan pengetahuan pengurus, tidak ada pembagian peran yang jelas, pengurus sekaligus pengelola, pelayanan masih bulanan, kerjasama pengurus kurang, bekerja tanpa upah, pelayanan pinjaman belum sesuai kebutuhan dan kredit macet. Hal yang menjadi harapan adalah pasar anggota masih luas (kopdit-kopdit masih terpaku pada ikatan pemersatu dan belum terbuka pada semua masyarakat), pengembangan produk non saham (selama ini belum ada kopdit yang membuka produk non saham), pembukaan cabang-cabang pelayanan, perubahan pelayanan dan kemampuan pengurus maupun pengawas serta manajemen, penggunaan IT dan kantor yang megah sebagai promosi sedangkan tantangannya adalah promosi Kopdit/CU masih lemah, masyarakat dan anggota belum memahami pengelolaan kopdit/CU yang sungguh-sungguh, masyarakat belum yakin dengan kopdit/CU, tradisi hidup boros dengan adat-istiadat yang masih konsumtif, persaingan bisnis dengan lembaga keuangan lain. Peserta yang sebagian pengurus dan pengawas berjanji untuk mengubah proses pengelolaan koperasi kredit agar bisa lebih maju ke depan dengan tetap memfokuskan diri pada pelatihan dan sharing pengalaman dari para praktisi yang telah secara sukses mengembangkan koperasi kredit. CUDCC ditutup dengan rencana strategis yang lengkap dalam bingkai rancangan 4 aspek Accesbranding (Keuangan, Keanggotaan, Bisnis Internal dan Pendidikan maupun Pembelajaran) dengan target-target yang lebih jelas, konkret dan mudah dicapai. Kompetensi Pengawas Organisasi keuangan yang sehat dan dinamis seperti koperasi kredit/credit union juga membutuhkan pengawas yang cerdas bahkan pengawas hendaknya lebih cerdas dari pengurus dalam aspek organisasi, keuangan dan manajemen agar mampu mengontrol serta mengevaluasi kinerja kerja pengurus. Bagaimana mungkin, pengawas bisa melakukan pengontrolan dan pengawasan keseluruhan kinerja kunci organisasi dan keuangan koperasi kredit, apabila pengawas tidak memiliki kompetensi, apalagi pengawas tidak mampu membaca neraca dan seluk beluk siklus akuntansi keuangan koperasi kredit yang standar. Untuk itu, kompetensi pengawas mutlak perlu dan sama pentingnya dengan kompetensi pengurus maupun manajemen. Menarik dalam berbagai diskusi kelompok mengemuka bahwa ada koperasi kredit/CU yang personel pengawasnya tidak pernah melakukan pemeriksaan ataupun pengawasan lantaran belum pernah mendapatkan pelatihan atau orientasi tentang kepengawasan. Peserta sungguh berterima kasih kepada BK3D Sumba yang boleh mengadakan pelatihan manajemen kepengawasan meski ada beberapa pengawas koperasi kredit tidak bisa mengikutinya karena kesibukan sebagai orang-orang profesional pada lembaga pemerintahan, lembaga agama maupun lembaga pendidikan. Selama dua hari, tanggal 29-30 Juni 2012, pengawas berproses bersama pembimbing dalam diskusi, tanya jawab dan presentasi dengan materi-materi seperti: fungsi,tugas dan wewenang pengawas, kode etik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan (bidang hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen), analisa pearls, jadual kegiatan pengawas dan pelaporan pengawas. Para peserta menerima dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dengan penuh antusias hanya kurang dalam proses praktek lapangan lantaran waktu yang disediakan hanya dua hari. Peserta berharap pelatihan jenis ini diadakan lagi dan dengan ketersediaan waktu yang lebih memadai agar bisa langsung praktek pemeriksaan agar tugas dan tanggungjawab pengawas lebih optimal di koperasi kredit maupun BK3D, dengan demikian diharapkan “Gerakan Kopdit/CU dan BK3D bangkit menuju 1000 anggota dan asset Rp1 miliar, bisa lebih cepat terrealisasi”. Kepengurusan BK3D periode 2010-2015 Dewan Pimpinan: Pastor Cypri M. Leyn, CSsR (Ketua), Bernard Bora Lamunde (Wakil Ketua), Joseph Edu Bha, Amd (Sekretaris), Dominica Woda Lado (Bendahara). Panitia Kredit: Antonius K. Bili (Ketua), Yosef Rangga Kapodo (Sekretaris), Marsel Rana (Anggota). Panitia Pendidikan: Raymundus Woge (Ketua), Agustina Bulu (Sekretaris), Agustinus S. Rua (Anggota). Badan Pengawas: Lukas Manja (Ketua), Andreas Ng.B. Ole, SST (Sekretaris), Vincent Ng. Righuta (Anggota). Manajemen: Anselmus Tana (Manajer), Alfonsus Pon (Petugas Lapangan), Yohana Nuna Dama, S,Kom (Adum). Read more...

Kamis, 04 Oktober 2012

Kaum Muda Menjadi Perhatian Utama Asian Credit Union Forum di Subang Malaysia

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Suatu kebanggaan bagi penulis bisa berpartisipasi menghadiri Asian Credit Union Forum 2011 di Malaysia sejak tanggal 15–21 September 2011. Penulis bersama Bapak Theofilus Woghe mewakili Puskopdit Flores Mandiri (PFM) untuk mengikuti Workshop dimaksud. Penulis terlibat pada group Youth (Kaum Muda) dan Bapak Theofilus mengikuti HRD Workshop (Pengembangan Sumber Daya Manusia Koperasi Kredit). Nuansa perhatian dan pemberdayaan pada kaum muda (youth) sudah sangat kentara dirasakan sejak awal acara pembukaan Rapat Anggota Tahunan Koperasi Kredit Tingkat Asia atau lebih dikenal dengan Asian Credit Union Forum 2011 (ACCU-Forum) di Subang, Malaysia. Peserta yang hadir merupakan utusan dari 25 negara yakni Arbaijan, Australia, Bangladesh, Canada, Camboida, China, German, Hongkong, Indonesia, India, Iran, Korea Selatan, Laos, Mauritius, Myanmar, Mongolia, Nepal, Philipines, Rusia, Singapura, Srilanka, Thailand, Timor Leste, Vietnam dan tuan rumah Malaysia. Semua utusan yang menjadi peserta Asian Forum kali ini bersepakat bahwa kaum muda sebagai generasi penerus koperasi kredit di Negara masing-masing hendaknya menjadi perhatian pemberdayaan dan persiapan agar kaum muda mampu menjadi generasi pelanjut tongkat estafet kepemimpinan dan pengelolaan koperasi kredit masa depan. Ranjith Hetitiarachchi, Genaral Manager ACCU yang berkedudukan di Bangkok, Thailand diawal sambutan pembukaan menggerakkan semangat peserta untuk kembali mengingat masa muda dan bagaimana mengembangkan kaum muda agar menjadi pribadi yang unggul, berkarakter agar sanggup melanjutkan pengembangan koperasi kredit masa depan yang sehat, aman dan berkelanjutan. “Penekanan workshop kali ini terletak pada peningkatan peran koperasi kredit untuk memberdayakan kaum muda, anak-anak dan kaum perempuan. Kita juga belajar praktek terbaik (best practice) dari beberapa Negara yang telah berhasil memberdayakan dan melibatkan kaum muda, anak-anak dan kaum perempuan melalui koperasi kredit untuk diadaptasi pada federasi negara masing-masing sesuai kondisi dan kompetensi yang dimiliki”, ujar Ranjith penuh semangat yang disambut tepuk tangan meriah para peserta. Sementara itu, Chalermpol Dulsamphat, Presiden atau Ketua ACCU menyampaikan ucapan terima kasih kepada para utusan dan tuan rumah Malaysia yang sungguh rama menerima para delegasi dari 25 negara yang mengirimkan utusannya pada workshop kali ini. Beliau juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan atas kehadiran Mentri Koperasi dan Perdagangan (Minister of Domestic Trade, Cooperatives and Consumerism), Malaysia pada workshop dan Asian Credit Union Forum 2011. “Saya bangga anda sekalian hadir di tempat ini sebagai kesempatan emas agar kita saling memberdayakan untuk lebih fokus perhatian pada kaum lemah terutama kaum muda, anak-anak dan kaum perempuan sebagai generasi pelanjut koperasi kredit masa depan. Mari kita berbagi pada momen emas saat ini”, harap sang presiden yang berasal dari Thailand itu. Dr. Mohammad Arriff Araff, Presiden (Ketua) ACCUM, Malaysia, sekali lagi menyampaikan terima kasih dan selamat datang kepada semua insane dan penggerakan koperasi kredit pada 25 negara yang hadir dan terima kasih kepada ACCU yang telah mempercayakan ACCUM (Federasi Koperasi Malaysia) sebagai tuan rumah pada Asian Credit Forum kali ini. Momen ini sangat strategis untuk membangun dan memberdayakan masayarakat Malaysia melulaui lembaga koperasi (kredit) maupun BPR. “Kami juga masih meminta dukungan dan pembelajaran berharga terutama pengembangan SDM dan bantuan teknis lainnya agar koperasi (kredit) dan BPR di Malaysia bisa lebih berkembang dan kuat seperti lembaga keuangan mikro di Negara lain yang sudah lebih maju”, harap sang ketua. Sementara Dato Sri Ismail Sabri bin Yakob, Minister of Domestic Trade, Cooperatives and Consumerism, Malaysia yang berbicara atas nama perdana mentri menyoroti bahawa Asian Credit Union Forum merupakan momen merefleksi koperasi kredit kemarin, sekarang dan masa depan. “Kami pemerintah Malaysia sangat mengapresiasi model baru pengembangan ekonomi masyarakat untuk meningkatkan pendapatan ekonomi Negara. Perkembangan koperasi kredit menunjukkan angka-angka yang fantastis yang bisa dibaca pada statistik. Koperasi kredit juga membangun jiwa wirausaha anggota terutama kaum muda dan kaum perempuan, permodalan, kompetensi, IT dan teknologi lainnya untuk memberdayakan masyarakat miskin agar semakin berdaya, berkemampuan. Kopdit juga mengembangkan pusat bisnis anggota antar Negara dan yang paling penting bahwa Melalui koperasi kredit masyarakat diberi jalan keluar dari berbagai tantangan kehidupan terutama di bidang ekonomi, SDM, teknologi dan tata kelola yang baik (good governance). Koperasi meningkatkan kesadaran anggota untuk berbisnis, meningkatkan income anggota, share pengatahuan dan ketrampilan serta pengalaman, penguatan lembaga keuangan yang berkelanjutan, asuransi anggota dan lembaga serta mengakses masyarakat pada lembaga keuangan, “ tanda sang mentri disambut tepuk tangan meriah utusan dari 25 negara yang hadir pada momen berharga ini. Momen berharga ini juga, ACCU dalam rangka 40 tahun koperasi kredit di Asia (tahun 2011), memberikan penghargaan kepada para tokoh koperasi kredit yang telah ikut mengembangkan koperasi kredit baik di Negara masing-masing maupun lintas Negara seperti Cresente C. Paez dari Philipina dan Dr. Agustine F. Lim dari Korea Selatan. Keduanya menyampaikan terima kasih atas penghargaan yang diberikan dan mengharapkan agar penghargaan ini membuat keduanya semakin bangga dan mencintai untuk pengembangan masyarakat melalui koperasi kredit. Youth Workshop (Lokakarya Pengembangan Kaum Muda) Lokakarya ini berlangsung sejak tanggal 15-18 September 2011 melibatkan 22 peserta dari 4 utusan Negara yakni Kamboja 2 orang, Filipina 1 orang, Mauritius 1 orang dan 18 orang dari Indonesia terdiri dari 1 orang utusan Inkopdit, 1 orang Puskopdit Flores Mandiri dan 16 orang dari BKCU Kalimantan, Puskopdit Katulistiwa dan Puskopdit Borneo sedangkan fasilitator Mabel dari Filipina dan Kemmon dari Thailand. Peserta workshop memperoleh berbagai masukan dan pembelajaran tentang pengindentifikasian pasar kaum muda (Kids, Tweens, Teens dan Young Adult), Review Rekomendasi Youth Workshop in South Korean 2010, Best Practice dan Tantangan Pemberdayaan Kaum Muda Asia dengan strategi: Strategi 1: Investasi Jangka Panjang: Pendidikan Keuangan bagi Kaum Muda secara Komprehensif, Strategi 2: Berpartisipasi dalam even dan pasar publik: Minggu Kaum Muda Koperasi Kredit Nasional dan Hari Kaum Muda Internasional tanggal 12 Agustus, Strategi 3: Dukungan Struktural Koperasi Kredit: Kepengurusan Kaum Muda dalam Koperasi Kredit, Strategi 4: Pengalaman Menyeluruh Koperasi Kredit : Magang (live in) Kaum Muda, Strategi 5: Meningkatkan Potensi Kaum Muda: YES (Jiwa Wirausha Kaum Muda), Strategi 6: Memanfaatkan Kemajuan IT untuk Mempengaruhi Kaum Muda terlibat dalam Koperasi Kredit dan Pengelolaan Profesional untuk Menembus Pasar Kaum Muda. Lokakarya ini diikuti dengan rekomendasi, rencana tindak lanjut dan evaluasi tertulis. Peserta umumnya puas dengan materi dan metode yang diberikan 2 orang fasilitator orang muda. Keduanya cukup energik memotivasi peserta untuk berdiskusi bagaimana memberdayakan kaum muda agar bisa menjadi anggota koperasi kredit dan terlibat secara aktif agar mempersiapkan diri sebagai kader pemimpin koperasi kredit masa depan yang kompeten, professional dan berkarakter sehingga koperasi kredit di Negara mana pun tidak akan kehabisan stok regenerasi pemimpin baik di tingkat pengurus, pengawas apalagi CEO, Manajer maupun staf. Para peserta berkomitmen untuk mengembangkan paket-paket spesial materi pengembangan kaum muda koperasi kredit di Negara masing-masing dan kalau bisa melibatkan para utusan dari Negara tetangga. Selamat bermimpi dan mengimplementasikannya secara konsisten. Sayonara Malaysia …. Read more...

Jumat, 21 September 2012

Maaf, Lama Tidak Posting Tulisan

Saya perlu menyampaikan permohonan maaf kepada pembaca setia blog ini sebab sudah cukup lama tidak lagi posting tulisan agar kita saling memperkaya terutama dalam bidang pemberdayaan masyarakat akar rumput melalui koperasi kredit/ credit union. Saya akan kembali untuk menulis lagi. Doakan saya, sahabat. Dukungan para sahabat pembaca setia akan semakin menggugah dan merangsang saya untuk kembali pada jalur yang telah saya rintis selama ini. Menulis bagi saya sudah menjadi bagian yang tak terpisahkan namun kadang ada rasa jenuh, bosan dan kurang bergairah senantiasa menghantui apalagi saya mengalami sedikit masalah dengan blog tercinta ini. Tanpa saya sadari bahwa ketika saya tidak lagi memposting tulisan baru akan tetapi rangking yang klik kian bertambah bahkan mulai tembus angka 10.000 pada hal angka itu saya patok akhir Desember 2012. Terima kasih kepada para sahabat dan kepada Tuhan agar saya kembali menulis dan memposting pada blog media asah kerativitas dan ketrampilan ini. Semoga Tuhan membantu saya Read more...

Rabu, 25 Juli 2012

BK3D Sumba Gelar Pelatihan Manajemen Usaha, CUDCC dan Manajemen Kepengawasan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

BK3D Sumba bekerja sama dengan Ford Foundation Menggelar Pelatihan Manajemen Usaha, CUDCC (Kompetensi Pengurus) dan Manajemen Kepengawasan selama satu minggu, sejak tanggal 25 hingga 30 Juni 2012 di aula Kaori, Delsos Sumba Barat, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur dengan fasilitator tunggal, Kosmas Lawa Bagho, Kepala Bidang SDM Puskopdit Flores Mandiri, Ende, Flores. Sumber daya manusia (SDM) merupakan investasi paling vital dan sangat menentukan bagi maju mundurnya gerakan koperasi kredit. Sejak berdiri pertama kali oleh Frederich Wilhelm Raiffeisien di Flamersfield, Jerman (1864), gerakan credit union atau koperasi kredit senantiasa memperhatikan secara sungguh-sungguh pengembangan sumber daya manusianya. Gerakan ini bahkan mempermandikan dirinya dengan moto yang sangat fenomenal “Koperasi Kredit berasal dari pendidikan, berkembang karena pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan” dengan mengandalkan tiga pilarnya yang saling menguatkan satu sama lain “swadaya, pendidikan dan solidaritas”. Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) Sumba sungguh menyadari bahwa oleh karena kurangnya perhatian pada program pendidikan dan pelatihan baik bagi anggota maupun fungsionaris menyebabkan koperasi kredit/CU maupun BK3D Sumba sendiri mengalami stagnasi dalam kemajuan dan pertumbuhannya. Sehingga tidak heran ada koperasi kredit yang sudah mulai bertunas tahun 70—80 an sepertinya tidak memiliki dampak apa-apa bagi anggota khususnya dan masyarakat Sumba secara keseluruhan. Pada hal dari sisi potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia, orang-orang Sumba tidak kalah-kalah amat dengan manusia di pulau lain di Indonesia bahkan di dunia. “Pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba cukup stagnan apabila dibandingkan dengan BK3D atau Puskopdit di tempat lain terutama yang dulu sempat bergabung dalam satu payung dengan BK3D NTT Barat yang mencakup Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada (sebelum pemekaran), Kabupaten Manggarai (sebelum pemekaran). Ada banyak faktor yang menyebabkannya,” tegas Pastor Cypri M. Leyn, CSsR. Lebih lanjut, pastor yang rajin berkeliling dari kampung ke kampung untuk memotivasi bangkitnya kembali koperasi kredit atau credit union di Sumba menegaskan bahwa dari sekian banyak faktor tersebut, faktor penyebab utama adalah perubahan mindset atau cara berpikir yang belum memadai dalam hal pengelolaan CU lantaran kurangnya atau tidak adanya program pendidikan dan pelatihan secara teratur, padahal salah satu pilar koperasi kredit/CU adalah pendidikan. Untuk itu, mulai tahun 2012 ini, pendidikan bagi pengurus, manajemen dan anggota sambil membenah tata pengelolaan yang baik, benar dan transparan menjadi prioritas. “Sebelumnya, kami telah menghadirkan Stephanus Siagian dan Abraham Paulson dari Inkopdit-Jakarta untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan serta melakukan berbagai pembenahan pembukuan menyangkut mis-management baik di koperasi kredit terutama di BK3D serta Bernard Situngkir, selama sepekan memfasilitasi Pelatihan Sikopdit CS. Kami berharap kalian semua bisa memberikan masukan-masukan berharga agar koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba bisa bangkit kembali untuk ‘berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dan berlari sama cepat’ dengan gerakan di seluruh Indonesia. Tahun ini merupakan tahun kebangkitan. Kami sudah ada komitmen bersama menuju BK3D dan Kopdit 1000 anggota dengan asset minimal Rp1 milaiar hingga tahun 2015”, urai Pastor Cypri yang juga Ketua BK3D Sumba periode 2010-2015 itu. Sementara itu, Kosmas Lawa Bagho, hanya menyampaikan terima kasih berlimpah atas kepercayaan segenap pengurus, manajemen dan anggota koperasi kredit dan BK3D Sumba yang telah mempercayakan Puskopdit Flores Mandiri untuk sharing pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit dan puskopdit. “Kami juga pernah mengalami masa-masa krisis sekitar tahun 1997-an sampai awal tahun 2000. Yang kami lakukan adalah konsolidasi dan reposisi keanggotaan koperasi kredit dengan indikator yang lebih jelas dan tegas seperti pelayanan harus harian, memiliki kantor tetap baik milik sendiri ataupun sewa, ada pemisahan yang tegas antara pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional, menggunakan IT (komputerisasi), anggota minimal 1000 orang dan asetnya minimal Rp1 miliar dalam waktu dua sampai tiga tahun serta setiap dua atau tiga tahun selalu diakreditasi kembali. Ternyata diiringi dengan kerja keras dan doa, koperasi-koperasi kredit bisa bangkit dari krisis”, demikian Kosmas memberikan motivasi pada acara pembukaan. Harus Miliki Pencatatan Usaha Hari pertama dan kedua, tanggal 25-26 Juni 2012, pembimbing dan peserta berdiskusi serta mendalami materi manajemen usaha. Pelatihan manajemen usaha didominasi para anggota koperasi kredit/cu yang memiliki usaha seperti kios, pertanian, peternakan, papa lele (semacam pedagang kaki lima), pertukangan dan perbengkelan. Mereka berasal dari 7 koperasi kredit dengan 38 peserta. Semuanya larut dalam permenungan untuk mengusahakan agar usaha atau bisnis mereka bisa berkembang ke arah yang lebih baik dengan didukung pencatatan arus keuangan yang lebih terarah serta permodalan yang lebih memadai. Kebanyakan dari mereka membuka usaha tanpa perencanaan apalagi uji kelayakan jenis usaha di suatu tempat atau wilayah. Membuka usaha hanya karena tetangga sebelah membuka usaha bahkan kadang dari anggota koperasi kredit yang sama juga membuka usaha yang sama dengan produknya yang hampir sama. Hal ini diperkuat dengan ungkapan tulus dalam diskusi-diskusi kelompok yang dilakukan selama pelatihan berlangsung. Peserta umumnya mengungkapkan kendala-kendala seperti: melaksanakan usaha secara konvesional tanpa analisa kelayakan apalagi menghitung laba-rugi usaha, belum memisahkan keuangan bisnis dengan keuangan rumah tangga, tidak punya pencatatan (buku kas harian), kurangnya modal untuk berusaha lantaran koperasi kredit belum mampu memenuhi kebutuhan modal perputaran usaha, ada serangan penyakit (usaha ternak dan pertanian), persediaan bahan makan (ransum) yang cukup mahal, urusan adat dan pesta yang berlebihan serta adanya mental bon yang tidak segera bayar atau bahkan tidak bayar sama sekali termasuk pencurian. Untuk menjawab sebagian kendala yang disampaikan peserta maka pembimbing mengintrodusir materi-materi seperti pengenalan bisnis atau usaha (memilih usaha sesuai potensi orang yang menjalankannya serta potensi pasar), studi kelayakan (melihat kelayakan usaha pada suatu tempat tertentu), perhitungan laba-rugi usaha, resiko usaha, analisa titik pulang pokok usaha (Break Event Point=BEP), membuat proposal usaha, tips sukses usaha dan pengaturan keuangan (membuat buku kas harian dan buku persediaan serta buku penjualan). Selain itu, pengusaha perlu memiliki tips khusus agar bisa berhasil menjalankan dan mengembangkan usaha yang sedang dirintis secara lebih memadai. Sembari menyitir tulisan Redaksi Indonesia Cerdas dalam buku berjudul “Untung Besar dengan Modal 2 Juta Rupiah”, Kosmas Lawa Bagho menegaskan bahwa para pengusaha sukses harus memiliki tips-tips tersendiri yakni siapkan mental menjadi pengusaha, memiliki visi, misi usaha yang jelas, memiliki keyakinan bahwa berusaha itu gampang, tidak takut modal kere, mencari tempat usaha yang strategis, pertimbangkan manajemen resiko, cerdas menyikapi kegagalan, cerdas memperlakukan laba dan asah terus kreativitas maupun kemampuan. Tidak kalah penting, para pebisnis/pengusaha hendaknya juga memperhatikan pencatatan arus keuangan usaha. Tanpa pencatatan yang baik dan teratur maka pebisnis tidak bisa mengetahui laba-rugi dan memang lebih banyak usaha bersangkutan tidak memberikan daya ungkit bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga yang menyebabkan kredit macet pada koperasi kredit. Apalagi pebisnis yang sebagian besar anggota koperasi kredit itu tidak mendapatkan pelatihan maupun pendampingan yang memadai. CUDCC dalam Konteks Implementatif Materi CUDCC yang diperkenalkan ACCU-Bangkok sungguh luar biasa dan mengandaikan koperasi kredit/CU yang sudah besar jumlah anggota, besar jumlah modal maupun aset serta pelayanan yang seharusnya sudah menuju profesional. Untuk itu, pembimbing meramu materi dimaksud dalam konteks implementasi yang sudah diterapkan di Puskopdit Flores Mandiri, Ende. Berbagai materi CUDCC diadaptasikan dengan kondisi riil koperasi kredit para peserta di BK3D Sumba namun hal-hal prinsipiil tetap diintrodusir. Yang mengikuti CUDCC (Credit Union Director’s Competency Course = Pelatihan Kompetensi Pengurus Koperasi Kredit) sebanyak 43 orang, utusan 9 kopdit dari hampir 20 buah koperasi kredit. Peserta secara tekun mendalami dan mendiskusikan materi-materi mulai dengan orientasi pelatihan, profil kopdit dan BK3D Sumba sejak tahun 1995 (berdiri sendiri dari BK3D NTT Barat yang kini Puskopdit Flores Mandiri) sampai Juni 2012 dan rencana ke depan, kopdit di pasar keuangan, tugas dan wewenang pengurus, pengembangan produk, analisa pearls, manajemen sumber daya manusia, administrasi kredit, tata kelola yang sehat dan perencanaan strategis. Diskusi pengurus dan pengawas menghangat adalah hal-hal yang menyenangkan periode 1995 sampai Juni 2012, yakni adanya kemudahan membuka koperasi kredit hanya dengan anggota awal 25 orang, tidak ada aturan yang mengikat dalam simpan-pinjam dan hanya bermodalkan saling percaya, adanya perlindungan/daperma, ada jasa simpan dan pinjam, membuka lapangan kerja baru (khusus Kopdit Merandiate yang telah memiliki manajer dan staf dengan anggota 3,000 dan aset Rp5 miliar lebih per Mei 2012 sementara yang lain rata-rata anggota baru 100-300 orang dengan aset Rp25.000.000-Rp300.000.000), mensejahterakan anggota namun ada hal yang menyakitkan seperti susah mendapatkan anggota baru (trauma dan kurang percaya), tidak ada pemahaman dan pengetahuan pengurus, tidak ada pembagian peran yang jelas, pengurus sekaligus pengelola, pelayanan masih bulanan, kerjasama pengurus kurang, bekerja tanpa upah, pelayanan pinjaman belum sesuai kebutuhan dan kredit macet. Hal yang menjadi harapan adalah pasar anggota masih luas (kopdit-kopdit masih terpaku pada ikatan pemersatu dan belum terbuka pada semua masyarakat), pengembangan produk non saham (selama ini belum ada kopdit yang membuka produk non saham), pembukaan cabang-cabang pelayanan, perubahan pelayanan dan kemampuan pengurus maupun pengawas serta manajemen, penggunaan IT dan kantor yang megah sebagai promosi sedangkan tantangannya adalah promosi Kopdit/CU masih lemah, masyarakat dan anggota belum memahami pengelolaan kopdit/CU yang sungguh-sungguh, masyarakat belum yakin dengan kopdit/CU, tradisi hidup boros dengan adat-istiadat yang masih konsumtif, persaingan bisnis dengan lembaga keuangan lain. Peserta yang sebagian pengurus dan pengawas berjanji untuk mengubah proses pengelolaan koperasi kredit agar bisa lebih maju ke depan dengan tetap memfokuskan diri pada pelatihan dan sharing pengalaman dari para praktisi yang telah secara sukses mengembangkan koperasi kredit. CUDCC ditutup dengan rencana strategis yang lengkap dalam bingkai rancangan 4 aspek Accesbranding (Keuangan, Keanggotaan, Bisnis Internal dan Pendidikan maupun Pembelajaran) dengan target-target yang lebih jelas, konkret dan mudah dicapai. Kompetensi Pengawas Organisasi keuangan yang sehat dan dinamis seperti koperasi kredit/credit union juga membutuhkan pengawas yang cerdas bahkan pengawas hendaknya lebih cerdas dari pengurus dalam aspek organisasi, keuangan dan manajemen agar mampu mengontrol serta mengevaluasi kinerja kerja pengurus. Bagaimana mungkin, pengawas bisa melakukan pengontrolan dan pengawasan keseluruhan kinerja kunci organisasi dan keuangan koperasi kredit, apabila pengawas tidak memiliki kompetensi, apalagi pengawas tidak mampu membaca neraca dan seluk beluk siklus akuntansi keuangan koperasi kredit yang standar. Untuk itu, kompetensi pengawas mutlak perlu dan sama pentingnya dengan kompetensi pengurus maupun manajemen. Menarik dalam berbagai diskusi kelompok mengemuka bahwa ada koperasi kredit/CU yang personel pengawasnya tidak pernah melakukan pemeriksaan ataupun pengawasan lantaran belum pernah mendapatkan pelatihan atau orientasi tentang kepengawasan. Peserta sungguh berterima kasih kepada BK3D Sumba yang boleh mengadakan pelatihan manajemen kepengawasan meski ada beberapa pengawas koperasi kredit tidak bisa mengikutinya karena kesibukan sebagai orang-orang profesional pada lembaga pemerintahan, lembaga agama maupun lembaga pendidikan. Selama dua hari, tanggal 29-30 Juni 2012, pengawas berproses bersama pembimbing dalam diskusi, tanya jawab dan presentasi dengan materi-materi seperti: fungsi,tugas dan wewenang pengawas, kode etik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan (bidang hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen), analisa pearls, jadual kegiatan pengawas dan pelaporan pengawas. Para peserta menerima dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dengan penuh antusias hanya kurang dalam proses praktek lapangan lantaran waktu yang disediakan hanya dua hari. Peserta berharap pelatihan jenis ini diadakan lagi dan dengan ketersediaan waktu yang lebih memadai agar bisa langsung praktek pemeriksaan agar tugas dan tanggungjawab pengawas lebih optimal di koperasi kredit maupun BK3D, dengan demikian diharapkan “Gerakan Kopdit/CU dan BK3D bangkit menuju 1000 anggota dan asset Rp1 miliar, bisa lebih cepat terrealisasi”. Keseluruhan pelatihan selama sepekan diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk dievaluasi setiap tiga bulan dan evaluasi peserta terhadap materi yang disajikan, gaya dan metode penyajian pembimbing, pelayanan panitia termasuk akomodasi dan konsumsi. Peserta umumnya menyampaikan rasa puas lantaran materi sangat menyentuh langsung dengan kebutuhan peserta baik dalam pelatihan manajemen usaha, CUDCC (kompetensi pengurus) dan kompetensi pengawas. Metode yang disampaikan juga cukup membantu peserta lebih cepat memahami materi terutama disampaikan dengan bahasa yang sederhana, berangkat dari praktek (pengalaman praktis) serta didukung dengan metode diskusi, bermain sambil belajar serta penayangan video. Andreas Ng.B. Ole, Sekretaris Pengawas yang mewakili Pengurus BK3D Sumba pada akhir acara menyampaikan terima kasih kepada Puskopdit Flores Mandiri yang bersedia mengirimkan orang kepercayaannya untuk memfasilitasi kegiatan pelatihan dengan sangat baik. “Kami masih berharap agar saat-saat mendatang tidak berkebratan apabila kami membutuhkan untuk terus memberikan penyegaran, pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit/CU sebab selama ini kami berjalan dalam kegelapan di hutan belantara sehingga koperasi kredit dan BK3D kami belum bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya,” urai Andreas lebih lanjut. Kepada para peserta beliau mengharapkan agar apa yang telah diperoleh dan telah dirumuskan dalam RTL maupun Renstra perlu diimplementasikan secara serius dan sungguh-sungguh. Kosmas Lawa Bagho mengakhiri kesan dan pesan terakhirnya dengan menceritakan kembali cerita “seekor burung” yang pernah dilontarkan oleh Trisna Ansarli, mantan fasilitator Inkopdit yang sekarang mengabdi di Yayasan BK3I-Jakarta. Konon suatu kali seorang pemuda desa merasa penasaran dengan sang penatua di desanya yang selalu dikerubuti orang-orangnya sebagai orang yang selalu benar dalam hal meramal masa depan setiap orang yang datang kepadanya. Pemuda tadi pergi mencari ilmu di kota lalu kembali ke desanya untuk mengalahkan sang penatua tadi. Ia membawa seekor burung pada genggamannya dan meminta sang penatua meramalkan apakah burung yang ada pada genggamannya itu mati atau hidup. Sang penatua berpikir sejenak dan dengan suara berwibawa, dia berkata, “Hai anak muda, burung yang ada pada genggaman anda itu hidup atau mati tergantung pada genggaman tangan anda.” Sang penatua benar sebab jika beliau mengatakan bahwa burung itu mati maka anak muda tadi membiarkan burung itu hidup tetapi apabila sebaliknya maka anak muda akan memencet burung itu mati. Kosmas hanya mengatakan bahwa pelatihan selama sepekan (25-30 Juni 2012) mulai pelatihan manajemen usaha yang dihadiri oleh para anggota koperasi kredit, pelatihan kompetensi pengurus (CUDCC) dan manajemen kepengawasan yang dihadiri sebagian besar pengurus, pengawas maupun manajer dan staf, bermanfaat atau tidak sangat bergantung pada perubahan mindset, kerja keras dan kecerdasan para peserta sendiri. Kosmas juga berharap agar apa yang telah ditulis secara sadar pada rencana tindak lanjut (RTL) ataupun rencana stragis perlu diwujudnyatakan dalam tindakan sebab motto koperasi kredit adalah “melaksanakan apa yang diwartakan dan mewartakan apa yang dilakukan”. Dengan demikian, cita-cita 1000 anggota dan aset Rp1 miliar tidak tunggu sampai tahun 2015 dan pelatihan yang diikuti selama ini tidaklah sia-sia. Kepengurusan BK3D periode 2010-2015 Dewan Pimpinan: Pastor Cypri M. Leyn, CSsR (Ketua), Bernard Bora Lamunde (Wakil Ketua), Joseph Edu Bha, Amd (Sekretaris), Dominica Woda Lado (Bendahara). Panitia Kredit: Antonius K. Bili (Ketua), Yosef Rangga Kapodo (Sekretaris), Marsel Rana (Anggota). Panitia Pendidikan: Raymundus Woge (Ketua), Agustina Bulu (Sekretaris), Agustinus S. Rua (Anggota). Badan Pengawas: Lukas Manja (Ketua), Andreas Ng.B. Ole, SST (Sekretaris), Vincent Ng. Righuta (Anggota). Manajemen: Anselmus Tana (Manajer), Alfonsus Pon (Petugas Lapangan), Yohana Nuna Dama, S,Kom (Adum). Read more...

Pelatihan Pelatih (ToT) Pendidikan Dasar Kopdit Khusus Perempuan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Menyadari peran perempuan belum optimal dalam mengaktualisasikan potensi yang dimiliki serta masyarakat perempuan kadang kurang terlibat aktif dalam keseluruhan kiprah pengelolaan koperasi kredit sebagai fungsionaris maupun sebagai anggota maka Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Flores Mandiri yang berkedudukan di Ende, Flores melakukan Pelatihan Pelatih (ToT) Pendidikan Dasar Kopdit Khusus Perempuan di Aula Pusdiklat Puskopdit Flores Mandiri dalam dua gelombang yakni Gelombang Pertama tanggal 9-11 Mei 2012 dengan melibatkan 18 orang peserta dari 14 utusan kopdit dan Gelombang Kedua tanggal 30 Mei – 1 Juni 2012 melibatkan 13 peserta dari 8 utusan kopdit. Drs. Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri baik dalam acara pembukaan dan penutupan kegiatan pelatihan ini menegaskan bahwa selama ini kami masih memprioritaskan laki-laki. Sesungguhnya sejak awal pendirian koperasi kredit atau Puskopdit senantiasa memiliki kepedulian yang sama antara peran laki-laki dan peran perempuan. Orang lebih mengenalnya dengan kesetaraan gender. Namun patut diakui bahwa kadang peran perempuan belum diperhatikan atau potensi perempuan belum dioptimalkan dalam proses pengembangan koperasi kredit. Untuk itu momen ini merupakan pintu pembuka, Puskopdit memberikan perhatian yang sama besar kepada perempuan. Perempuan biasanya menyentuh pribadi-pribadi anggota atau calon anggota dengan hati maka anggota maupun calon anggota lebih merasa tersentuh dan mulai terlibat secara aktif di dalam koperasi kredit maupun Puskopdit. “Anda kalian yang hadir adalah utusan-utusan terbaik dari koperasi kredit dan bagi yang terbaik sebagai fasilitator akan juga dimanfaatkan untuk membantu Puskopdit dalam memfasilitasi anggota atau calon anggota khususnya perempuan. Untuk itu, manfaatkan momen ini sebagai investasi sumber daya manusia pribadi sebagai asset berharga bagi koperasi kredit dan Puskopdit” demikian tegas Mikhael, manajer yang dikenal sebagai pekerja keras dan suka melakukan terobosan. Pelatihan pelatih ini memiliki tujuan: Pertama, Menyiapkan peserta (khusus perempuan) untuk menjadi fasiltator pendidikan anggota yang berkemampuan dan terampil. Kedua, Agar peserta mampu memahami materi/modul dan strategi memfasiltasi pendidikan anggota koperasi kredit secara menarik, menyenangkan dan mudah dipahami. Ketiga, Meningkatkan kualitas fasiltator perempuan untuk pendidikan anggota berbasis IT (menggunakan media PowerPoint). Selama tiga hari peserta dibekali diri dengan teori dan praktek. Materi yang diperoleh selama pelatihan yaitu Analisa Sosial (Ansos) untuk menyakinkan peserta agar mengubah mindset dalam menganalisis berbagai sebab kemiskinan, dampak dan akibat serta mencari jalan keluar agar litani kemiskinan secara turun-temurun bisa diminimalisir, Perencanaan Penerimaan dan Pengeluaran Keluarga (P3K), mengajak peserta juga membalik mindset pengelolaan keuangan keluarga agar bisa terciptanya keluarga yang harmonis, bahagia lahir-batin serta bijak mengatur keuangan rumah tangga, Jati Diri Koperasi untuk melihat apa keunikan koperasi (kredit) dibandingkan dengan lembaga keuangan lain, Sejarah dan Filosofi Koperasi Kredit agar peserta bisa memahami sejarah perjalanan dan filosofi dasar koperasi kredit yang dihidupi para perintis agar tidak melupakan sejarah dan setia pada jati diri untuk tidak terombang ambing oleh kemajuan saat ini. Juga modul Struktur Organisasi dan Landasan Hukum agar peserta memahami apa sih struktur organisasi dengan tugas, peran dan wewenang masing-masing struktur yang dipayungi landasan hukum yang terjadi di Republik ini dilanjutkan dengan Usaha dan Produk Pelayanan agar peserta tahu dan memahami apa produk utama pelayanan koperasi kredit yang didukung dengan pendidikan kritis serta perlindungan. Khusus perlindungan bisa yang dikembangkan oleh Inkopdit dalam bentuk Daperma tetapi juga di Puskopdit Flores Mandiri (SKP) serta yang dilakukan masing-masing koperasi kredit. Semua materi diatas dilengkapi dengan pembekalan tehnis mengenai komunikasi yang efektif, tehnis berbicara di depan umum secara menarik dan cerdas, bagaimana menggunakan media fasiltasi serta bagaimana menyikapi perilaku peserta (audiens) saat pelatihan. Untuk lebih mempertajam berbagai teori dibuat juga praktek memfasilitasi oleh masing-masing peserta dengan materi diundi lalu dinilai oleh fasilitator dengan memberikan catatan-catatan kritis agar menjadi fasiltator perempuan yang handal. Tujuan pelatihan serah dengan harapan yang diutarakan para peserta pelatihan baik gelombang pertama maupun kedua sebagai berikut: mampu menjadi yang baik dan handal meyakinkan pendengar serta peyajiannya menarik, memahami teknik-teknik fasiltasi dan mampu menerapkannya setelah pelatihan, menjadi fasilitator yang terpercaya dan patut diteladani, mampu berbicara di depan umum secara meyakinkan pendengar, meningkatkan jumlah anggota melalui fasilitasi yang meyakinkan calon anggota, mampu memfasilitasi materi pendidikan dasar koperasi kredit dan mengambil bagian dalam tim untuk melaksanakan pendidikan dasar koperasi kredit kepada anggota serta mendapatkan pengalaman fasilitasi dan hidup disiplin untuk terus belajar mengembangkan diri sebagai investasi pengembangan sumber daya manusia pribadi dan kelompok. Walaupun harapan begitu menjulang tinggi namun ada juga kekuatiran peserta pelatihan selama mengikuti pelatihan antara lain; tidak mampu memahami materi dalam waktu singkat (2-3 hari), gugup menghadapi pendengar (sebagian peserta yang berpendidikan), kurang percaya diri, kurang terampil berbicara di depan umum, takut ditertawakan pendengar, kurang mampu menjadi fasilitator yang menggugah pendengar, deman situasi, kaku dan tegang dalam memberikan materi serta kurang mampu meyakinkan pendengar maupun kurang mampu menerapkannya setelah pelatihan selesai. Sementara itu, Kosmas Lawa Bagho, fasilitator tunggal pada kedua gelombang kegiatan dimaksud memberikan kesaksian bahwa setelah melewati berbagai proses pelatihan yang disertai praktek yang dilakukan oleh para peserta pelatihan ternyata potensi perempuan sungguh luar biasa. Perempuan memiliki potensi kemampuan dan ketrampilan untuk memfasilitasi anggota apalagi dalam seluruh prosesnya menggunakan dengan hati. Perempuan dirasakan lebih peka dan berani menyentuh hati dan pikiran anggota yang sebagian besar juga perempuan untuk mulai terlibat aktif di dalam proses menabung serta mempersiapkan masa depan keluarga masing-masing secara lebih baik. Mungkin perempuan hanya kadang kurang berani untuk tampil atau kadang kurang diberi kesempatan oleh sahabatnya laki-laki. Pelatihan ini menurut Kosmas bahwa sebagai awal pembuka untuk memberikan kobaran baru bagi perempuan untuk menyadari potensi yang dimiliki dan mau terlibat aktif sebagai anggota koperasi kredit yang baik dan bertanggungjawab maupun sebagai pengurus, pengawas maupun manajemen yang berkontribusi lebih bagi pertumbuhan dan kemajuan koperasi kredit dengan demikian dapat diharapkan bisa mensejahterakan masing-masing keluarga sebab perempuan juga menjadi salah satu titik kunci kebahagiaan keluarga baik secara ekonomi, politik, budaya dan sumber daya manusia. Para peserta yang semuanya perempuan tersebut mengharapkan agar pelatihan atau program pengembangan sumber daya manusia (SDM) perempuan koperasi kredit dilakukan secara terprogram dan berkelanjutan agar mereka juga bisa memberdayakan perempuan lain menuju manusia baru yang berkompetensi dan terampil dalam bidangnya masing-masing terutama menabung di koperasi kredit, meminjam di koperasi kredit untuk pengembangan usaha dan akhirnya menabung kembali ke koperasi kredit. Perempuan sesungguhnya bisa diandalkan hanya belum diperhatikan secara proporsional. Keseluruhan rangkaian kegiatan pelatihan ini ditutup dengan evaluasi dan rencana tindak lanjut masing-masing peserta agar bisa diimplementasikan setelah pelatihan usai dan dalam tiga bulan berikutnya akan diundang kembali bagi peserta yang melakukannya untuk mengikuti lokakarya saling menguatkan satu sama lain di Puskopdit Flores Mandiri sebagai investasi sumber daya manusia yang handal bagi gerakan kini dan masa depan. Read more...

Minggu, 27 Mei 2012

Perempuan Belum Diperhatikan secara Proporsional

oleh Kosmas Lawa Bagho

Mei 1997, penulis bergabung dengan gerakan koperasi kredit dibawah payung BK3D dan berubah nama menjadi Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dan tanggal 27 Mei 2011 setelah RAK (Rapat Anggota Khusus) tanggal 25-26 Februari 2011 berubah nama menjadi Puskopdit Flores Mandiri. Sejak saat itulah baik di tingkat motivasi dasar, gerakan koperasi kredit senantia mengutamakan peram perempuan dalam segala bidang terutama pemberdayaan peran perempuan dalam koperasi kredit atau lebih dikenal dengan nama Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-Laki dalam karya besar koperasi kredit atau Credit Union (CU). Di berbagai pertemuan, forum, lokakarya dan pelatihan, kemitraan sejajaran ini senantiasa didengungkan, didiskusikan dan bahkan sudah ada semacam aturan atau panduan bahwa posisi pengurus atau pun pengawas koperasi kredit/CU hendaknya 30% dari antaranya perempuan. Seiring dengan perjalanan waktu, ketentuan tersebut tidak serta merta dipraktekkan sebab ada diskusi hangat bahwa jabatan itu diberikan tanpa mempertimbangkan kompetensi pada hal jabatab pengurus dan pengawas dalam koperasi kredit/CU adalah jabatan kepercayaan yang dipilih anggota secara demokratis dalam forum Rapat Anggota (Tahunan). Gerakan juga melihat bahwa kebanyakan anggota dalam sebuah koperasi kredit tingkat primer atau sekunder daerah (Puskopdit) dan sekunder tingkat nasional (Inkopdit) kebanyakan perempuan. Apabila merujuk secara garis lurus maka perempuan mendapatkan tempat yang semestinya sebagai pemimpin sebab apa pun yang terjadi dalam pemilihan tentu mereka lebih unggul. Namun kenyataannya lain. Romanus Woga, dalam pemaparannya pada acara lokakarya nasional (loknas) dengan materi "Kemitra sejajaran Pria dan Wanita dalam CU" di Yogyakarta tanggal 16 Mei 2012 pada Group "Youth dan Woman" pernah menyetir pengalaman nyata pribadinya ketika terjadi pemilihan pengurus dan pengawas di tingkat sekunder daerah Puskopdit (Swadaya Utama) Maumere bahwa cuma ada satu calon perempuan dari antara para kandidat dan satu-satunya perempuan tersebut malah tidak terpilih. Cerita seperti ini bukan hanya terjadi di Maumere bahkan di seluruh wilayah Indonesia. Romanus menambahkan bahwa "Dari 34 Puskopdit/BK3D dan 8 Daerah Binaan, dari padanya ada 930 buah kopdit primer dengan jumlah anggota indivisu sebanyak kurang lebih 1.808.755 orang, terdiri dari anggota pria: 965.684 orang dan wanita (perempuan) 843.071 orang. Tentu saja jumlah ini hampir berimbang antara pria dan perempuan, namun yang belum berimbang adalah kepengurusan (pengurus dan pengawas) baik pada tingkat primer (kopdit), sekunder Puskopdit dan sekunder Inkopdit, ternyata masih lebih dominan oleh kaum pria. Ini mengandung implikasi bahwa kepentingan perempuan kurang mendapat perhatian secara proporsional sehingga manfaat koperasi kredit belum dapat dinikmati sebagaimana mestinya." Untuk itu Romanus mengajak seluruh komponen terutama para peserta lokakarya perlu memperhatikan secara sungguh-sungguh peran perempuan dalam lingkungannya masing-masing terutama dalam gerakan koperasi kredit secara nasional. Sebab "perempuan dan pria" sama kedudukannya atau mitra sejajar seperti terluki dalam kata-kata Dale S. Hadley. "Woman was created from the rib of man. Not from his head to be above him. Not from feet to be walked upon. But from his side to be equal. Near his arm to be protected and Close to his heart to be loved" yang bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: Perempuan diciptakan dari tulang rusuk pria. Bukan dari kepala untuk menjadi penguasa, bukan dari kaki untuk menjadi alas tetapi dari samping untuk sejajar, dekat di lengannya untuk dilindungi dan rapat di hatinya untuk dicintai. Inilah bahasa yang paling pas untuk melukiskan kemitrasejajaran pria dan perempuan. Walaupun demikian dalam kenyataan hidup sehari-hari selalu ada bias. Banyak kisah sedih tentang yang namamya perempuan. Ada banyak alasan sehingga perempuan tidak berperan sebagaimana mestinya. Rere Bibiana Paulina, Pengawas Inkopdit juga memberikan beberapa alasan sehingga perempuan kurang berpartisipasi aktif dalam gerakan koperasi kredit terutama sebagai pengurus dan pengawas. 1. Secara personal, perempuan merasa kurang percaya diri untuk bisa tampil secara optimal dalam kegiatan-kegiatan publik (kopdit, puskopdit, inkopdit) lantaran bapak-bapak kurang memberikan kesempatan atau peluang agar perempuan bisa mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara optimal. 2. Peran ganda yang dimainkan perempuan terutama perannya sebagai isteri agar susah meninggalkan rumah apalagi dalam waktu yang cukup panjang. Prempuan di[ercayakan dengan 1001 macam urusan rumah tangga termasuk merawat anak-anak dan suami. 3. Perempuan kerja secara profesional pada lembaga lain sehingga agak susah membagi waktu untuk bisa berpartisipasi di koperasi kredit sebingga jika ada peluang untuk menjadi pengurus atau pengawas, perempuan selalu berpikir 1001 kali menerima kepercayaan tersebut. 4. Perempuan bersuami betapa sering tidak diberi kesempatan oleh suami meninggalkan anak-anak dan rumah. 5. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh sesesama perempuan (dalam proses pemilihan) dengan streotip bahawa perempuan tidak mampu, tidak tegas, tidak kuat dll. 6. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh pria. Adanya diskriminasi dengan berbagai alasan yang dibuat kaum pria sehingga perempuan terlempar dari gelanggang persaingan menjadi pengurus dan pengawas. 7. Aspek Budaya: budaya patriakhat yang selalu menomrsatukan anak-anak laki-laki daripada perempuan. Untuk mengatasi berbagai hambatan, Rere Bibiana memberikan alternatif solusi adalah perempuan harus percaya diri, kreatif, cerdas dan penuh integritas. Dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan dengan menyetir apa yang disampaikan Romanus Woga yang juga mengutif tulisan Julius Nyerere (Mantan Presiden Tanzania, berkuasa 29 Oktober 1964 - 5 November 1985) "Jika engkau mendidik satu orang laki-laki maka akan menghasilkan satu orang terdidik, tetapi apabila engaku mendidik satu orang perempuan maka akan menghasilkan satu generasi terdidik". Untuk tingkat koperasi kredit mulai memikirkan keseimbangan komposisi perempuan dalam kepengurusan dan kepengawasan mulai tahun buku 2012. Juga perlu dirancang atau review kebijakan (AD/ART) yang lebih memungkinkan perempuan masuk dalam jajaran pengurus dan pengawas tentu bukan keterberiam melainkan berdasarkan kompetensi. Hal ini diperkuat dengan sharing seorang peserta Noberta Yati, ketua Kopdit Pancur Kasih, Kalbar bahwa dirinya terpilih menjadi ketua dan tidak ada masalah dengan peran sebagai perempuan, istei bagi suami dan ibu bagi anak-anak. Merdeka, Perempuan Kopdit, Bangkitlah berkiprah di dalam gerakan dengan percaya diri, pengatahuan serta skill yang mumpuni. Masih dalam hubungan dengan lokakarya pada group yang sama, Maria Andina (Inkopdit-Jakarta juga sebagai notulis) memberikan tambahan informasi rekomendasi yang dikirim melalui inbox facebook akun Koperasi Kredit Serviam Ende tanggal 28 Mei 2012 untuk melengakapi tulisan di atas sebagai berikut: 1.GKKI (Gerakan Koperasi Kredit Indonesia) membuat pelatihan khusus untuk perempuan serta ada SOM/SOP (Standar Operasional Manajemen/Standar Operasional Prosedur) yang jelas, khususnya mengenai pengaturan kuota perempuan dalam kepengurusan di koperasi kredit/CU. 2.Pria dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti setiap pendidikan yang diberikan baik di tingkat primer, Puskopdit dan Inkopdit. 3.Apabila dalam penjaringan belum ada calon perempuan perlu ada penjaringan ulang. 4.Pada saat pemilihan perlu disosialisasikan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Meski sudah memiliki rekomendasi bersama secara nasional dalam gerakan koperasi kredit/credit union untuk memperhatikan kemitrasejajaran pria dan perempuan secara sungguh-sungguh dalam komposisi kepengurusan dan kepengawasan namun masih menuntut "political will" dari segenap komponen yang terlibat di dalamnya dan perempuan hendaknya membalut diri dengan kompetensi dan intergritas diri yang dapat dipercaya. Merdeka Perempuan Koperasi Kredit/CU Indonesia!!! Read more...