Kamis, 23 Juni 2011

Koperasi Kredit dan Membangun Karakater Menabung

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kepala Bidang SDM Puskopdit Flores Mandiri

Menabung belum menjadi kebiasaan apalagi karakter sebagian besar masyarakat Indonesia terutama yang sedang berdomisili di Pulau Bunga, Flores. Sebagian besar masyarakat wilayah ini lebih tertarik pada hal-hal konsumtif dari pada menunda kesenangan melalui budaya menabung untuk menikmati kegembiraan masa nanti. Rasanya tidak ‘gaul’ jika tidak menghambur-hamburkan uang di masa muda. Untuk itu tindakan membangun karakter menabung masih menjadi pekerjaan yang membutuhkan keuletan dan perjuangan yang tidaklah kecil.

Pendapat ini dibuktikan dengan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap budaya menabung serta di mana hal paling besar masyarakat menghabiskan uangnya oleh sebuah LSM Internasional yang berkarya di Kabupaten Ende. NGO Swisscontact pernah melakukannya pada tahun 2006. Mereka melakukan secara sampel di Kelurahan Tanalodu Kabupaten Ngada, Bajawa dan Desa Mautenda, Kabupaten Ende. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang tidak mengejutkan bagi kita bahwa mamang sebagian besar masyarakat tidak segera membangun karakter menabung.

Penelitian tersebut memberikan angka-angka pembiayaan masyarakat Flores umumnya adalah bidang makan-minum dan konsumeris lainnya dengan presentase tertinggi yakni 42%, diikuti pesta adat 12%, pendidikan 10%, transport, listrik, telepon dan pengembalian pinjaman sama-sama 9%, pertanian, peternakan dan perkebunan 8%, kesehatan, asuransi dan menabung masing-masing 1%.

Menarik untuk disimak secara serius dan sungguh-sungguh bahwa prosentase pembiayaan masyarakat kita untuk asuransi dan tabungan hanyalah 1% dari seluruh pendapatan atau penerimaan. Bayangkan! Menabung masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat kita. Kita belum mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih manusiawi dan bahagia dengan penciptaan kekayaan/asset melalui menabung. Data-data kuantitatif ini dipertegas lagi dengan data kualitatif yaitu sebagian masyarakat apabila mau masuk Koperasi Kredit misalnya, selalu bertanya berapa rupiah yang bisa dipinjam bukan berapa rupiah yang disimpan.

Berdasarkan rekam jejak pengalaman pribadi selama 14 tahun bekerja di koperasi kredit, apabila ada motivasi menabung selalu ada seribu alasan yang membuat masyarakat untuk tidak menyisihkan sesen dua untuk masa depan yang lebih berkualitas dan bermartabat. Oleh karena itu tidaklah heran data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (www.peaklifestyle.com) menyatakan bahwa setelah bekerja 40 tahun (dalam usia 65 tahun) hanya ada 1% yang hidup sejahtera.

Lalu di manakah yang 99%? Sangat tragis bahwa 36% dari antaranya telah meninggal dunia, 54%-nya hidup dalam keadaan miskin dan 9% hidup hanya bergantung pada belaskasihan ‘rumah jompo’. Semua itu terjadi lantaran semua masyarakat belum membangun karakter menabung.

Pola pikir yang keliru bahwa kebiasaan atau karakter menabung itu hanya berlaku apabila seseorang memiliki uang lebih atau menabung harus dengan angka yang lumayan besar. Artinya orang yang hidup pas-pasan tidak perlu menabung. Pola pikir seperti ini yang perlu dievaluasi secara jujur serta harus lahir dari kesadaran hati dan otak (“sa ate, sa ote”: Bahasa Lio-Ende, Flores). Sesungguhnya menabung itu bisa dilakukan oleh siapapun, apapun profesinya dan di manapun juga.

Menabung tidak harus dalam jumlah yang besar tetapi Rp.1000 per hari juga sudah cukup. Apabila itu yang kita lakukan berarti 1 minggu sudah 7,000 rupiah, 1 bulan 30-31,000 dan setahun 365 ribu rupiah, 10 tahun 3,650,000 rupiah dstnya. Tabungan juga bisa menggunakan sarana celengan agar uang yang seribu rupiah per hari tidaklah tercecer atau cepat berubah bentuk menjadi es, ikan tongkol, rokok dan lain sebagainya.

Untuk bisa menjadi penabung yang baik ada trend pada Koperasi Kredit yaitu mengajak anggota agar tidak menghitung berapa rupiah sehari yang perlu ditabung melainkan tanyakan dan hitung berapa rupiah yang dihabiskan sehari sebagai pengeluaran. Misalnya perokok surya 12 merokok dua bungkus sehari. 1 bungkus surya 12 diasumsi 8,000 rupiah maka sehari, perokok bersangkutan menghabiskan uang hanya untuk rokok 16,000 rupiah, dalam sebulan menghabiskan 496,000 rupiah, setahun menghabiskan 5,952,000 rupiah.

Apbila dia merokok 10 tahun berarti 10 x 5,952,000 = 59,520,000. Bayangkan jika perokok tidak merokok dan menginvestasikan uangnya pada koperasi kredit. Itu belum kita hitung bunga simpanan setiap hari x setiap minggu x setiap bulan x setiap tahun x 10 tahun x 20 tahun dstnya. Berapa rupiah kekayaannya ... ?

A. Suman Kurik dalam bukunya ‘Ekonomi Kerakyatan’ pernah menyentil bahwa mayoritas masyarakat kita bertumpu pada pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan hendaknya melakukan gerakan menabung sebagai investasi untuk membangun kekayaan demi meningkatkan mutu kesejahteraan keluarga maupun pribadi. Seiring dengan memperkuat budaya hidup hemat dan memulai gerakan menabung tanpa harus menunggu hari esok yang sedang gencar digalakkan dari berbagai LSM dan koperasi kredit/credit union.

Manfaat menabung adalah memiliki asset (kekayaan) yang tidak berkurang jumlahnya melainkan terus bertambah karena pemberian bunga dari Koperasi Kredit seperti perhitungan di atas. Manfaat lain adalah mengantisipasi apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan yang sangat mendesak memerlukan uang untuk pembiayaan dikala sakit, meninggal dunia, melahirkan, biaya panen, dll.

Untuk itu kita perlu menahan diri agar tidak menghabiskan uang dengan secara serampangan melakukan pembelanjaan setelah sepanjang hari berusaha keras mendapatkan uang. Bahkan kerapkali kita melakukan hal-hal yang sangat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Seperti melakukan perjudian dengan aneka macamnya, minum minuman mabuk, pesta pora, dll tanpa upaya untuk menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk menabung demi menciptakan kehidupan yang lebih cerah ceria pada masa yang akan datang.
Read more...

Rabu, 08 Juni 2011

Seminar Proses Badan Hukum Koperasi Kredit Di Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid Adum Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada

(Triwulanan Buletin BK3I, Edisi 1, Januari-Maret 1999) Menyambut era reformasi di bidang perkoperasian dengan hadirnya Inpres No. 18/1998, Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada menangkap peluang tersebut untuk mendapatkan legalitas formal (legal performance) koperasi kredit dalam upaya mengembangkan usaha pelayanannya.

Kehidupan koperasi kredit telah menyebar hampir ke seluruh pelosok tanah air periode tahun 1970-1971, namun kerapkali mendapat kesulitan dalam proses badan hukum.

BK3I/Inkopdit pun sempat beberapa kali bolak balik ke kantor Depkop/PKM hanya untuk menyelesaikan persoalan badan hukum tanpa memperoleh jawaban yangmemuaskan. Namun itulah namanya perjuangan harus menuntut pengorbanan bagaikan sebuah emas dimurnikan di dalam tanur api.

Perjuangan yang dilandasi tanggungjawab moral bagi bonum commne mendapat hasil dengan dikeluarkannya badan hukum Inkopdit pada tanggal 23 Juli 1998 No. 18/VII/1998. Seiring dengan itu BK3D/Puskopdit dan kopdit di seluruh Indonesia memanfaatkan peluang ini untuk memproses badan hukum.

Bagi BK3D/Puskopdit Ende-Ngada menangkap peluang tersebut dengan menyelenggarakan seminar pada dua tempat yakni di Ende tanggal 2 Desember 1998 dan di Bajawa tanggal 4 Desember 1998 dengan tujuan untuk menyamakan persepsi/pemahaman bersama tentang proses badan hukum yang difasilitasi oleh BK3I/Inkopdit dan Kakandepkop dan PKM dari kedua kabupaten tersebut.

Seluruh perserta seminar baik di Ende maupun di Bajawa telah menyepakati hal-hal yang berhubungan dengan persiapan badan hukum sebagai berikut: a) Dengan hadirnya Inpres No. 18/1998 berarti nama dan setoran ke bank tidak mengalami persoalan. Disepakati tetap menggunakan nama koperasi kredit dengan lampiran neraca dua tahun berturut-turut. b) Akta pendirian 2 rangkap yang satunya bermeterai Rp2000.- c) Berita acara pembukaan koperasi kredit, d) Rencana awal tiga tahun, e) Neraca awal, f) Nama-nama pendiri (minimal 20 orang), g) Nama-nama pengurus (Dewan pimpinan) disertai mandat anggota.

Drs. Yohanes S. Aoh Bupati Ngada dalam pidato pembukaan mengatakan bahwa gerakan koperasi kredit yang telah dimulai usahanya di bumi Flobamor (Flores, Sumba dan Timor) sejak periode 1970-1971 tetap eksis di tanah air meski diguncang krisis moneter dan rawan pangan.


Hal itu bisa terjadi karena jiwa/spiritualitas (way of life) gerakan koperasi kredit berasaskan pendidikan, solidaritas dan kemandirian. Menurut Aoh, kemandirian/keswadayaan berarti gerakan kopdit dibangun atas dasar kekuatan sendiri (self-reliance) anggota-anggotanya. Anggota kopdit terus dipacu untuk bersikap pro-aktif terhadap gegap gempita pembangunan demi kesejahteraan masyarakat, keluarga dan diri sendiri meski tidak ditunjang modal yang memadai. Anggota kopdit berpegang teguh pada filosofi hidup “do more with lass money” tetap berbuat banyak meski uang sedikit.

Lebih lanjut Aoh mengatakan bahwa solidaritas/kesetiakwanan berarti solidaritas manusia kopdit dalam kebersamaan untuk memberdayakan ekonomi rakyat yang berasaskan keadilan. Solidaritas ini mensyaratkan partisipasi/keterlibatan aktif semua anggota dalam usaha mengaktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya.

Gerakan solidaritas dan kemandirian kopdit didukung sepenuhnya oleh program pendidikan dan latihan yang terencana dan terus-menerus untuk membangun sumber daya manusia kopdit dalam memasuki era globalisasi, era persaingan bebas abad ke-21. Atas dasar itu, Bupati Ngada menantang gerakan kopdit untuk memikirkan kemungkinan berdirinya balai Latihan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kopdit di Mbay Ibu Kota Kabupaten Dati II Ngada yang baru sesuai PP No. 65/1998. (tambahan: memang saat itu ada tolak tarik mengenai pemindahan ibukota Kabupaten Ngada dan Mbay sejak 8 Desember 2006 telah menjadi ibukota Kabupaten Nagekeo yang mekar dari induknya Kabupaten Ngada dan sekali lagi Drs. Yohanes S. Aoh menjadi Bupati perdana berpasangan dengan Drs. Paulus Kaju sebagai Wakil Bupati periode 2008-2013).

Tantangan Nani Aoh disambut meriah oleh seluruh gerakan dengan merekomendir Dewan Pimpinan Puskopdit segera mengambil langkah untuk menangkap peluang emas tersebut . Dewan pimpinan Puskopdit telah melayangkan surat resmi ke Pemda Ngada dengan nomor: 32/Puskopdit/BP/XII-98 tanggal 10 Desember 1998 perihal Permohonan Lokasi Balai Latihan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kopdit di Mbay. Hingga berita ini diturunkan belum ada jawaban dari pihak Pemda. Diharapkan dalam waktu dekat ada realisasinya.

Catatan:
Tentang Lokasi Balai Latihan hingga berita ini ditulis ulang tanggal 22 Mei 2011 juga belum ada realisasi meski pernah dilakukan pembicaraan cukup intensif antara pihak Puskopdit dengan pemerintah Ngada pimpinan Drs. Pit Yos Nuwa Wea maupun Penjabat Bupati Nagekeo, Drs Elias Jo beberapa waktu lalu.
Read more...

BK3D NTT Barat Menjalankan Rapat Anggota Khusus (RAK)

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid. Adum Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada

(Triwulanan Buletin BK3I, Edisi 1, Januari-Maret 1999). Di tengah terpaan badai krisis moneter dan amukan demonstrasi mahasiswa Ibukota serta kesulitan likuiditas bisnis keuangan, Badan Koordinasi Koperasi Kredit bagian Barat (BK3D NTT Barat) melaksanakan Rapat Anggota Khusus (RAK) di aula Pusdiklat YBSM Ende, tanggal 31 Oktober 1998 lalu.

Rapat Anggota Khusus yang bertemakan ‘Menata Prestasi Merancang Program” itu melibatkan semua unsur masyarakat kota Ende baik dari aktivis gerakan kopdit, teman-teman LSM, pemerintah dan gereja. Tidak tanggung-tanggung Frans Gedowolo, Bupati Ende membuat pidato tertulis yang dibacakan oleh Drs. Alex Eboresi, Sekwilda Ende yang juga kandidat Bupati Ngada lima tahun ke depan.

Frans Gedowolo dalam sambutan tertulisnya mengakui bahwa gerakan koperasi mempunyai satu tujuan yakni memperbaiki dan meningkatkan taraf kesejahteraan masyarakat sesuai tujuan pembangunan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Oleh karena itu gerakan koperasi kredit sedang berada di jalan yang benar sesuai visi dan misinya untuk meretas kemiskinan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Walaupun eksistensinya kelihatan kurang bersinar pada masa orde baru.

Walaupun demikian Gedowolo menambahkan bahwa gerakan koperasi kredit telah bertambah subur dan berkembang pesat di daerah ini karena semakin tingginya kesadaran masyarakat untuk memperbaiki nasib atas kekuatan sendiri tanpa terlalu mengharapkan subsidi pemerintah atau donatur lain.

“Kalau hari ini BK3D NTT Barat menjalankan Rapat Anggota Khusus sehubungan dengan peningkatan statusnya mejadi Pusat Koperasi Kredit Bekatigade Ende-Ngada (Puskopdit BEN) maka secara jelas kita mempunyai penilaian yang sama bahwa lembaga ini memiliki kemajuan yang cukup berkembang dalam pelayanannya demi kepentingan kesejahteraan anggota dan masyarakat. Atas dasar itu saya mengharapkan para pengurus dan anggota tetap memperhatikan prestasi yang telah dicapai bila perlu lebih ditingkatkan lagi di saat-saat yang akan dating.”

Pernyataan bupati Ende tersebut didukung Moses Mogo, BcSW Direktur Eksekutif sebagai panitia pelaksana. Dalam laporannya Moses menegaskan bahwa pengalihan status dan fungsi BK3D NTT Barat menjadi Puskopdit merupakan puncak dari sejarah panjang pengorbanan dan perjuangan yang sangat meletihkan , oleh karena pola kebijakan yang lebih mengutamakan kehidupan salah satu koperasi di daerah pedesaan.

Kebijakan tersebut seakan menghambat pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit baik di tingkat primer, sekunder maupun induk di tingkat nasional dalam memperoleh legalitas badan hukum. Namun api reformasi telah membawa berkat tersendiri bagi gerakan koperasi kredit dengan lahirnya Inpres No. 18/1998.

Seiring dengan ini Inkopdit Jakarta telah mendapat legalitas formal dari pemerintah pada tanggal 23 Juli 1998 Nomor: 18/BH/VII/98. Status badan hukum Inkopdit mau menyatakan kepada seluruh gerakan bahwa kehidupan koperasi kredit diakui eksistensinya di negeri ini baik secara defakto maupun deyure/yuridis formal. “Sehingga tidak beralasan bagi pihak-pihak tertentu untuk menghambat pelayanan koperasi kredit dalam mengembangkan usahanya dan memperoleh badan hukum dengan nama koperasi kredit,” tegas Moses Mogo lebih lanjut.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut Gedowolo mengharapkan agar melalui Rapat Anggota Khusus pihak Puskopdit perlu: pertama, meningkatkan pembinaan, pengembangan serta motivasi bagi anggota koperasi untuk terlibat secara nyata dalam usaha memanusiakan usaha koperasi menuju kesejahteraan. Kedua, meningkatkan profesionalisme tugas pelayanan pengurus kepada kepentingan-kepentingan anggota dan masyarakat.

Ketiga, meningkatkan sumber daya dan kesadaran anggota serta pengurus akan hak, kewajiban, tanggungjawab dan peran sertanya dalam menghidupkan dan mengembangkan koperasi sesuai nilai pasal 33 UUD 1945. Keempat, mengembangkan dan membudidayakan pedoman tri sehat koperasi; sehat organisasi, sehat usaha dan sehat mental. Kelima, membina kerjasama, saling terbuka dan ikhlas antar pengurus dan anggota serta pihak lain untuk menghasilkan keserasian pemahaman dan keserasian aplikasinya di lapangan sebab ayunan tangan yang serasi mencerminkan persatuan dan kesatuan demi menggapai suatu tujuan yang mulia yakni kesejahteraan lahir dan batin bagi semua orang.

Semua harapan bupati Ende itu menjadi renungan berharga bagi pengurus dan anggota koperasi kredit yang berpayung di bawah BK3D/Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada.

Rapat Anggota Khusus kali ini menghasilkan lima pola kebijakan dasar yakni: pertama, Berorientasi pelayanan kepada anggota (keuangan oleh bendahara, mengaktifkan simpanan-simpanan, mengaktofkan pendidikan dan pelatihan, melaksanakan audit dan monitoring), kedua, Efisiensi (keuangan oleh bendahara, kontrol aktif tata prosedurkeuangan, mekanisme control melalui rapat berkala, penyelesaian utang-utang, tidak membangun gedung lagi (over investment); ketiga, Kesejahteraan Pegawai (memperhatikan salari pegawai yang pantas, pengembangan SDM); keempat, Kerjasama YBSM dan BK3D/Puskopdit (pembentukan pansus perumusan naskah kerja sama secara tertulis, SK Pansus oleh Dewan Pimpinan); kelima, Merintis Kemandirian Puskopdit (kemandirian manajemen pengelolaan, kemandirian modal usaha).


Rapat juga merekomendasi pengalihan kepengurusan BK3D NTT Barat yang dikomandani oleh Nico Ladjadjawa kepada Agus Beu Mude, BA.

Kepengurusan dan eksekutif Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dapat kami laporkan sebagai berikut:
Dewan Penasihat:
Ketua : Nico Ladjadjawa
Anggota : Nicolaus Ruma, Andreas Benda, SH dan Felix P. Killo, BA

Dewan Pimpinan:
Ketua : Agus Beu Mude, BA
Wakil Ketua : Drs. Theofilus Woghe
Sekretaris : Drs. Theodorus Dage
Bendahara : Martinus Ngaga
Anggota : E.N. Ratu Fek, BA
Dewan Pengawas
Ketua : Drs. Marcus Sabhawea
Sekretaris : Mathias Banggur, BA
Anggota : Yosef Djai, BA

Panitia Kredit
Ketua : Chris Yos Pae
Sekretaris : Mikhael Lima
Anggota : Frans Ima

Biro Eksekutif
Direktur : Moses Mogo, BcSW
Ass. Direktur : Drs. Mikhael H. Jawa
Kabid Adum : Kosmas Lawa Bagho, S.Fil
: Wilson Nara Kaha
Kabid Keuangan: Severinus M. Thena
Kasir : Vilomena Peti
Kabid Diklat : Drs. Mikhael H. Jawa
Kabid Audit : Kristoforus Tere, Amd

Ditulis ulang 22 Mei 2011
Read more...

Minggu, 05 Juni 2011

Cita-Cita di Atas 40 Tahun

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sembilan belas Juli 2008, aku memasuki usia 41 tahun. Aku dilahirkan di sebuah dusun kecil terpencil, Dangakapa-Rawe-Boawae tanggal 19 Juli 1967. Aku besar dan sekolah di dusun kecil itu sampai tamat Sekolah Dasar Inpres Rawe tahun 1980. Aku sekolah di SD tahun 1975 – 1979/1980.

1980, aku coba merantau ke Ibu Kota Kecamatan Boawae untuk melanjutkan sekolah di SMPK Bersubsidi Kotagoa Boawae. Tiga tahun saya lalui perjalanan pendidikan di sana terhitung sejak tahun 1980/1981 s/d 1982/1983. 1983 merupakan tahun pendidikan paling krusial di dalam hidupku. Orangtuaku dan orang tua angkatku menginginkan aku disekolahkan di SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Alasannya sederhana. Sekolah 3 tahun, tamat menjadi guru dan cepat diangkat jadi PNS (Pegawai Negeri Sipil) agar bisa membiayai adik-adik. Saat itu memang tamat SPG bisa saja langsung diangkat menjadi PNS.

PNS masih menjadi primadona para orang tua yang mampu menyekolahkan anaknya di tingkat atas seperti SPG. Tidak semua anak mampu mengenyam pendidikan setingkat itu. Apalagi anak dusun seperti saya. Namun keinginan orang tua tidak mendapat tanggapan positip bagi diriku pribadi. Aku ingin sekolah di seminari untuk menjadi Imam Katolik.

Muncul perdebatan hebat. Orang tua yang kurang pendidikan mengikuti kemauan orang tua angkat yang kebetulan semuanya guru. Mengapa saya ada orangtua angkat? Awalnya saya tidak tahu dari mana. Akan tetapi tahun 1977, ketika saya duduk di kelas III SD, salah seorang isteri kepala sekolah kami mengambil cuti melahirkan selama 3 bulan. Praktisnya sang kepala sekolah sendirian maka ia mencari anak-anak sekolah yang agak pintar dan baik untuk membantu dia selama proses cuti isterinya yang kemudian menjadi Ibu angkatku. Seleksi punya seleksi, terpilihlah saya dan seorang teman juga laki-laki. Hari-hari kami lalui dengan memasak, cuci, membersihkan rumah, menimba air (cukup jauh kurang lebih 3 km), mencari kayu bakar dan lain sebagainya.

Saat itu aku mulai kenal aneka kegiatan rumah tangga seperti disebutkan di atas. Sebelumnya kosong melompong. Sebab aku adalah anak tunggal laki-laki yang selalu dilayani dan dimanjakan untuk tidak melakukan hal-hal rumah tangga apalagi pekerjaan berat seperti timba air dan cari kayu bakar. Anak laki-laki sebagai warisan dan kebanggaan keluarga. Sekedar untuk diketahui, aku sulung dari 7 bersaudara. Laki-laki; saya dan adik bungsu. Kelima saudaraku semua perempuan. Dari kelima saudara itu, satunya meninggal dunia pada tahun 1986 diusianya yang ke-10 duduk di kelas III Sekolah Dasar.

Dalam perjalanan, temanku Rafael Rajo lari dari rumah sang kepala sekolah. Ia tidak tahan dengan semua tetek bengek pekerjaan rumah tangga yang semakin berat bagi anak seusia kelas III SD. Aku coba bertahan seorang diri. Tiga bulan berlalu, isteri sang kepala sekolah pun datang. Aku kembali ke rumah orang tua. Namun kenyataan berkata lain. Sang isteri kepala sekolah menginginkan aku untuk tinggal bersama mereka. Aku dipanggil kembali dari kenyamanan orang tuaku. Herannya aku tidak berkebratan pada hal hidup lebih enak di rumah orang tua yang semuanya dilayani bak raja. Hari demi hari aku coba menjalani kehidupan seperti anak-anak lainnya. Bebanku makin bertambah lantaran aku harus melayani dan mengayomi kedua adikku yang masih kecil (Gusti dan Geni).

Gusti berumur 3 tahun dan Geni baru 3 bulan. Ada sih penderitaan namun lebih banyak enaknya. Sakitnya adalah ketika sudah berusaha dengan susah payah menyelesaikan pekerjaan rumah, aku masih terlambat ke sekolah. Guru piket tidak pandang bulu. Sebilah bambu terus menghiasi betisku setiap pagi apabila saya terlambat masuk sekolah yang jaraknya tidak seberapa jauh dari rumah (15 m). Sakitnya lagi, Ibu angkatku hanya menjelaskan bahwa saya terlambat bangun pagi pada hal pada usiaku 10 tahun, bangun pagi 04.30 sudah terlalu pagi seandainya aku tinggal di rumah orang tua kandungku.

Di rumah orangtuaku, aku selalu dilayani dengan baik oleh ibu kandungku dan bibi-bibiku. Sekali lagi herannya aku bisa bertahan. Aku tinggal sampai menamatkan SD. Luar biasa. Ini keajaiban Tuhan. Keluarga ini menempaku untuk mengarungi proses perjalanan hidupku selanjutnya. Dari mereka, aku mulai kenal sekolah lanjutan tingkat atas dari hanya Sekolah Dasar. Mereka jugalah yang mendorong orang tua kandungku untuk menyekolahkan aku terus melanjutkan ke tingkat lebih atasnya. Aku sendiri tidak tahu... mereka suami/isteri dan disaksikan anak-anak mengangkatku menjadi anak sulung mereka, kakak sulung dari Gusti dan Geni.

Perdebatan tentang sekolah lanjutan atas makin kritis. Aku tetap pada pendirian. Aku coba menghubungi berbagai pihak terutama pastor paroki dan pastor pembantu agar aku bisa ke seminari (tempat persemaian khusus untuk menjadi Imam). Jalan Tuhan. Orangtua dan bapa-mama angkatku menyerah dan aku ke seminari. Seminari Menengah Atas Santu Johanes Berchmans Toda-Belu Mataloko namanya. Dari SMPK Kotagoa, 9 yang ikut testing hanya kami 4 orang yang lolos test. Ada sebersit kegembiraan dan kebanggaan. Tidak semua orang bisa mengenyam pendidikan di seminari walaupun semua orang berebutan untuk pergi ke sana. Peserta seleksi sendiri pada angkatan kami (tahun 1983/1984) sebanyak 150 anak dan dinyatakan lulus hanyalah 75 anak. Aku termasuk di dalamnya.

Perjalananku ke seminari tidaklah mudah. Saat-saat akhir mau masuk seminari, aku sakit selama 1 bulan penuh. Aku risau dan kecewa sementara kedua orang tua ‘gandaku’ tertawa kemenangan. Cita-cita awal mereka pasti berhasil karena aturan di seminari super ketat dengan kedisiplinan. Terlambat satu bulan berarti dengan sendirinya gugur. Namun Tuhan punya maksud lain. Aku dengan penuh percaya diri meski masih dalam keadaan sakit tetap berkeinginan ke seminari. Mereka katakan tidak mungkin seminari mau terima anak yang terlambat apalagi bukan 1-2 hari tetapi 1 bulan memang. Suara hatiku sudah bulat. Ke seminari dulu jikalau memang tidak diterima lagi, aku baru beralih ke sekolah lain. Kedua bapakku (bapak kandung: Nikolaus Meo Bhelo & bapak angkat: Emanuel Buku Due) menghantarku ke seminari. Oh.. ya aku hampir lupa memperkenalkan mereka. Ibu kandungku: Yuliana Saga Lea dan Ibu angkatku: Theresia Sada Bupu (alm). Ingat orangtua kandungku semuanya petani sedangkan orangtua angkatku PNS sebagai guru SD.

Kami naik bis di Boawae menuju Mataloko. Kira-kira jam 01.00 siang. Bis waktu itu sangat sulit. Harus tunggu bis dari Ende menuju Bajawa. Syukur-syukur dapat bis atau trek (bis kayu). Tiba di Mataloko, kami diterima pater rektor seminari. Seminari menerapkan dua kepala yakni kepala asrama dinamakan rektor dan kepala sekolah. Rektor waktu itu, pastor Wilem Antas, SVD. Orangnya baik dan rendah hati. Kami diantar ke ruangannya dan hidangkan kami minuman ala Eropa. Setelah basa-basi, kami langsung ke tujuan awal. Pastor yang rendah hati mengatakan, ‘Kami dengan gembira menyambut anda (Kosmas) untuk bergabung menjadi keluarga besar seminari’. Aku bangga dan terharu sampai menitikkan air mata. Ini benar-benar keajaiban. Tuhan telah melakukan sesuatu terhadap diriku yang banyak kelemahan. Orang tuaku sebaliknya terutama bapak angkatku yang telah terlanjur melamar ke Sekolah Pendidikan Guru (SPG) Ndao Ende.

Sejak saat itu, aku tergabung di persemaian seminari dengan pendidikan yang disiplin. Empat tahun aku lalui pendidikan seminari dengan baik meski pada tahun 1986, aku hampir memutuskan menarik diri dari seminari gara-gara adik perempuan no.2 meninggal dunia dan keluarga tidak mengabarkan kepadaku sampai acara penguburan selesai. Untung ada kakak sepupuku yang buat radiogram. Kebetulan para karyawati seminari mendengarnya dan memberitahukan kepadaku. Aku pulang kampung dan berhasrat untuk tidak kembali lagi ke seminari. Namun bapa-mama gandaku mendorongku untuk kembali karena kini mereka merasa bangga, ada anak di seminari. Anak sekolah di seminari memiliki status sosial tersendiri di tengah masyarakat. Aku kembali ke sana.

Tahun demi tahun aku lewati taman pendidikan ini dengan baik meski satu demi satu teman-temanku ada meninggalkannya lantaran dicedok (dikeluarkan dengan berbagai alasan) ataupun menarik diri secara bebas. Selesai tamat SMA, aku lanjutkan ke pendidikan tinggi dan sesungguhnya memilih Ordo Carmelit Di Batu Malang. Namun ada sesuatu hal maka aku memilih SVD (Societas Verbi Devini: Serikat Sabda Allah) di Ledalero-Maumere.

Sebelum ke Maumere, kami harus menempuh pendidikan persiapan di Novisiat Nenuk-Atambua-Kupang. Satu tahun, aku disana dan diputuskan layak dilanjutkan ke Seminari Tinggi Santu Paulus Ledalero-Maumere. Aku lewati kaul demi kaul (ikrar setia: kemurnian, kemiskinan dan ketaatan dalam SVD) sampai kaul ke-5. Tinggal selangkah lagi mau kaul kekal. Tahun ini menjadi tahun-tahun pertimbangan (discernment) apakah aku bisa menapak tangga imamat suci. Aku tidak mampu dan memutuskan meninggalkan lembaga ini.

Tahun 1995/1996, aku meninggalkan lembaga seminari tanpa ijazah. Aku tetap menyandang ijazah SMA. Bayangkan kurang lebih kuliah 5 tahun, saya masih berijazah SMA. Untungnya lembaga perguruan tinggi masih memberikan kesempatan para out-putnya untuk menyelesaikan studi sampai selesai S1 (S.Fil: Sarjana Filsafat). Tahun 1996, tanpa selembar ijazah PT (Perguruan Tinggi), aku melancong pertama kali ke pulau Jawa. Tepatnya di Jalan Villa Kali Judan Surabaya. Aku bekerja di sana 2 minggu lalu ke Malang (Jalan Ikan Paus) juga coba mengadu nasib di perusahaan cubin selama 2 minggu. Ingat kampung dan menyelesaikan sekolah di Perguruan Tinggi, aku putuskan untuk kembali ke Flores.

Tahun 1997, aku mulai serius menggarap skripsi sebagai salah satu persyaratan penting dan utama untuk menyandang gelar S.Fil. Tahun itu juga saya ujian dengan nilai A yang dibimbing dan diuji oleh Pastor Dr. Leo Kleden dan Pastor Drs. Ansel Dore Dae, MA. Rupanya aku belum mujur. Tahun berikutnya, 1998 akhirnya aku naik tangga gelar sarjana filsafat setelah menempuh pendidikan yang panjang dan hampir gagal. Namun seperti kata pepatah bijak mengatakan,’ Apakah bencana itu awal sebuah malapetaka atau awal keberuntungan. Kita tidak tahu’.

Betul, aku gagal wisuda tahun 1997 tetapi tanpa kuduga, saya dilamar untuk mulai menekuni dunia kerja nyata. Awalnya aku ingin dipekerjakan sebagai dosen di STPM (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat) Santa Ursula Ende berkat kebaikan kakak kelasku di Ledalero dan kini menjadi manajerku: Drs. Mikhael H. Jawa. Mengapa gelar berbeda. Wisuda sebelum tahun 1996 menyandang gelar Drs sedangkan sesudahnya S. Fil sesuai standarisasi pemerintah RI. Namun rupanya nasib berkata lain. Berkat negosiasi Bapak Moses Mogo, BcSW mantan direkturku sebelumnya, aku bekerja di BK3D (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah)NTT bagian Barat.

Persisnya Mei 1997, aku bergabung dengan lembaga pemberdayaan akar rumput di bidang koperasi kredit (credit union). Awalnya sebagai sekretaris eksekutif dan kini menjabat jabatan menterengnya Kabid: Kepala Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusi (SDM). Jabatan boleh tinggi tetapi keahlian masih rendah. Saya sadari betul. Belum banyak hal aku lakukan sebagai kepala bidang. Ada beberapa program belum mencapai sukses besar. Terutama program Microfinance kerjasama dengan ACCU-Bangkok yang pernah mengantar diriku ke Thailand-Bangkok tanggal 21-27 Februari 2008.

Akan tetapi kepercayaan untuk mengembangkan SDM pribadi terus diberikan bosku. Kini saat menyelesaikan tulisan ini, kami berempat sebenarnya berlima (Kristoforus Tere, Hendrikus Tewa, Fransiskus X. Lay dan Asis Parera: tidak bisa lanjut karena sakit) sedang dibimbing secara khusus untuk menjadi Tim Auditor Accces-Plus yang berstandar internasiona CGAP. Kami dibimbing tenaga ahli (expert): Ibu Theresia Multi dan Josephin Jakin dari MICRA-Jakarta. Satu minggu pembekalan teori di Swisscontact-Ende dan kini sedang praktek di Kopdit Sangosay Bajawa sebagai kopdit terbesar di Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada untuk Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo dan kembali ke Ende selama satu minggu lagi untuk proses pembuatan laporan final. Kopdit Sangosay kini beraset 50 M dengan 7,035 anggota.

Rasanya indah juga lantaran kami orang-orang pilihan. Ada pertanyaan dalam hati kecilku; apakah aku bisa menjadi tenaga ahli seperti mereka? Apalagi ada sentilan dari salah seorang pembimbingku Ibu Theresa... “Kosmas.. pelajari baik-baik ... kamu nanti bisa menjadi tenaga ahli acces-plus (auditor) bertaraf internasional. Kamu bisa menjadi konsultan seperti saya yang dibayar cukup tinggi. Saya mulai belajar audit tahun 1992. Tahun 1994, saya sudah dikontrak untuk audit perusahaan luar negeri dengan bayaran $1000 per hari. Kosmas... kalikan saja dengan Rp. 15,000 waktu itu selama 40 hari.”

Aku hanya termangu dan mengangguk. Aku tidak tahu, anggukan setuju atau hanya bengong rasa kagum. Memang ... sekarang ini saja, beliau hanya bimbing kami tiga minggu dibayar cukup fenomenal diluar allowance hariannya, makan-minum, transport dan penginapan. Memang luar biasa... muncul pertanyaan dalam hati kecilku ... mau jadi tenaga expert di bidang koperasi kredit (manajemen dan keuangan sebagai tenaga auditor ataupun konsultan) atau menulis buku.

Sekarang memasuki usia 41 tahun berarti lagi 14 tahun mengabdi di lembaga ini. Aturan di lembaga ini harus pensiun 55 tahun. Aku swasta murni. Tidak bekerja berarti tidak dapat uang. Bagaimana aku bisa menghidupi isteriku tercinta dan keluarga.

Ada banyak cita-cita diatas 40 tahun. Orang katakan, ‘Hidup dimulai pada usia di atas 40 tahun’. Kini yang aku rasakan. Aku mau pilih yang mana setelah memasuki usia 41 tahun. Itulah namanya : Cita-Citaku di atas 40 tahun.

Hotel Bintang Wisata-Bajawa
31 Oktober 2008
Read more...

Jumat, 03 Juni 2011

Daperma 2000 Payung Pelindung yang Aman

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid Adum Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada

(Dua Bulanan, Buletin BK3I, Edisi 2, Maret-April 2000). Payung mungkin merupakan alat sederhana yang kurang dipedulikan banyak orang. Ia bagaikan sampah yang mudah dilupakan si pemakainya. Namun pada saat-saat tertentu, paying bisa menjadi focus perhatian bahkan menjadi primadona yang tak mudah disepelekan. Apabila musim hujan tiba, ia menjadi kebutuhan vital manusia. Kelalaian sedikit saja bisa membuat orang kewalahan.

Alkisah, ada seorang gadis cantik bermata biru hendak merayakan pesta pernikahan sahabat karibnya. Segala sesuatu disiapkan matang tanpa cacat. Make up-nya oke. Kelihatan rapih dan gagah. Sembari menggandeng tangan kekasihnya yang perkasa, mereka menyusuri sebuah lorong tenda pernikahan.

Dengan langkah pasti dan penuh gairah, mereka melangkah tanpa ada tanda-tanda musibah akan menimpa. Di tengah perjalanan, tiba-tiba hujan (sang air mata langit) turun dengan lebatnya mencium bumi. Kedua insan tadi basah kuyup dan amburadul. Kekasihnya marah-marah lalau bersepakat untuk tidak menghadiri pesta (Ina, Ende).

Lain lagi dengan Pingkal. Pingkal adalah salah seorang eksekutif kawakan ibukota yang sedang mengadakan perjalanan bisnis ke daerah. Saking hematnya, beliau menggunakan bus umum. Di dalam hati kecilnya, ia telah membayangkan jutaan rupiah keuntungan yang akan diraihnya di daerah nanti.

Ternyata bus yang ditumpanginya lepas control dan terbalik. Banyak penumpang luka-luka dan sebagian lagi meninggal dunia. Dewi keberuntungan masih memihak eksekutif muda tersebut sehingga ia hanya menderita luka-luka ringan. Walaupun demikian, ia harus mengeluarkan biaya ekstra untuk membiayai pengobatan dirinya. Perjalanan ke daerah gagal dan keberuntungan bisnis menjadi amburadul, tidak sukses. Pingkal mengalami penderitaan fisik dan kerugian material. (Pingkal, Jakarta).

Kedua kisah sederhana ini merupakan tampilan nyata atau ekspresi konkret wajah kehidupan kita manusia. Kita umat manusia sama sekali tak pernah menyangka bahwa akan mendapat musibah atau kecelakaan dalam mengarungi samudera kehidupan kita nan luas terbentang.

Kecelakaan atau musibah bahtera hidup kita tak pernah diduga sebelumnya. Ia datang bagaikan hembusan udara yang tidak bisa dideteksi, diraba dan ditentukan kapan saatnya. Sama saja dengan kematian. Kecelakaaan, musibah dan kematian datang tanpa kompromi dan tidak dapat disuap dengan apapun. Ia bebas KKN.

Si mulut manis prakteknya sulit
Kecelakaan mobil yang menimpa Pingkal sebetulnya ia berhak mendapat santunan karena sang eksekutif muda ibukota tadi telah membayar premi/iuran untuk asuransi perjalanan termasuk karcis.

“Tapi aduh mak, mengurus klaim asuransi kecelakaan itu setengah mati susahnya. Untuk mendapat santunan (klaim) bisa jadi perlu waktu berbulan-bulan. Perusahaan asuransi biasanya hanya rajin dan giat memungut iurannya tetapi giliran untuk membayar klaim jangan terlalu berharap cepat dilayani. Penjual asuransi yang datang ke rumah atau ke kantor menawarkan produknya selalu bermulut manis, dalam prakteknya janji yang muluk-muluk itu lambat dipenehi!! Asuransi umum yang ditawarkan dengan syarat bahwa kita harus membayar iuran (premi) yang cukup besar. Kita harus bayar bulan demi bulan sampai bertahun-tahun sesuai dengan jenis dan besarnya jumlah uang pertanggungan yang kita inginkan. Premi harus kita bayar sendiri dari kantong kita sendiri. Asuransi umum lebih bersifat bisnis, melulu untuk mencari untung sementara pelayanan sosialnya praktis tidak ada” (Nico Prana, Buletin BK3I No. 4/1991 hal. 14).

DAPERMA, Asuransi Alternatif
DAPERMA adalah singkatan dari Dana Perlindungan Bersama sebetulnya ia itu asuransi yakni asuransi jiwa plus asuransi perlindungan pinjaman “dua menjadi satu”. Setiap orang asal dia anggota koperasi kredit dan kopditnya menjadi anggota Daperma, ia bisa mendapatkan santunan uang kematian apabila orang bersangkutan meninggal dunia dan mendapat perlindungan pinjaman apabila ia masih punya sisa pinjaman di kopditnya atau ia hanya akan mendapatkan santunan pinjaman apabila ia kena musibah/kecelakaan hingga cacat total tetap baik fisik maupun mental. Ia (anggota) tidak usah membayar iuran kepada Daperma tetapi ia akan mendapatkan santunan sepenuhnya. Kopditnya yang membayarnya disisihkan dari pendapatan koperasi kredit dikeluarkan sebagai ongkos (biaya) koperasi kredit.

DAPERMA Apa tujuan dan manfaatnya
Daperma sebagai payung pelindung yang aman bagi koperasi kredit dan bagi anggota. Daperma merupakan wahana yang tepat untuk mewujudkan semangat kesetiakawanan dalam gerakan kopdit, antara kopdit yang kuat keuangannya dan yang lemah, antara daerah yang lebih baik dan yang buruk kondisi kesehatan masyarakat, antara yang rendah dan tingggi usia kematian rata-rata anggotanya. Daperma memiliki tujuan dan manfaatnya yang mulia bagi hidup manusia (anggota kopdit).

a)Tujuan Program Daperma
Menghapus air mata duka alihwaris yang ditinggalkan.
Menjamin dana pada saat-saat sulit (misalnya: cacat).
Memberi semangat untuk terus menabung secara teratur.
Mengurangi keinginan untuk menarik kembali simpanannya.
Meningkatkan pelayanan yang lebih baik bagi anggota.
Menjalin solidaritas/kesetiakawanan seluruh keluarga koperasi kredit.


b)Manfaatnya
Membebaskan keluarga anggota peminjam dari beban warisan hutang.
Meringankan beban peminjam.
Meningkatkan solidaritas pelayanan koperasi kredit.
Memudahkan panitia kredit mengambil keputusan.
Menarik simpati anggota baru dan masyarakat luas.
Komit terhadap tragedi dan nasib anggota serta keluarganya.

Kita memang tidak menghendaki musibah, kecelakaan bahkan kematian sekalipun menimpa diri kita. Akan tetapi kita tidak mungkin menghindari apabila ia datang menjemput hidup kita kapan dan di mana pun kita berada. Dia datang bagaikan pencuri yang sulit diramalkan. Oleh karena itu, kita mempersiapkan diri dengan memilih paket daperma. Selamat bergabung dan anda tidak akan dikecewakan!

Ditulis ulang tanggal 23 Mei 2011
Read more...

Kamis, 02 Juni 2011

Komen Para Sahabat tentang Blog Ini

Oleh Kosmas Lawa Bagho

“Saya baru baca beberapa tulisan Bapak di blog, dan saya suka.
Gaya penulisannya yang memilih bahasa sederhana,
Membuat pesan tulisan itu sampai dengan aman,
Tanpa membuat pusing kepala pembaca.
Nanti saya mau lanjutin baca sisanya yang lain.
Keren pak … Pasti bisa jadi penulis hebat nih, Pak …!!”
Lucya Chriz, Medan-SUMUT, Facebook, 11 Mei 2011

“Selamat pagi bapak dan selamat merayakan
Pesta Kenaikan Isa Almasih.
Wah …. Tulisannya luar biasa, kopditnya juga hebat
Akan saya tunjukkan ke CU Kasih Sejahtera Kefamenanu
Foto gedungnya luar biasa lebih bagus dari Bank
Ya kantornya ….. hehehehe
Frederikus Tjeunfin, Kefamenanu-NTT
Facebook, Kamis, 2 Juni 2011

“Blognya bagus, kak”
Gusti BW, Jakarta
Facebook, Awal Mei 2011

“temanku,...
saat kubaca deretan tulisanmu
semua...tiada yang tertinggal
dari awal hingga akhir pd blogspotmu
tak terasa air mataku turun tak terbendung
kau arungi hidupmu dgn semangat & ketegaran
kau berani mengakui kehidupanmu
dan kau ambil satu keputusan
dgn tegas & lugas
aku benar2 salut padamu
kau bukan seperti kacang lupa kulitnya
cuma kau kadang2 agak sableng
kamu hebat, ...temanku
dengan ketekunan,keyakinan & keuletanmu
kau raih sukses dgn tak tanggung2
posisi terhormat telah kau raih,
keluarga bahagia telah kau miliki
lalu apa lagi yang kau cari..????
......................................
pesanku,...syukuri & jgn kau rusak apa yg sdh ada,

kehidupan telah mengatakan padamu,
nyata & penuh berkat,
yg terpicuh dari keteguhan hatimu,
.........................................
kau lewatkan waktu,
demi wawasan & modal hidup
demi hikmat,harkat & martabat
demi menaikkan derajat kehidupan
.........................................
semua telah terbayar
kau telah menjadi "POHON KEHIDUPAN"
tempat berlindung yg menyegarkan
bagi pendamping & yuniormu.
.......................................
selamat...temanku

Melania Pricilla, Surabaya (Email, 8 Juli 2011)

Siapa menyusul
Jangan hanya beri saya pujian
Tapi juga kritikan agar lebih maju ke depan
Tuhan akan membalas budi baik kalian semua ….

Catatan:
Terima kasih atas motivasi dan komennya yang luar biasa.
Saya belum apa-apa dibandingkan para blogger terkenal
serta penulis terkenal lainnya. Saya juga belum menjadi
Penulis sebab baru mau belajar, berlatih dan tekun menulis secara otodidak
setelah beberapa komen di atas. Lihat saja tulisan-tulisan saya
baru mulai banyak bulan Mei 2011 (bulan bersangkutan 11 tulisan hehehe)
Sebelumnya dua tahun berturut-turut hanya 28 tulisan.
Semoga pujian ini tidak membuat saya sombong dan kritik
mematahkan asa ……. Jadikanlah saya mental pemenang
dan bukan pecundang dalam kehidupan ini …………………….
Doakan saya ya !!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

Read more...