Kamis, 16 September 2010

Pentingkah Analisa SDM Kopdit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Judul tulisan di atas mungkin berkesan agak fantastis dan mungkin saja merupakan sebuah pertanyaan konyol yang tidak membutuhkan jawaban. Namun saya cuma mengangkatnya untuk memperoleh kajian lebih lanjut ataupun masukan berharga bagi pengembangan gerakan koperasi kredit kita ke depan teristimewa pertumbuhan dan perkembangan kopdit di daratan ini (Flores) yang sedang hangat-hangatnya menggalakkan manajemen purna mutu demi peningkatan pelayanan yang unggul kepada anggota dan masyarakat banyak.

Pertanyaan mendasar yang mau dijawab melalui tulisan ini adalah apakah perlu gerakan koperasi kredit di wilayah Flores melakukan analisa manajemen sumber daya manusia? Ulasan sederhana ini terasa semakin urgen berhadapan dengan era globalisasi ekonomi dunia seperti sekarang ini, dikala setiap lembaga bisnis keuangan berusaha sekuat kemampuan untuk saling mengungguli satu dari yang lain sehingga menimbulkan persaingan bisnis bebas dalam menawarkan produk dan performance pelayanan yang berkualitas tinggi.

Untuk mencapai pelayanan yang dimaksud, seyogianya organisasi keuangan membutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas tinggi pula. Tanpa kajian dan analisis yang jelimet tentang SDM akan menjadi kerugian besar bagi lembaga bisnis keuangan seperti koperasi kredit/credit union. Atas dasar pemikiran itu maka kebutuhan akan analisa pekerjaan dalam hubungannya dengan perekrutan karyawan/SDM koperasi kredit merupakan sebuah kebutuhan yang mutlak dilakukan.

Agar mampu bersaing dengan lembaga pelayanan usaha keuangan lainnya, mau tidak mau, suka tidak suka, gerakan koperasi kredit hendaknya sejak dini memperhatikan secara serius manajemen SDM agar visi, misi dan tujuan organisasinya dapat dicapai secara lebih optimal dan efektif. Keberhasilan dan keberlanjutan sebuah institusi pemberdayaan publik koperasi kredit pada era pasar bebas seperti sekarang ini terletak dan bergantung pada pengelolaan sumber daya manusianya yang efisien, cakap, terampil dan profesional.

Dengan demikian, koperasi kredit akan mampu menerapkan strategi yang jitu dengan inovasi yang kreatif sehingga menghasilkan koperasi kredit yang besar, kuat dan aman serta memperoleh suatu penampilan yang meyakinkan termasuk tersedianya kantor dengan interior yang menarik untuk pelayanan, staf yang profesional, anggota yang sadar dan bertanggungjawab, penggunaan tekhnologi yang canggih untuk komunikasi dan informasi serta penggunaan sistem komputerisasi yang jauh dari tindakan koruptif-manipulatif.

Untuk membantu pemahaman kita tentang analisa SDM maka kita perlu memiliki persepsi yang sama atau kesepakatan awal tentang apa itu manajemen sumber daya manusia? Tentu banyak pakar manajemen memberikan berbagai teori atau pengertian yang amat bervariasi sesuai bidang kegiatan yang digelutinya. Bahkan mungkin pengertian yang ditampilkan ‘terlalu dekat kaki langit’ sehingga terkesan kurang menyentuh kebutuhan riil masyarakat apalagi masyarakat akar rumput yang menjadi mayoritas di dalam gerakan koperasi kredit. Untuk itu demi maksud dan kebutuhan gerakan koperasi kredit maka ditampilkan batasan yang sangat sederhana tetapi lebih praktis sesuai dengan praktek atau pengalaman lapangan yang telah dijalani.

Manajemen SDM yang dulu lebih dikenal dengan sebutan Manajemen Personalia merupakan suatu proses untuk mempelajari dan mengumpulkan berbagai informasi dari dalam maupun dari luar lembaga yang berhubungan dengan pelaksanaan dan kewajiban suatu pekerjaan atau jabatan. Berdasarkan analisa SDM maka dapat menjawab pertanyaan apa yang harus dilakukan, mengapa dan bagaimana pekerjaan tersebut dilaksanakan.

Hal ini penting dilakukan koperasi kredit agar dalam merekrut fungsionaris (pengurus, pengawas dan manajemen) perlu mengetahui rincian tugas, tanggungjawab dan kualifikasi utama dalam suatu jabatan yang dibutuhkan sehingga pekerjaan tersebut dapat dieksekusi dengan hasil yang memuaskan.

Mengapa perlu Analisa Manajemen Sumber Daya Manusia?
Berdasarkan pengamatan dan pengalaman selama ini memperoleh fakta dan data bahwa masih ada sebagian koperasi kredit belum memiliki manajer dan karyawan dengan kompetensi purna mutu. Kenyataan ini kerapkali menyebabkan pelayanan usaha keuangan koperasi kredit kepada anggota dan masyarakat menjadi amat terbatas.

Kadang-kadang masih mengharapkan pengorbanan waktu, tenaga dan pikiran para fungsionaris secara belum optimal. Pada hal jika dioptimalisasi kemampuan dan ketrampilan secara efektif akan meningkatkan kinerja pelayanan kopdit bersangkutan secara luar biasa. Peningkatan SDM fungsionaris akan berbanding lurus dengan pertumbuhan anggota dan aset kopdit serta peningkatan mutu kesejahteraan dan kecerdasan anggota.

Oleh karena itu perekrutan staf manajemen harus diikuti dengan pemberian bekal pengatahuan dan keahlian yang memadai serta mendorong kesungguhannya dalam berkarya di koperasi kredit. Bukan hanya itu saja, sebelum pemilihan staf hendaknya menentukan pekerjaan apa saja yang akan dilakukan dan kualifikasi (keahlian) apa yang dibutuhkan sesuai bidang kerja serta pendapatan kopdit untuk memberikan imbalan gaji yang layak. Jadi tidak ikut-ikutan saja mengangkat karyawan tanpa analisis pekerjaan secara teliti dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan kopdit bersangkutan.

Hal tersebut penting karena dalam banyak kasus orang yang bekerja di kopdit hanya sekedar mengisi waktu luang untuk melompat ke pekerjaan yang lebih bergengsi. Fakta ini bisa dimaklumi karena sebagian koperasi kredit secara finansial belum menjamin salari karyawan yang pantas atau karir di kopdit belum memiliki prospek yang menjanjikan sementara di sisi lain kemajuan kopdit menuntut manajemen yang profesional, dinamis dan inovatif.

Ada beberapa manfaat analisa manajemen sumber daya manusia dalam koperasi kredit yakni: untuk mengetahui rincian tugas, tanggungjawab dan kualifikasi utama suatu jabatan yang dibutuhkan sesuai pendapatan kopdit agar pekerjaan tersebut dapat dilaksanakan secara efektif dengan hasil yang optimal, mengevaluasi tantangan-tantangan kopdit di tengah persaingan lembaga usaha keuangan lain dengan menggunakan analisa SWOT, menetapkan ukuran prestasi kerja yang realistik-objektif dan memberikan penghargaan yang cukup kepada karyawan serta pengembangan sistem kompensasi yang adil, menempatkan karyawan pada pekerjaan yang sesuai dengan pengatahuan, ketrampilan dan minat pribadi secara tepat, merencanakan kebutuhan SDM kopdit yang akan datang dan sebagai dasar pertimbangan lamaran maupun pengisian lowongan pekerjaan, menganalisis kebutuhan pengembangan/pelatihan (OJT= On Job Training) karyawan yang potensial baik yang lama maupun yang baru untuk menjawab kebutuhan SDM jangka panjang secara berlapis dan berkelanjutan serta menetapkan garis promosi maupun demosi dalam semua bidang pelayanan koperasi kredit.

Mekanisme Analisa SDM
Dalam membuat analisa SDM (personalia) koperasi kredit memerlukan tahapan-tahapan :
Pertama: Deskripsi Pekerjaan (Job Description). Deskripsi pekerjaan adalah suatu pernyataan tertulis yang menguraikan fungsi, tugas, tanggungjawab, wewenang, kondisi kerja dan aspek pekerjaan yang mempunyai bentuk yang sama. Sebaiknya wewenang dan tanggungjawab staf dipisahkan secara jelas dan berdayaguna. Wewenang menunjukkan hak untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Sedangkan tanggungjawab adalah kewajiban dari si pemegang jabatan. Perlu juga menyebutkan atasan seperi manajer, koordinator, kepala bidang serta staf pembantu. Deskripsi kondisi pekerjaan mencakup jam kerja, bahaya, keamanan dan kesehatan kerja, kemungkinan perjalanan dinas, kondisi fisik tempat kerja dan aspek-aspek pekerjaan lainnya.

Kedua: Spesifikasi Pekerjaan (Job Specification). Hal ini lebih menunjukkan pada siapa yang melakukan pekerjaan dan faktor-faktor manusia yang dipersyaratkan. Yang ditonjolkan di sini adalah profil, karakter manusia yang diperlukan untuk suatu pekerjaan di lembaga koperasi kredit. Persyaratan menyangkut pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan dan mental maupun fisik yang sehat.

Ketiga: Standar Pekerjaan (Job Performance Standard). Standar ini memberikan manfaat sebagai sasaran atau target bagi pekerjaan karyawan. Tantangan untuk mencapai sasaran yang ideal bisa memotivasi karyawan kopdit dan mengukur atau menilai keberhasilan kerja karyawan pada suatu periode tertentu. Tanpa ada standar prestasi, tidak ada sistem pengawasan yang dapat mengevaluasi pelaksanaan pekerjaan koperasi kredit. Tanpa penilian, kita tidak pernah tahu sejauh mana aktualisasi potensi SDM karyawan.

Setelah mengadakan analisa SDM secara serius, kini gilirannya untuk melakukan perekrutan karyawan koperasi kredit. Perekrutan tersebut hendaknya mempertimbangkan kebutuhan dan kemampuan organisasi kopdit yang bersangkutan dan juga kemampuan para tenaga yang akan dipekerjakan.
Read more...

Senin, 06 September 2010

Membangun Karakter Menabung

Oleh Kosmas Lawa Bagho

(FloresNews.com, 2 September 2010) Menabung belum menjadi kebiasaan apalagi karakter sebagian besar masyarakat Indonesia terutama yang sedang berdomisili di Pulau Bunga, Flores. Sebagian besar masyarakat wilayah ini lebih tertarik pada hal-hal konsumtif dari pada menunda kesenangan melalui budaya menabung untuk menikmati kegembiraan masa nanti. Rasanya tidak ‘gaul’ jika tidak menghambur-hamburkan uang di masa muda. Untuk itu tindakan membangun karakter menabung masih menjadi pekerjaan yang membutuhkan keuletan dan perjuangan yang tidaklah kecil.

Pendapat ini dibuktikan dengan hasil penelitian sikap masyarakat terhadap budaya menabung serta di mana hal paling besar masyarakat menghabiskan uangnya oleh sebuah LSM Internasional yang berkarya di Kabupaten Ende. NGO Swisscontact pernah melakukannya pada tahun 2006. Mereka melakukan secara sampel di Kelurahan Tanalodu Bajawa dan Desa Mautenda, Ende. Hasil penelitian tersebut menunjukkan hal yang tidak mengejutkan lagi bagi kita bahwa mamang sebagian besar masyarakat tidak segera membangun karakter menabung.

Penelitian tersebut memberikan angka-angka pembiayaan masyarakat Flores umumnya adalah bidang makan-minum dan konsumeris lainnya dengan presentase tertinggi yakni 42%, diikuti pesta adat 12%, pendidikan 10%, transport, listrik, telepon dan pengembalian pinjaman sama-sama 9%, pertanian, peternakan dan perkebunan 8%, kesehatan, asuransi dan menabung masing-masing 1%.

Menarik untuk disimak secara serius dan sungguh-sungguh bahwa presentase pembiayaan masyarakat kita untuk asuransi dan tabungan hanyalah 1% dari seluruh pendapatan atau penerimaan. Bayangkan! Menabung masih menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian besar masyarakat kita. Kita belum mempersiapkan diri untuk masa depan yang lebih manusiawi dan bahagia dengan penciptaan kekayaan/asset melalui menabung. Data-data kuantitatif ini dipertegas lagi dengan data kualitatif yaitu sebagian masyarakat apabila mau masuk Koperasi Kredit misalnya, selalu bertanya berapa rupiah yang bisa dipinjam bukan berapa rupiah yang disimpan.

Berdasarkan rekam jejak pengalaman pribadi selama 12 tahun bekerja di koperasi kredit, apabila ada motivasi menabung selalu ada seribu alasan yang membuat mereka tidak bisa menyisihkan sesen dua untuk masa depan yang lebih berkualitas. Oleh karena itu tidaklah heran data dari Departemen Tenaga Kerja Amerika Serikat (www.peaklifestyle.com) menyatakan bahwa setelah bekerja 40 tahun (dalam usia 65 tahun) hanya ada 1% yang hidup sejahtera. Lalu di manakah yang 99%? Sangat tragis bahwa 36% dari antaranya telah meninggal dunia, 54%-nya hidup dalam keadaan miskin dan 9% hidup hanya bergantung pada belaskasihan ‘rumah jompo’. Semua itu terjadi lantaran kita belum membangun karakter menabung.

Pola pikir yang keliru bahwa kebiasaan atau karakter menabung itu hanya berlaku apabila seseorang memiliki uang lebih atau menabung harus dengan angka yang lumayan besar. Artinya orang yang hidup pas-pasan tidak perlu menabung. Pola pikir seperti ini yang perlu dievaluasi secara jujur serta harus lahir dari kesadaran hati dan otak (“sa ate, sa ote”: Bahasa Lio-Ende, Flores). Sesungguhnya menabung itu bisa dilakukan oleh siapapun, apapun profesinya dan di manapun juga.

Menabung tidak harus dalam jumlah yang besar tetapi Rp.1000 per hari juga sudah cukup. Apabila itu yang kita lakukan berarti 1 minggu sudah 7,000 rupiah, 1 bulan 30-31,000 dan setahun 365 ribu rupiah, 10 tahun 3,650,000 rupiah dstnya. Tabungan juga bisa menggunakan sarana celengan agar uang yang seribu rupiah per hari tidaklah tercecer atau cepat berubah bentuk menjadi es, ikan tongkol, rokok dan lain sebagainya.

Untuk bisa menjadi penabung yang baik ada trend pada Koperasi Kredit yaitu mengajak anggota agar tidak menghitung berapa rupiah sehari yang perlu ditabung melainkan tanyakan dan hitung berapa rupiah yang dihabiskan sehari sebagai pengeluaran. Misalnya perokok surya 12 merokok dua bungkus sehari.

1 bungkus surya 12 diasumsi 8,000 rupiah maka sehari, perokok bersangkutan menghabiskan uang hanya untuk rokok 16,000 rupiah, dalam sebulan menghabiskan 496,000 rupiah, setahun menghabiskan 5,952,000 rupiah. Jika dia merokok 10 tahun berarti 10 x 5,952,000 = 59,520,000. Bayangkan jika perokok tidak merokok dan menginvestasikan uangnya pada koperasi kredit.

Itu belum kita hitung bunga simpanan setiap hari x setiap minggu x setiap bulan x setiap tahun x 10 tahun x 20 tahun dstnya. Berapa rupiah kekayaannya ... ?

A. Suman Kurik dalam bukunya ‘Ekonomi Kerakyatan’ pernah menyentil bahwa mayoritas masyarakat kita bertumpu pada pertanian, peternakan, perkebunan dan perikanan hendaknya melakukan gerakan menabung sebagai investasi untuk membangun kekayaan demi meningkatkan mutu kesejahteraan keluarga maupun pribadi. Seiring dengan memperkuat budaya hidup hemat dan memulai gerakan menabung tanpa harus menunggu hari esok yang sedang gencar digalakkan dari berbagai LSM dan koperasi kredit/credit union.

Manfaat menabung adalah memiliki asset (kekayaan) yang tidak berkurang jumlahnya melainkan terus bertambah karena pemberian bunga dari Koperasi Kredit seperti perhitungan di atas. Manfaat lain adalah mengantisipasi apabila sewaktu-waktu ada kebutuhan yang sangat mendesak memerlukan uang untuk pembiayaan dikala sakit, meninggal dunia, melahirkan, biaya panen, dll.

Untuk itu kita perlu menahan diri agar tidak menghabiskan uang dengan secara serampangan melakukan pembelanjaan setelah sepanjang hari berusaha keras mendapatkan uang. Bahkan kerapkali kita melakukan hal-hal yang sangat merugikan diri sendiri, keluarga dan masyarakat. Seperti melakukan perjudian dengan aneka macamnya, minum minuman mabuk, pesta pora, dll tanpa upaya untuk menyisihkan sebagian pendapatan kita untuk menabung demi menciptakan kehidupan yang lebih cerah ceria di masa yang akan datang.
Read more...

Rabu, 01 September 2010

Kopdit: Pahlawan Kemerdekaan Ekonomi Masyarakat Akar Rumput

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Tanggal 17 Agustus 2010 baru kita lewati bersama. Sebagian rakyat Indonesia menganggap hari itu biasa-biasa saja. Tidak ada yang istimewa. Hari itu bagaikan hanya simpul aliran waktu tertentu tanpa makna. Apalagi mereka menyaksikan secara kasat mata aneka ragam kesulitan hidup masih saja menerpa golongan terbesar masyarakat pertiwi nusantara yang tahun ini merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-65.

Ketidaknyamanan rakyat kian memuncak lantaran berbagai ragam perampokan berkelompok dan bahkan menggunakan persenjataan super canggih yang konon hanya dimiliki orang-orang khusus negeri tercinta ini. Senjata itu mungkin saja dibeli dengan harga yang cukup mahal untuk memberikan rasa nyaman bagi seluruh rakyat penghuni planet bumi yang bernama Indonesia.

Namun acapkali menjadi pertanyaan kritis kita, “Mengapa para perampok itu bisa memiliki ‘senjata istimewa’ untuk merampok dan membunuh rakyat bangsa ini tanpa prikemanusiaan?” Sebagian lagi gerah dan geram terhadap tetangganya Malaysia yang katanya bangsa serumpun tetapi selalu memakan rumpun Indonesia untuk kejayaan sendiri negerinya. Di tengah hingar-bingar perayaan HUT Kemerdekaan yang ke-65, ada tukar guling atau barter 3 petugas mulia abdi negara ini dibandingkan dengan 7 nelayan ‘pencuri atau maling ikan’ dari negeri seberang.

Belum lagi ada sentilan bola api panas yang coba dimainkan para politisi untuk melakukan amandemen UUD 1945 hanya mau memperpanjang masa jabatan presiden tiga periode tanpa mempedulikan kepentingan rakyat. ‘Sayang jika presiden yang sekarang dianggap masih produktif tidak dimanfaatkan hanya karena tuntutan UU yang membatasinya. Pada hal tidak ada salahnya kita bisa merubah atau meng-amandemenkannya’. Sayang seribu sayang kepentingan sekelompok orang elit lagi-lagi mengorbankan kepentingan mulia lebih banyak orang.

Dibalik itu ada sebagian masyarakat bangsa ini merayakannya dengan penuh antusias dan bergairah. Ada aneka perlombaan yang mengundang rasa tawa bahagia bagi yang menang dan gejolak hati memilukan bagi kelompok yang kalah atau belum memenangkan aneka lomba yang diperlombakan.

Orang-orang tersebut seolah merasa ada magnet yang senantiasa menghipnotis anak negeri ini untuk melakukan berbagai kegiatan dimaksud yang menghantar banyak orang kembali ke tanggal keramat, 17 Agustus Tahun 1945 lalu. Sebab tanggal tersebut memiliki arti tersendiri bagi 250 juta masyarakat kita sekarang ini. Tentu bukan tanpa alasan. Tanggal keramat itu menjadi jembatan awal dan garis demarkasi, kita melepaskan status terjajah dengan menyandang status baru yang lebih bermartabat sebagai negeri bebas dari segala bentuk penjajahan bangsa asing terutama Belanda dan Jepang.

Koperasi Kredit: Sang Pahlawan Kemerdekaan Ekonomi Masyarakat Akar Rumput
Tentu Pusat Koperasi Kredit (PUSKOPDIT) dan Koperasi Kredit (KOPDIT) di wilayah Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo tidaklah muluk-muluk dalam usaha memerdekakan anggota dari berbagai himpitan terutama di bidang ekonomi. Data menunjukkan per 30 Juni 2010 mengakses anggota 65 ribu lebih dari 48 koperasi kredit (18 Anggota, 18 Calon Anggota dan 12 Kelompok Binaan), Simpanan Saham: Rp. 179 M lebih, Pinjaman Beredar yang dilepaskan kepada 65 ribu anggota Rp. 266 M lebih dan Kekayaan Rp. 315 M lebih.

Sementara program Credit Union Microfinance Innovation/Women Credit Union Microfinance Innovation yakni program inovasi khusus Puskopdit/Kopdit bekerjasama dengan Association of Asian Confederation of Credit Union (ACCU-Bangkok) dalam upaya mengakses lembaga keuangan koperasi kredit di daerah pedesaan yang miskin telah menjaring anggota perorangan 17.466 dengan rincian laki-laki: 7.872 orang dan perempuan: 9.594 orang; simpanan Rp. 85 M lebih, pinjaman yang dilepaskan Rp. 61 M lebih serta tingkat pengembalian 42 M lebih.

Untuk seluruh Indonesia koperasi kredit tersebar pada 32 propinsi dengan 940 koperasi kredit primer dan anggota individu 1.220.335 orang, simpanan 5 Trilyun lebih, pinjaman beredar 5 Trilyun lebih dan kekayaan 6,3 Trilyun lebih.

Kecil memang tetapi dibalik angka-angka statistik di atas sesunggguhnya menyiratkan sejumput perjuangan tanpa kenal lelah baik para pencetus ide awal di Jerman serta para perintis atau penggerak gagah berani di Indonesia terutama di Kabupaten Ende, Ngada dan saudara bungsunya Nagekeo.

Di tengah berbagai aneka lomba penggelontoran uang kepada masyarakat dalam aneka warna papan nama, koperasi kredit melakukan sesuatu yang boleh dikatakan lawan arus dengan mengoptimalkan seluruh kekuatan yang ada pada masyakarat. Potensi yang ada merupakan harta karun yang tidak dapat diambil oleh orang lain serta harus diaktualisasikan secara efektif dan cerdas. Potensi itu dalam bentuk otak dan hati yang memiliki antusiasme untuk terus berusaha.

Aktivis koperasi kredit menyadari dan yakin seyakin-yakinnya bahwa apabila selalu memberikan bantuan maka rakyat akan semakin ‘lapar dan bergantung’. Permasalahan ekonomi rakyat di negeri ini hanya bisa diatasi oleh mereka sendiri dalam kebersamaan. Pemerintah menyiapkan sarana dan prasarana serta regulasi yang memancing kreativitas masyarakat untuk dengan mudah mengakses pada pusat-pusat ekonomi serta transformasi sumber daya manusia yang berdaya saing tinggi.

Salah satu strategi koperasi kredit adalah dengan cara membangun karakter menabung sedikit demi sedikit menghasilkan milyaran bahkan trilyunan rupiah seperti tersaji pada data statistik di atas. W.F. Raiffaisien (1848) sang pendiri pernah menulis, “Setetes demi setetes akan menghasilkan selokan dan akhirnya menjadi sungai”. Atau pepatah tua mengatakan ‘sehari selembar benang, lama-lama menjadi kain’. Penggiat koperasi kredit tidak pernah merasa tergoda menawarkan jalan pintas apalagi budaya instan untuk meningkatkan kesejahteraan (ekonomi).

Gerakan koperasi kredit seakan mau meracik ulang sketsa bangunan perekonomian nasional dan daerah yang gemar menghujani masyarakat dengan berbagai bantuan meski diketahui bahwa bantuan tersebut semakin mematikan daya kreativitas dan meninabobokan orang-orang yang dibantu. Lebih parah lagi kegiatan mulia dimaksud bisa saja akan melahirkan generasi yang hanya ‘tahu menerima’ tanpa mau berjuang untuk memperoleh makan. Padahal para pejuang dan pahlawan kita zaman dahulu telah memberikan contoh, hanya dengan mencurahkan keringat, darah dan bahkan mengorbankan nyawa baru bisa menggapai kemerdekaan dari bangsa penjajah.

Dalam nuansa itu maka pantaslah koperasi kredit bisa dijadikan sebagai pahlawan kemerdekaan ekonomi masyarakat akar rumput yang memerdekakan masyarakat dari belenggu penjajahan ketergantungan, budaya instan dan kosumerisme yang berlebihan.
Read more...

Setiap Bulan atau Berkala Selalu Ada Forum Evaluasi

(ENDE, FLORES POS; 9 JULI 2005) Setelah melakukan stuba di pulau Sumatera dan Kalimantan,28 anggota Puskopdit Ende-Ngada-Nagekeo berkunjung ke Pulau Jawa,tepatnya di Puskodit Bekatigade Daerah Istimewa Yogjakarta(DIY) untuk 1 Puskopdit dan 2 kopdit yaitu Kopdit Amrih Makmur,Bantul dan Kopdit Mandasar,Gunung Kidul,sejak tanggal 20-23 mei 2005.

Puskopdit/kopdit di DIY, perkembangan anggota dan usahanya memang agak lambat dibandingkan dengan 3 Puskopdit lain yang dikunjungi. Namun secara strategi pengembangan jangka panjang Puskopdit ini memiliki beberapa kelebihan.

Kemauan untuk bangkit melalui konsolidasi organisasi dan usaha berlangsung secara sungguh-sungguh. Konsolidasi yang mereka buat hampir mirip dengan apa yang telah kita laksanakan beberapa tahun terakhir,yaitu kopdit harus mempunyai karyawan/manajer,pelayanan harian,ada tempat pelayanan,memperluas keanggotaan,diversifikasi simpanan,dan pinjaman.

Kopdit-kopdit yang tidak memenuhi persyaratan boleh merger atau bubar atau boleh tetap berjalan,tetapi tidak menjadi anggota dalam jaringan puskopdit. Prinsipnya ,sedikit kopdit tetapi luas jangkauan pelayanan dan banyak anggotanya. Untuk mewujudkan ini setiap orang harus melepaskan berbagai ragam ego,ego pribadi,kelompok,dan ego wilayah.

Kedisiplinan dan keuletan para pelaksana dari kolektor pencatat dan staf kopdit sungguh-sungguh memiliki nyali untuk bekerja lembur demi membantu sesama,serta meningkatkan pendapatannya. Keuletan kolektor dapat digambarkan dari penyerahan agunan/bonding kepada kopdit sebelum menjadi kolektor,serta mau diberi pendidikan atau pembekalan secara serius tentang seluk-beluk perkoperasian kredit an mau berjemur di panas dan hujan untuk mencari anggota dan menarik kembali pinjaman,dan apabila pinjaman tak tertagih maka ia pun harus rela merogoh koceknya sendiri. Luar biasa.

Sistem administrasi yang tertib dan teliti. Menarik bahwa sistem harian dengan pencatatan harian,demikian juga mingguan,dan bulanan. SDMnya benar-benar disiapkan untuk melakukan segala tata administrasi secara tertib dan disiplin.
Forum sharing bersama. Setiap bulan atau berkala selalu ada forum untuk bersama mengevaluasi atau mendapat pengetahuan baru ataupun sekadar untuk saling menguatkan bila ada persoalan lapangan yang rumit dipecahkan.

Demikian laporan Koordinator Diklat Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo, Kosmas Lawa Bagho yang ikut dlam rombongan stuba Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo,dan bahannya dirangkum oleh wartawan Flores Pos,Philipus Suri (habis dari 6 tulisan)
Read more...