Selasa, 21 Juli 2009

Review Peralatan Alnect Komputer

Alnect computer Blog Contest

Saya Kosmas Lawa Bagho dulu sangat mengagumi komputer dengan merk lain (tak disebutkan nanti dianggap sebagai pencemaran nama baik suatu produk) yang dibeli kurang lebih 4 tahun lalu. Maklum saya berasal dari daerah kurang memahami produk-produk unggulan elektronik apalagi yang namanya komputer. Komputer dianggap sebagai barang mewah. Namun karena saya bekerja di lembaga keuangan masyarakat (Koperasi Kredit atau Credit Union) maka mau tidak mau harus familiar dan mampu mengoperasikan yang namanya komputer. Pembelian produk tersebut hanya karena omongan teman-teman yang kebetulan tahu sedikit tentang seluk beluk komputer.

Dapatkan hadiah pertama (1stwinner) bagi pemenang pertama!


Meskipun saya masih menggunakan komputer lama namun kini saya lebih mempercayai komputer dengan merk Accesories TV Turner, Webcam yang diangap lebih smart dalam penggunaannya, tidak mudah rewel (maklum hanya tahu mengoperasikannya) serta suku cadang lebih mudah diperoleh di kota kami atau di Surabaya setelah mendapat pembekalan hardware dan software komputer dari seorang ahli. Apalagi sekarang ini lebih dipermudah dengan online Alnect Komputer (alnect net). Saya juga menginformasikan kepada teman-teman segerakan termasuk ke lembaga perguruan tinggi di kota kami, Ende-Flores, NTT.

Secara pribadi, saya berpikir bahwa membeli komputer Accesorries lebih murah, mudah mengoperasikan, tidak mudah rewel, mudah diperbaiki dengan akses suku cadang sangat mudah. Oleh karena itu sejak sekarang saya mengajak teman-teman untuk memanfaatkan Accesorries sebagai teman hidup selain keluarga. Sebab melalui Accesorries, kita bisa menyelesaikan tugas dengan mudah terutama (keuangan), lebih ringan dan mudah mengakses informasi dengan dunia luar. Selamat membeli dan menggunakan komputer dengan merk Accesorries. Bisa hubungi alnet net secara on line. Terima kasih! Alnect Komputer menanti permintaan anda dan siap melayani anda dengan hati dan tepat waktu. Kualitasnya dijamin aman. Segeralah manfaatkan Accesorries .......!

Jangan lupa ikut yuk! Lomba mendapatkan hadiah istimewa dari Alnect Komputer ... buruan tinggal seminggu lagi! Hubungi: info@alnect.net atau sales@alnect.net dan care@alnect.net!
Read more...

Minggu, 05 Juli 2009

Sepenggal Kisah di Koperasi Kredit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sejak Mei 1997, saya sudah berkarya di Koperasi Kredit terutama sebagai Karyawan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo (BENN) yang dulu masih dikenal dengan nama BK3D NTT Barat (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Nusa Tenggara Timur bagian Barat) .


Kantor FSCT Thailand, Bangkok

Saat itu memang masih cukup langka bagi gerakan koperasi kredit di wilayah Ende-Ngada (dan kini Nagekeo, Kabupaten Baru, 2006) bagi seorang jebolan perguruan tinggi untuk menjadi karyawan atau bekerja di koperasi kredit atau Puskopdit.

Ketika itu yang menjadi karyawan ya.. tingkat pendidikan paling tinggi adalah SMA atau SMEA. Apabila ada yang dari Perguruan Tinggi berarti bekerja di koperasi kredit hanya untuk mengisi waktu luang atau sebagai batu loncatan sebelum beralih ke tempat lain yang dianggap lebih layak atau dianggap lebih bergengsi menjadi kebanggaan orangtua kebanyakan di pulau Flores adalah menjadi pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN lainnya.

Secara pribadi, saya merasakan hal itu. Saat awal bekerja di Puskopdit waktu itu BK3D, orang-orang dari kampung saya memandang sebelah mata dan bahkan menganggap saya sebagai warga kelas dua. Sekali peristiwa, seorang bapak dari kampung asal saya sebut saja AG, menginap di rumah kontrakan saya di Ende hendak mengunjungi anaknya di Kupang.

Beliau tiba sore hari. Kami makan minum ala kadarnya dan berbincang ngalor-ngidul maklum sekali-sekali bertemu. Keesokan harinya, saya mempersiapkan diri dan seperti biasa mengenakan pakaian seragam kantor swasta; putih-hitam. Spontan ia menanyakan kepada saya, anak kerja di kantor apa? Saya menjawab, kantor BK3D atau koperasi kredit. Ia diam.

Siang hari, saya pulang kantor ... kami makan siang seperti biasa. Selesai makan, adik-adik saya menyampaikan bahwa saya tidak boleh lagi melayani AG lantaran beliau merendahkan pekerjaan yang sedang saya jalani. Dia bilang, “Saya kira kerja di kantor apa padahal kerjanya di kantor koperasi kredit. Tamat perguruan tinggi termasuk PT terkenal di Flores saat itu (STFK Ledalero, red) lalu bekerja hanya di kantor koperasi kredit”.


Sakit memang hati ini namun saya berusaha menguatkan adik-adik saya yang masih kuliah dengan pernyataan ‘Apapun orang berbicara tentang kita hendaknya kita terima sebagai daya dorong buat kita untuk bekerja lebih baik pada lembaga apa saja. Tidak ada yang kurang jika orang mengeritik atau menganggap remeh dan tidak berlebihan juga jika orang memuji. Semuanya bergantung pada diri kita sendiri. Harus ada niat dari dalam diri sendiri untuk memberikan segala potensi terbaik sebab barang siapa menabur kebaikan akan menuainya’.

Cerita ini bukan untuk menonjolkan diri tetapi menjadi bagian pengalaman terindah buat saya mengabdi di koperasi kredit pada saat-saat awal terutama pada saat koperasi kredit sedang dalam masa krisis.

Masa Krisis
Paruh waktu 1997 s/d 2000 merupakan masa-masa sulit bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit di wilayah BK3D NTT Barat yang meliputi Kabupaten Ende dan Ngada. Ada banyak koperasi kredit atau credit union yang dimekarkan oleh DELSOS (kini PSE, red) Keuskupan Agung Ende bagai cendawan di musim hujan periode 1970-1980-an, pada saat ini satu per satu gugur tanpa penyelesaian yang positip.

Bukan itu saja. Para karyawan bekerja 4 hari seminggu dan 2 harinya libur untuk mencari makan (saat itu masih bekerja 6 hari dan kini 5 hari dalam seminggu). Gaji staf kurang dari 100 ribu rupiah. Itu pun dibayar secara cicilan 3 x dalam sebulan. Anggota kopdit primer mengajukan pinjaman ke BK3D hanya 10 juta rupiah saja tidak bisa dilayani.

Peristiwa ini menimbulkan luka traumatis yang mendalam bagi masyarakat di 2 kabupaten yakni Kabupaten Ende dan Ngada sebelum mekar dengan Nagekeo. Sehingga tidaklah heran banyak orang tidak lagi percaya dengan koperasi maupun koperasi kredit (credit union).

Bahkan ada banyak plesetan dengan koperasi (kredit) seperti dalam bahasa daerah (kepo ghasi) artinya tidak dapat apa-apa atau ketua untung duluan (kud) dlsbnya. Almarhum penasihat Inkopdit, Bapak Haji Ir. Ibnoe Soedjono memberi nama mati suri.

Saat-saat seperti ini merupakan batu ujian paling sahih bagi seseorang untuk mengabdi di lembaga koperasi kredit dan puskopdit atau lebih dikenal saat itu BK3D. Seperti pepatah kitab suci menulis, ‘Sebuah emas berkualitas harus dimurnikan dalam tanur api’. Demikian militansi dan loyalitas pengabdian kami sedang diuji saat itu.

Masa Konsolidasi

Walaupun terasa berat dan menyesakkan dada namun selalu saja timbul semangat untuk berjuang mengembalikan kejayaan koperasi kredit seperti pernah dialami pada tahun 1970-1990-an awal. Sesungguhnya koperasi kredit atau credit union dari segi kelembagaan an sich maupun visi-misi ataupun rohnya tidak ada yang salah namun kesalahan itu lebih terletak pada mis-management.

Tidak ada yang patut dipersalahkan dalam kasus ini. Semuanya dilihat dalam kerangka membangun kembali rasa ketidakpercayaan anggota atau masyarakat terhadap cikal bakal koperasi kredit sebagai jembatan meretas kemiskinan, kemelaratan dan keterbelengguan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Masa ini lebih dikenal dengan masa konsolidasi dan reposisi keanggotaan dengan tuntutan kriteria yang mengikat seperti anggota individu minimal 1000, kekayaan minimal 1 M, menggunakan sistem komputerisasi, memiliki manajer, memiliki kantor baik milik sendiri atau sewa dan setiap tahun harus menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan.


Masa Konsolidasi Organisasi dan Reposisi Keanggotaan dimulai sejak tahun 2002 dan finalnya tahun 2008 yang selanjutnya tahap pertumbuhan dan perkembangan. Sejak diterapkannya aturan ini, koperasi kredit-koperasi kredit di wilayah Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo seakan bangkit dari tidur panjang atau mati suri.

Setelelah masa konsolidasi, mulai tampil banyak koperasi kredit yang beranggotakan 1000 orang dan memiliki asset 1 M yang tahun 2000 ke bawah dianggap sebagai sesuatu yang mustahil.Ternyata jika ada tekad, kerja keras dan kerja cerdas, semuanya bisa diraih. Atau pinjam istilah Andrie Wongso, pakar motivator nasional pernah menulis, ‘Memang punya tekad bukan segala-galanya, tetapi tanpa tekad tidak mungkin ada segalanya’.

Masa Pertumbuhan dan Perkembangan
Tiga pilar koperasi kredit: swadaya, pendidikan dan solidaritas seolah menjadi perekat untuk memajukan koperasi kredit meski badai krisis ketidakpercayaan anggota apalagi masyarakat terus menderanya. Perjuangan yang disertai dengan pengorbanan nan tulus akhirnya menuai hasil yang berlipat ganda.

Siapa pernah menyangka koperasi kredit di wilayah ini bisa bangkit dan mekar begitu indahnya. Kini koperasi kredit bagaikan gadis cantik yang sedang laris dilirik oleh banyak orang. Per Juni 2009, pertumbuhan anggota: 52 ribu lebih, simpanan saham: Rp. 127 M lebih, simpanan non saham: Rp. 56 M lebih, pinjaman beredar: Rp. 192 M lebih dan kekayaan: Rp. 225 M lebih.

Yang menarik lagi apabila Puskopdit dan koperasi kredit mau merekrut pegawai baru ada banyak antrian lamaran dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai perguruan tinggi melamar menjadi karyawan koperasi kredit. Jika saya melihat kenyataan ini ada rasa haru dan bangga bahkan ada perasaan menangis bahagia di dalam hati kecil. Seolah-olah ada mujizat Tuhan telah terjadi dalam gerakan koperasi kredit.

Ini bukan prestasi satu dua orang tetapi semua orang yang berkehendak baik. Semua orang terakses berbagai kebutuhan akan keuangan dan para staf ataupun karyawan Kopdit dan Puskopdit seolah mendapatkan jaminan masa depan yang layak sebagaimana orang-orang berprofesi lainnya. Para orangtua mulai bangga dan percaya diri jika ada anaknya bekerja di koperasi kredit atau puskopdit.

Tidak nampak lagi nada penyesalan atau perasaan negatif lainnya. Para orangtua bersangkutan bisa bercerita dengan antusias tentang pekerjaan anaknya ataupun ia sendiri menjadi anggota koperasi kredit. Lebihnya lagi sekarang ini para staf atau karyawan bisa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dirinya baik di tingkat lokal, nasional bahkan di tingkat asia.

Saya pribadi sangat berterima kasih kepada koperasi kredit karena bisa mengalami peristiwa berahmat mengembangkan kemampuan sambil jalan-jalan di beberapa kota besar di Indonesia dan dua kali ke Thailand, Bangkok. Apabila saya tidak bertahan di koperasi kredit (Puskopdit) jangankan ke Thailand, mengunjungi daerah lain di Indonesia seperti Lampung, Pontianak, Medan (sempat mandi di Danau Toba-Samosir), Jakarta, Jogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Kupang sekalipun dengan biaya organisasi rasa-rasanya hanyalah sebuah mimpi.

Kopdit/Puskopdit Masa Depan
Berangkat dari pengalaman nyata yang pernah dirasakan baik suka maupun duka maka diharapkan ke depan koperasi kredit atau Puskopdit dan jaringannya hendaknya dikelola secara sungguh-sungguh dan serius dengan tetap berpedoman pada tiga pilarnya; swadaya, pendidikan dan solidaritas. Tidak ada lagi tunggu waktu luang setelah bekerja di tempat lain. Perlu pembedaan yang jelas antara pengurus sebagai penetap pola kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional yang didukung dengan kontrol yang konstruktif dari pengawas yang berkemampuan secara intelektual dan moralitas.

Sistem perekrutan staf atau karyawan perlu dilakukan secara transparan dan selektif sesuai mekanisme perekrutan perusahaan modern. Tidak ada lagi staf atau manajer titipan. Menduduki suatu posisi baik dalam kepengurusan terutama dalam manajemen tidak lagi bergantung pada kemauan atau katabelece satu dua orang tetapi berpedoman pada kemampuan dan kinerja yang dimiliki.

Koperasi kredit atau puskopdit perlu dikembangkan sesuai perkembangan lembaga keuangan lainnya. Apalagi sekarang ini ada soft-ware yang memungkinkan lembaga Koperasi Kredit atau Puskopdit dan Inkopdit dapat melakukan transaksi on-line serta ATM dengan program SIKOPDIT CS.

Profesionalisme pengelolaan yang ber-branding bukan lagi hal tabu bagi gerakan koperasi kredit. Hendaknya kita menjaga lembaga ini akan tetap tumbuh dan berkembang secara profesional sampai generasi anak cucu dengan meningkatkan SDM manajemen, pengurus, pengawas dan seluruh anggota.

Pengembangan SDM seluruh komponen yang terlibat dalam gerakan koperasi kredit dari primer sampai tingkat atasnya serta network yang produktif menjadi salah satu titik kunci keberhasilan koperasi kredit masa depan dan mati hidupnya masa depan koperasi kredit.

Penutup
Demikian satu dua pengalaman saya berkarya di koperasi kredit tanpa ada tendensi memegahkan diri. Ada suka dukanya. Awalnya lebih banyak dukanya namun akhirnya bisa menikmati dengan suka cita. Memiliki jaminan masa depan namun terutama lebih banyak orang terbantu dengan kehadiran koperasi kredit yang dikelola secara sungguh-sungguh.

Dulu koperasi kredit hanya mampu menampung uang anggota paling tinggi 3-5 juta rupiah dan biasanya dilemparkan juga kepada anggota dengan jumlah berkisar demikian namun kini ada banyak koperasi kredit yang bisa menampung simpanan saham dan non saham sampai ratusan jutaan rupiah dan juga melemparkan pinjaman dengan plafon perorangan bisa ratusan juta rupiah tergantung kemampuan pengembalian dan potensi (prospek) usahanya.

Koperasi kredit menjadi jalan tol menuju tangga kesejahteraan bagi orang yang langsung berpartisipasi di dalamnya sebab pepatah China mengatakan, ’Saya dengar, saya lupa, saya lihat dan saya ingat namun jika saya melaksanakan maka saya mengerti.’ Bravo koperasi kredit. Terus maju memberdayakan masyarakat terutama masyarakat yang berkekurangan secara ekonomis, sosial-budaya dan politik.

Pernah dimuat di HU Flores Pos, 13 Juli 2009


Read more...

Pelatihan Master Auditor di Thailand

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pelatihan Master Auditor Accesbranding Koperasi Kredit Skala Asia diikuti oleh peserta dari 9 negara utusan anggota ACCU-Bangkok serta dari staf pemerintah Kementerian Koperasi Thailand. Pelatihan yang dikenal dengan nama Accesbranding Master Auditors Training dihadiri utusan dari Philipina 6 orang, Indonesia 4 orang, Srilanka 3 orang, Bangladesh 2 orang, Nepal 2 orang, Mongolia 2 orang, Myanmar 1 orang, Laos 1 orang, Pakistan 1 orang, Rusia 1 orang, Thailand 7 orang, Kementrian Thailand 2 orang serta utusan ACCU 2 orang, 2 fasilitator dan 4 mentor. Total peserta sertifikasi 40 orang. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 25-31 Januari 2009.

Ke-4 utusan dari Indonesia adalah Bapak Antonius Suharyono Daud-Inkopdit Jakarta, Bapak F.X. Ari Setiawan-Inkopdit Jakarta (keduanya mendapat beasiswa dalam pelatihan ini), Bapak F.X. Sri Haryadi-Kopdit Keling Kumang, Kalimantan Barat dan Bapak Kosmas Lawa Bagho (penulis) utusan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo, Flores-NTT (dengan biaya sendiri dari lembaga masing-masing).

Para petinggi gerakan yang hadir adalah Ms. Supatra Thanaseniwat (Pimpinan Umum Departemen Promosi Koperasi Negeri Thailand), Mr. Steven Rheault-Kihira (Duta Besar Kanada), Mr. Joris Geeven (Sekretaris 2 Seksi Ekonomi Duta Besar Belanda), Dr. Amporn Wattanavongs (Direktur Eksekutif FORDEC: Foundation for Rehabilitation & Development of Children and Family), Mr. Suriya Montripak (Bendahara ACCU & Ketua Pengurus CULT: Credit Union League of Thailand), Mr. Chalermpol Dulsamphant (Ketua Pengurus FSCT: Federation of Savings & Credit Cooperatives of Thailand), Mr. Supachai Srisupaaksorn (Ketua Pengurus Koperasi Kredit Klongchan) dan Mr. Ranjith Hettiarachchi (General Manajer ACCU: Association of Asian Confederation of Credit Unions).

Mr. Ranjith Hettiarachchi dalam laporan pembukaanya mengemukan bahwa isu kritis yang sedang menjadi perhatian di negara masing-masing saat ini adalah isu kemiskinan. Kehadiran Koperasi kredit atau Credit Union yang melandaskan kegiatannya pada pola pemberdayaan dan filosofi pendidikan, kemandirian dan solidaritas didesain khusus untuk melawan kemiskinan, kemelaratan dan keterbelengguan masyarakat.

Oleh karena itu koperasi kredit atau credit union harus tampil di tengah kompetisi kemiskinan masyarakat dan harus menjadi pemenang. Untuk menjadi pemenang dalam kompetisi yang super ketat itu, menurut Ranjith, CEO ACCU-Bangkok hendaknya koperasi kredit memiliki kelembagaan yang kuat dan menciptakan variasi produk yang unggul. Kelembagaan yang kuat dan produk yang unggul dengan brand-desaigned yang jitu harus ada alat ukurnya yang standar. Dan alat ukur yang standar bagi kualitas kelembagaan koperasi kredit ASIA adalah ACCESBRANDING.

Accesbranding memiliki keunggulan tersendiri dari alat ukur PEARLS-WOCCU. Sebab PEARLS hanya mengukur citra koperasi kredit dari perspektif keuangan saja sementara Accesbranding mencakup 4 perspektif yakni keuangan (PEARLS), perspektif kualitas produk dan pelayanan, perspektif kepuasan anggota serta perspektif pendidikan dan pembelajaran

Yang menarik bagi saya pribadi bahwa kehadiran seorang petinggi dari Kementrian Koperasi Thailand pada acara dimaksud serta mengirimkan 2 stafnya mengikuti pelatihan secara langsung bersama peserta lainnya agar mereka bisa memahami seluk-beluk perkoperasian kredit terutama menyangkut Accesbranding sebuah alat diagnosis standar koperasi kredit Asia termasuk Thailand.

Dengan demikian menjadi masukan berharga dalam pembuatan peraturan atau UU koperasi sesuai kebutuhan yang terjadi di tingkat akar rumput. Memang Thailand bisa menjadi tempat studi banding bagi departemen atau kementrian koperasi kita khususnya menyangkut kerja sama dengan koperasi kredit secara nasional. Pemerintah Thailand (Departemen Koperasi) senantiasa memperlakukan koperasi jenis apa pun sama dihadapan pemerintah dan hukum sehingga tidaklah heran kerjasama lintas sektor menjadikan Thailand berkembang pesat proses pengembangan koperasi termasuk koperasi kredit baik yang dikoordinir pemerintah terutama yang lahir dari inisiatif masyarakat sendiri.


Ke-4 peserta dari Indonesia bersama Mr. Ranjith & Ms. Lenny

Pemerintah kita juga sudah sangat kondusif namun terkadang belum sejalan bahkan mungkin bisa saja dalam hal tertentu seolah-olah berseberangan padahal kita berupaya membebaskan kemiskinan dari masyarakat Indonesia yang sama. Koperasi kredit selalu mengutamakan pemberdayaan yang berpedoman pada keswadayaan, pendidikan dan solidaritas sementara pemerintah (maaf) kadang-kadang lebih mengutamakan program memberikan bantuan (Bantuan Tunai Langsung, misalnya).


Accesbranding: Alat diagnosis untuk standarisasi pengelolaan koperasi kredit Asia
Ranjith Hettiarachchi sekali lagi menekankan perlunya suatu standarisasi pengelolaan koperasi kredit menuju koperasi kredit yang unggul, sehat, kuat dan aman di tengah kompetisi pasar global. Koperasi kredit harus tampil unggul sebagai salah satu wadah pembebesan dan pemberdayaan masyarakat miskin.

Seperti yang telah diketahui umum bahwa Accesbranding memuat empat komponen penting sebagai batu pijakan pemeringkatan sebuah organisasi koperasi kredit menuju besar, kuat, sehat dan aman (safety and soundness) yakni Perspektif Keuangan (Financial Perspective), Perspektif Anggota (Customer/Member Perspective), Perspektif Internal Bisnis (Internal Business Processes Perspective), Pendidikan dan Pembelajaran (Knowledge and Learning Perspective).

Selama seminggu kami menggumuli dan menggeluti secara lebih mendalam Accesbranding dengan 4 perspektif. Kami mengulitinya satu per satu ditambah dengan kunjungan lapangan dan sharing best-practice bagi koperasi kredit yang telah menerapkan acces dan mengikuti penilaian tingkat ASIA.

Dari sharing penglaman didapat suatu kesimpulan bahwa untuk koperasi kredit di Philipina dan Thailand tidak bermasalah pada 3 perspektif (Internal Bisnis, Pendidikan dan Pembelajaran serta Kepuasan Anggota) sementara untuk di India masih mengalami 4 perspektif. Perspektif kuangan masih menjadi titik kritis terutama menyangkut kelalaian kecuali Kopdit Klongchan Thailand yang tingkat kelalaian menurut PAR (Portofolio at Risk)-nya 0,05%.

Menurut pengakuan kepala bidang audit Kopdit Klongchan bahwa mereka getol melakukan penagihan dari rumah ke rumah serta pendidikan kelompok dengan memperbanyak petugas lapangan yang kapabel. Petugas lapangan 80% ada di tengah anggota dan simpatisan koperasi kredit bukan sebaliknya.

Format Accesbranding kali ini sudah lebih lengkap dan praktis sehingga memudahkan para fungsionaris koperasi kredit di Asia bisa menerapkannya di kopditnya sesuai format yang telah disediakan. Dengan demikian diharapkan koperasi kredit Indonesia juga siap berprestasi skala Asia bersama 3 segi tiga emasnya ACCU-Bangkok yakni Korea Selatan, Thailand dan Philipina.

Untuk Inkopdit sudah memiliki Buku RUPIAH EMAS yang disumbangkan oleh Bapak Drs. Theofilus Woghe dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo dan terjemahan Manual Accesbranding dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Bapak FX. Ari Setiawan. Untuk Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo sendiri sudah coba mempraktekkannya walaupun belum sempurna dan fokus setelah mendapat fasilitasi dari tenaga-tenaga handal Lembaga MICRA-Jakarta serta Ibu Theresia Multi,cs.

Sebagai auditor accesbranding yang berskala Asia maka hendaknya auditor membekali diri selain pengatahuan dan ketrampilan tetapi juga kode etik dalam keseluruhan audit seperti apa yang diungkapkan harus benar secara objektif dan dapat dipercaya, memilikit integritas yang tidak semu atau munafik, independen dan netral dari segala godaan dan kepentingan, dapat menjaga kerahasiaan serta bersikap profesional.

Apabila hal ini dilakukan sungguh-sungguh oleh auditor maka segala opini dan hasil audit tidak akan mendapatkan pengeluhan ataupun pengaduan. Lebih dari itu bahwa koperasi kredit kita mengarahkan diri kepada pengelolaan yang profesional dengan standar yang akurat, jelas dan objektif.

Kunjungan Lapangan
Para peserta berkesempatan mengunjungi Kantor FSCT (The Federation of Savings and Credit Cooperatives of Thailand Limited), Kopdit Klongchan dan CULT (Credit Union League of Thailand Limeted). Salah satu daya tarik tersendiri bagi saya pribadi adalah ketika kami mengadakan kunjungan lapangan ke kantor CULT dengan program unggulan terbaru untuk meningkatkan wirausaha anggota adalah dengan menerbitkan website (www.e-coop.cultthai.coop) yang memuat lengkap siapa mereka, apa yang mereka kerjakan, tujuan website ini dan apa kemampuan web.

Diceritakan bahwa selama kurang lebih 150 tahun, credit union atau koperasi kredit di seluruh dunia menyediakan akses bagi masyarakat terutama yang tidak mendapat akses terhadap lembaga keuangan resmi. Akses dana terutama menyiapkan pinjaman mikro untuk meningkatkan wirausaha kecil agar mampu mendongkrak pendapatan keluarga dan lingkungannya. Di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, para wirausaha koperasi kredit membutuhkan suport atau dukungan untuk melink (a more sustainable linkage) dengan pasar.

Web E-coop (Electronic Cooperarative) menyediakan sebuah platform bagi pengusaha mikro koperasi kredit agar berbagai produk usahanya yang paling bagus bisa mencapai tingkat pasar global. E-Coop merupakan hasil kerjasama ACCU (Association of Asian Confederation of Credit Unions) dan CULT (Credit Union League of Thailand) menjadikan para pengusaha koperasi kredit dan berbagai desain produknya bisa sejajar dengan produk lain di persaingan pasar global.

Produk-produk yang ditampilkan dalam web ini hendaknya hasil seleksi berdasarkan mutu dan kualitas kemasan dari berbagai koperasi kredit di Asia serta hasil karya unik dari berbagai kampung di negara Asia. Semua kita bisa mengakses dalam web ini dengan semboyan mereka,’ E-Coop, Global Market For All: Come and Join Us Now! (E-Coop, Pasar Global untuk Semua: Datang dan Bergabung Bersama Kami Sekarang!).

Dengan bergabung ataupun kita membeli berbagai produk berkualitas demikian, kita diharapkan bisa membantu ribuan pengusaha kecil (small entreprenuers) untuk meningkatkan keswadayaan keuangan (financial independence) untuk mengurangi kemiskinan masyarakat pada tahun 2015.

Tujuan E- Coop adalah mempercepat pertambahan dan pertumbuhan para pedagang dan enterpreunir di dalam koperasi kredit, mengembangkan pendapatan ekonomi bagi para anggota koperasi kredit, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya serta meningkatkan kesadaran jiwa berdagang (wirausaha) untuk membangun kemandirian ekonomi sedangkan kemampuan web ini adalah mempromosikan produk dan pelayanan koperasi kredit, transaksi pasar melalui kartu kredit, sharing gagasan dan update informasi on-line dan pameran produk yang bervariasi. Bisa menghubungi (www.cultthai.coop atau email : cult@cultthai.coop).

Acara Penutupan & Action Plan
Kami berempat membuat satu action plan untuk dijalankan secara bersama tentu dikoordinir tingkat Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) Jakarta. Tidaklah muluk-muluk disesuaikan dengan kondisi kepulauan dan daerah berjauhan koperasi kredit di negeri kita, Indonesia tercinta. Acapkali biaya pelatihan atau kegiatan itu sendiri lebih murah ketimbang biaya transportasi.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para master auditor accesbranding kelahiran pelatihan di Bangkok, Thailand tanggal 25-31 Januari 2009. Mister Ranjith berulang-ulang menekankan bahwa ‘... anda sekalian adalah master auditor. Oleh karenanya dalam memberikan rekomendasi hendaknya menunjukkan kualitasnya tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Tidak terlalu penting anda memberikan rekomendasi tetapi apa yang anda lakukan dengan rekomendasi yang anda berikan sebab rekomendasi itu gampang dan mudah dibuat oleh semua orang (auditor & pengawas) tanpa pelatihan master auditor accesbranding di Bangkok ini. Apa nilai lebih (selling point) anda sebagai master auditor ???’

Dimuat pada Buletin BK3 Jakarta, edisi II; April-Juni 2009


Read more...