Selasa, 31 Agustus 2010

Pertanyaannya, Kapan Bisa Terjadi di Kopdit Kita?

(ENDE, FLORES POS; 8 JULI 2005) Tanggal 15-19 Mei 2005, 28 anggota tim Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada berkunjung ke Puskopdit Sumatra Utara (Sumut)-Medan yang terdiri dari 1 puskopdit dan 8 kopdit yaitu Kopdit Merdeka, Kabupaten Karo-Medan, Kopdit Unam Berastagi Karo Medan, Kopdit Serayaan-Karo Medan, Kopdit Satolop Siborong-borong Tapanuli Utara, Kopdit Cinta Mulia Pematangsiantar, Kopdit Mandiri Tebing Tinggi, Kopdit Hidup Baru Tebing Tinggi dan Kopdit Makmur Bersama –Tebing Tinggi.

Ada hal menarik yang didapat yaitu seleksi calon anggota menjadi anggota. Kegiatan seleksi sangat ketat dan dianggap bertele-tele. Itulah kekuatan sehingga seseorang calon menjadi anggota penuh pemahaman yang luas tentang CU, kesadaran dan tanggungjawab.

Seorang calon harus melalui 6 tahap seleksi yaitu pendidikan tahap 1 (3 jam): motivasi, ansos, dan lain-lain, tahap 2 (3 jam): tentang perkoperasian dan credit union (CU), tahap 3 (3 jam) pengaturan ekonomi rumah tangga (ABK), tahap 4 (3 jam): Undang-Undang Koperasi, AD/ART, poljak, persus dan keputusan-keputusan organisasi (RAT) atau pun rapat-rapat, tahap 5 (2 jam): evaluasi/ujian melalui wawancara atau tertulis. Jika lulus maka calon bersangkutan bisa maju ke tahap 6: pelantikan dengan sumpah/janji pada saat rapat pendidikan atau RAT.

Penjamin. Penjamin memiliki fungsi yang strategis dalam memperlancar angsuran anggota peminjam. Penjamin juga memberikan jaminan simpanan dipotong atau harus merogoh kocek sendiri untuk membayar utang si kredit macet di mana ia sebagai penjaminnya. Luar biasa bahwa ada kasus 3 orang penjamin pernah membayar masing-masing 3 juta rupiah bagi si kredit macet yang melalaikan uang kopdit sebesar Rp. 9 juta. Pertanyaannya, kapan hal ini terjadi di kopdit kita?

Hal menarik lain bahwa ada satu desa yang mewajibkan masyarakatnya menjadi anggota kopdit. Bahkan setiap bayi yang baru lahir harus mendaftarkan diri pertama di kopdit oleh kedua orangtuanya seperti cacah jiwa. Ini luar biasa. Mungkin mujizat kalau terjadi di daerah kita.

Bagi kopdit/puskopdit di Sumut, pendidikan bukan hanya jantung organisasi tetapi “hidup”nya orang Batak dalam kopdit. Semua orang masuk menajdi anggota wajib mengikuti pendidikan dengan berbagai tahapan seperti yang telah dijelaskan pada bagian seleksi anggota. Mereka sangat disiplin menerapkan dan terjadi bagi siapa saja tanpa memandang siapa orangnya, latarbelakangnya dan jabatannya. Kepala Dinas Koperasi saja kalau mau menjadi anggota wajib mengikuti pendidikan ala CU.

Dalam pendidikan, mereka sangat memperhatikan kedisiplinan waktu. Terlambat satu menit tidak diikutkan dalam pendidikan walaupun dibiayai sendiri. Anggota yang tidak mengikuti pendidikan tidak akan mendapat pelayanan pinjaman sama seperti yang terjadi di puskopdit/kopdit di Kalimantan.

Bagi siapa saja yang ingin menjadi fasilitator digembleng secara ketat dan disiplin serta diujicoba selama 1 tahun. Selama kurun waktu itu ia hanya sebagai moderator apabila ada kegiatan pendidikan oleh para seniornya. Fasilitator harus memiliki kualitas akademik, ketrampilan lebih serta berintegritas tinggi. Fasilitator mendapat ganti rugi kelelahan yang standar.

Hal menarik lain yang terjadi di puskopdit/kopdit di Sumut ada semacam kompetisi positif tiap kopdit untuk menghasilkan yang terbaik bagi kopditnya. Tiap periode pengurus senantiasa berlomba-lomba sumbang apa yang terbaik buat kopdit pada masa kepengurusannya.

Kompetisi ini diinspirasi oleh kompetisi sel untuk menghasilkan buah. Beribu-ribu sel pria namun hanya ada satu yang berhasil membuahi untuk menjadi manusia. Sel saja berkompetisi, mengapa setelah menjadi manusia, kita tidak lagi berkompetisi secara positif untuk satu perubahan hidup yang lebih baik dari hari ini (bersambung).
Read more...

Rabu, 18 Agustus 2010

Seseorang Tak Bisa Jadi Anggota CU, Tanpa Masuk Melalui Pintu Pendidikan

(ENDE, FLORES POS: 07 JULI 2005) Penanaman nilai-nilai dan prinsip dasar CU sudah mulai sejak sang calon mau menjadi anggota melalui program pendidikan yang teratur dan disiplin dengan tahapan-tahapan yang harus dilalui secara tertib. Seseorang tidak bisa menjadi anggota CU tanpa masuk melalui pintu pendidikan dan bagi yang tidak mengikuti pendidikan (motivasi dasar I dan dasar II serta spesialisasi) tidak akan mendapat pelayanan pinjaman dari kopdit dan puskopdit.

Materi-materi pendidikan disesuaikan dengan kemampuan anggota serta berdasarkan pada berbagai sajian dengan melibatkan unsur budaya, agama dan kebiasaan setempat. Pokoknya semua daya dimanfaatkan agar anggota fanatik dengan CU. Bagi mereka berlaku petuah Dengxiaoping, “Tidak penting kucing itu berwarna hitam, putih atau abu-abu. Yang penting ia dapat menangkap tikus”.

Mereka sungguh memanfaatkan berbagai sarana untuk membangun dan mengembangkan CU dalam rangka mempersiapkan masa depan yang kaya, aman dan nyaman bagi anggota. CU dibentuk pertama-tama untuk menolong diri sendiri bebas dari berbagai ketertindasan secara sosial, budaya, politik, agama dan ekonomi. Kedisiplinan dan komitmen menjadi kunci utama keberhasilan. Tanda seorang telah mengikuti pendidikan menggunakan stempel materi dan tanggal.

Kunci lain sehingga kopdit dan puskopdit se-Kalimantan bangkit menggelora bagaikan raksasa bangun dari tidurnya adalah perencanaan strategis (SP). Keyakinan mereka, hidup tanpa rencana adalah omong kosong dan datar tanpa dinamika, tanpa roh dan tanpa kehidupan. Hidup terasa tawar dan hanya menghabiskan waktu saja.

Ada penelitian pengurus kopdit pada sekelompok orang. Saat awal kedatangannya, ia menanyakan, “ Apa ada rencana tertulis untuk hidup anda?”. Ada satu kelompok menjawab “ya” dan yang lain mengatakan “tidak”. Menarik bahwa setelah 3 tahun kemudian ia datang lagi ke tempat yang sama. Ia menyaksikan bahwa kelompok yang menjawab “ya” ada perubahan hidup ke arah yang lebih makmur sedangkan kelompok yang menjawab “tidak” tidak ada perubahan dari sebelumnya bahkan hidup semakin melarat.

Perencanaan Strategis secara tertulis menjadi tuntutan “wajib” dan diimbangi dengan penerapan konkret di lapangan. SP telah mengantar Kopdit/Puskopdit Kalimantan mengalami pertumbuhan anggota dan aset secara luar biasa. Aset puskopditnya per April 2005 Rp. 521 miliar dengan anggota 50.000 orang.

Salah satu kunci keberhasilan adalah keberanian untuk tidak membuka kopdit banyak, tetapi memperluas keanggotaan melalui TP yang sementara waktu dibina dan dikoordinir secara tertib oleh kopdit pusat. Mengherankan bahwa anggota dan usaha TP lebih besar dari kopdit kita di Ende-Ngada yang asetnya di atas Rp. 1 miliar. Satu TP dengan anggota 3000-4000 orang dengan aset Rp. 5 – 6 miliar dalam jangka waktu 1-2 tahun pembentukan.

Penyakit ego wilayah, ego pribadi dan ego lainnya, mereka kesampingkan demi kemajuan bersama serta upaya membebaskan mereka dari segala keterbelengguan. Satu TP menjangkaui 1 kecamatan dan 1 kopdit bisa 5-6 kabupaten dan seluruh Kalimantan ditambah dengan Irian hanya 1 puskopdit.

Daperma-plus atau Daperma sendiri dengan batas klaim simpanan (SDA = santunan duka anggota dan pinjaman, PPA = proteksi pinjaman anggota Rp. 75 juta). Tiap kopdit membayar modal awal di puskopdit sebesar Rp. 30 juta dan setiap bulan membayar premi seperti Daperma Inkopdit. Tentang usia mulai nol tahun sampai 60 tahun tanpa ada perhitungan-perhitungan seperti terjadi pada Daperma Inkopdit.

Jaringan atau networking dengan puskopdit juga merupakan salah satu kekuatan pengembangan kopdit/CU. Mereka satu pikiran, satu langkah dan satu tindakan. Bagi yang keluar dari jaringan, pertumbuhan sangat lamban bahkan mati. Ada contoh kasus salah satu kopdit di lingkungan seminari menengah. Mereka tidak bergabung dan tidak mau mengikuti pendidikan ala puskopdit.

Hinggan tahun 2004, perjalannya lamban bagaikan bekicot berjalan sementara TP-TP di sekitarnya berkembang sangat spektakuler. Akhirnya 8 Desember 2004 mereka bergabung secara resmi dengan puskopditnya setelah terjadi strategy planning tanggal 11-13 November 2004 dengan aset baru Rp. 600 juta. Setelah bergabung dan melaksanakan pendidikan secara teratur, akhir April 2005 aset mencapai 4,9 miliar rupiah dengan anggota 1,950 orang.

Forum-forum pertemuan. Mereka juga tak jemu-jemu melakukan pertemuan melalui forum sebagai media saling tukar pikiran, berdebat untuk menghasilkan satu kesepakatan. Ada forum manajemen, forum diklat, forum pengawas, forum ketua dan lain-lain (bersambung).
Read more...

Selasa, 17 Agustus 2010

Guru dan Pegawai Tugas Sampingan, Mengurus CU adalah Tugas Pokok

Mengunjungi Kopdit Waras Bandar Lampung tanggal 9 Mei 2005. Jika melihat perkembangan di kopdit ini, pertumbuhan aset dan anggota sangat spektakuler. Kopdit ini baru berdiri 4 tahun lalu tetapi pertumbuhan anggota sudah menjadi 1,600 orang dan asetnya Rp. 2,9 miliar dengan seorang manajer, 3 karyawan dan 3 kolektor. Pertumbuhan yang cepat karena penerapan micro-finance secara tertib.

Program MFI membutuhkan beberapa syarat yang harus dipenuhi: kolektor, pencatat, SDM kolektor, SDM pencatat dan staf kopdit, analisa pasar, analisa usaha serta pemetaan potensi manusia dan potensi ekonomi, bionding/jaminan bagi para pelaksananya, baik kolektor, pencatat dan staf kopdit.

Pelayanan pinjaman harian atau mingguan dengan suku bunga maksimal 5-6%. Pelayanan pinjaman per paket dan satu paket pinjaman harian sebesar Rp. 150.000 dengan potongan 10.000 (5000 untuk jasa kolektor, 5000 untuk kopdit dan setiap hari anggota mengangsur Rp. 5,000.

Pinjaman mingguan per paket Rp. 1.000.000 dengan bunga 5% dalam tempo dua bulan dan setiap hari mengangsur Rp. 20,000. Dari 5% dibagi 2% untuk provisi dan 3% untuk jasa kolektor. Selesai mengangsur keuangan sebesar Rp. 1.200.000. Dari sini dibagi 125.000 untuk tabungan anggota, 45.000 jasa kolektor dan 30.000 untuk pendapatan kopdit. Calon anggota hanya menyimpan 20.000 sudah bisa mengajukan pinjaman 1 paket disertai jaminan khusus untuk harian.

Keberanian melakuan inovasi. Sesungguhnya mereka cukup berani melakukan inovasi untuk memberantas rentenir yang mencekik masyarakat pedagang dengan pinjaman harian yang suku bunganya cukup tinggi. Kopdit menangkap peluang dengan cara pemberdayaan. Para pedagang kecil mendapat pinjaman sekaligus meningkatkan budaya menabung demi mempersiapkan masa depan yang lebih baik. Inovasi bentuk semacam inilah yang meningkatkan harkat dan martabat anggota dan masyarakat.

Setelah itu, 28 orang dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada mengunjungi fungsionaris Kopdit Gentiaras, Kecamatan Pringsewu, Kabupaten Tanggamus, Provinsi Lampung. Pengrekrutan kolektor. Kolektor yang direkrut bisa orang luar tetapi diutamakan anggota kopdit atau staf kopdit dan bekerja pada sore hari. Yang patut diperhatikan adalah kolektor harus memenuhi berbagai persyaratan psikologis tetapi juga dijamin agar kolektor tidak melarikan uang anggota. Untuk mewujudnyatakan secara lebih berhasil maka bidang pemasaran merupakan sesuatu yang wajib bagi kopdit/puskopdit di sana.

Mereka juga menggunakan notaris dengan biaya ditanggung bersama. Jika ada kredit macet, pengacara yang berurusan dengan si kredit macet itu. Sedangkan fungsionaris tetap menjalankan tugasnya sebagaimana biasa. Lawyer atau pengacara diusahakan orang yang memahami kultur atau budaya gerakan dan tidak memanfaatkan gerakan untuk menambah kocek pribadi.

Dari Lampung, 28 orang tim dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada mengunjungi Puskopdit di Kalimantan yakni Kopdit Bonaventura Sikawang, Kopdit Pancur Kasih Pontianak, Kopdit Stella Maris Pontianak serta 5 Tempat Pelayanan (TP) sejak tanggal 11-14 Mei 2005.

Kopdit-kopdit dibawah koordinasi puskopditnya secara luar bisa menggerakan masyarakat Dayak untuk mempersiapkan masa depan yang kaya, aman dan nyaman melalui wadah koperasi kredit atau lebih dikenal credit union (CU). Para penggerak, perintis dan fungsionaris CU seolah-olah menghipnotis masyarakat Kalimantan untuk fanatik dengan credit union.

Bahkan para guru dan pegawai sampai tergila-gila untuk mengurus CU ketimbang mereka bekerja sebagai guru atau pegawai. “Guru dan pegawai adalah pekerjaan sampingan, sementara mengurus CU adalah tugas pokokku,” kata Ketua CU Pancur Kasih dalam sebuah hearing dengan tim studi banding dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada di Siantan, tanggal 13 Mei 2005 (bersambung).

Flores Pos, 6 Juli 2005
Read more...

Rabu, 04 Agustus 2010

Aturan Kopdit Harus Seperti Karet, Tidak Kaku Seperti Kayu

Hal menarik lain ketika berkunjung ke KFC atau Mall di Denpasar, tanggal 7 Mei 2005 malam, kira-kira pukul 08.30 Wita. Ada berbagai kemajuan di sana. Saat-saat itu ketika hendak menikmati di lantai atas, naik eskalator secara bergerombolan mengundang perhatian banyak orang. Di tambah lagi salah seorang rombongan stuba hampir jatuh di eskalator. Ini tanda sebuah kegagapan teknologi.

Peristiwa kecil ini menarik, karena apabila kopdit/puskopdit juga gagap atau enggan menggunakan teknologi bukan saja akan ketinggalan mungkin hampir jatuh seperti teman tadi saat naik eskalator. Mungkin akan parah lagi, kopdit akan kalah bersaing dan jatuh mati terkapar tak tahu di mana batu nisannya.

Teknologi komputer atau kendaraan misalnya sudah menjadi kebutuhan untuk pengembangan kopdit/puskopdit bukan lagi hanya keinginan pamer kekayaan. Hal menarik lain semua perencanaan pada tanggal 6 Mei malam sebelum keberangkatan tidak selalu sama dengan realitas atau penerapannya, misalnya fungsi ketua kelompok dan pembagian kelompok. Rencana matang harus diimbangi dengan kemauan dan komitmen untuk merealisasikannya.

Dalam kopdit senantiasa ada rencana tahunan, bulanan bahkan mungkin harian. Namun semua itu tidak akan jalan kalau tidak ada komitmen dan konsistensi untuk melaksanakannya. Sisi lain bahwa perencanaan harus tetap fleksibel sesuai tuntuan keadaan riil di lapangan yang penting perubahan itu demi suatu kemajuan untuk banyak orang.

Berikut catatan stuba pada Puskopdit Lampung (mengunjungi 4 primer). Pertemuan dengan fungsionaris Kopdit dan Puskopdit Lampung mulai Minggu (8/5) malam sampai Selasa (10/5). Sesungguhnya Puskopdit/Kopdit Lampung pernah mengalami masa stagnasi/krisis pertumbuhan dan perkembangan lantaran kesalahan pengelolaan. Baru 2 tahun terakhir bangkit secara spektakuler setelah mengadakan studi banding ke Jawa dan Bali sekitar tahun 1989.

"Hasil studi banding memberikan angin segar luar biasa untuk bangkit dari keterpurukan,” kata Pak Kemis, Ketua Puskopdit Caraka Utama Lampung dihadapan 28 peserta rombongan stuba dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada. Ternyata stuba yang memakan banyak biaya merupakan media pembelajaran yang efektif menuju penggelolaan kopdit secara profesional.

Bantuan teknis INDECUA merupakan program yang telah mendorong terobosan manajemen pengembangan kopdit di Lampung dengan program utamanya “micro-finance” serta pengalihan pengelolaan konvesional ke arah profesional. Pengangkatan karyawan/plh/manajer, memiliki tempat pelayanan, sarana/fasilitas komputer serta pelayanan harian merupakan tuntutan capacity building ala INDECUA.

Program micro-finance ditujukan kepada anggota atau calon anggota yang memiliki usaha perdagangan harian, pokoknya yang usahanya dagang. Melalui micro-finance pertambahan anggota terus melaju diiringi pertumbuhan modal koperasi kredit terutama 2 tahun terakhir.

Kedisiplinan dan komitmen memulai serta keberanian melakukan inovasi. Kesan kuat yang peserta petik adalah punya keberanian melakukan perubahan, konsisten, komit dan disiplin menegakkan aturan dan semuanya dibuat tertulis (AD/ART, Poljak, Persus, dan Keputusan-Keputusan Rapat, RAT). Namun satu hal yang harus dipegang adalah “aturan kopdit harus tetap seperti karet, tidak kaku seperti kayu”.

Bidang pemasaran menjadi kebutuhan pokok bagi kopdit-kopdit/puskopdit di Lampung dalam kerangka melakukan pemetaan anggota, pemetaan wilayah, pemetaan penduduk, pemetaan potensi dan pemetaan produk pelayanan kopdit. Pemasaran ini dibuat berdasarkan analisis kebutuhan anggota dan masyarakat.

Jaringan dengan pihak mana pun untuk kemajuan dan pengembangan anggota atau organisasi bukanlah barang tabu. Yang penting perlu dibangun suatu kemitraan sejati yang saling menguntungkan (bersambung).

Flores Pos, 5 Juli 2005
Read more...