oleh Kosmas Lawa Bagho
Mei 1997, penulis bergabung dengan gerakan koperasi kredit dibawah payung BK3D dan berubah nama menjadi Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dan tanggal 27 Mei 2011 setelah RAK (Rapat Anggota Khusus) tanggal 25-26 Februari 2011 berubah nama menjadi Puskopdit Flores Mandiri. Sejak saat itulah baik di tingkat motivasi dasar, gerakan koperasi kredit senantia mengutamakan peram perempuan dalam segala bidang terutama pemberdayaan peran perempuan dalam koperasi kredit atau lebih dikenal dengan nama Kemitrasejajaran Perempuan dan Laki-Laki dalam karya besar koperasi kredit atau Credit Union (CU). Di berbagai pertemuan, forum, lokakarya dan pelatihan, kemitraan sejajaran ini senantiasa didengungkan, didiskusikan dan bahkan sudah ada semacam aturan atau panduan bahwa posisi pengurus atau pun pengawas koperasi kredit/CU hendaknya 30% dari antaranya perempuan. Seiring dengan perjalanan waktu, ketentuan tersebut tidak serta merta dipraktekkan sebab ada diskusi hangat bahwa jabatan itu diberikan tanpa mempertimbangkan kompetensi pada hal jabatab pengurus dan pengawas dalam koperasi kredit/CU adalah jabatan kepercayaan yang dipilih anggota secara demokratis dalam forum Rapat Anggota (Tahunan). Gerakan juga melihat bahwa kebanyakan anggota dalam sebuah koperasi kredit tingkat primer atau sekunder daerah (Puskopdit) dan sekunder tingkat nasional (Inkopdit) kebanyakan perempuan. Apabila merujuk secara garis lurus maka perempuan mendapatkan tempat yang semestinya sebagai pemimpin sebab apa pun yang terjadi dalam pemilihan tentu mereka lebih unggul. Namun kenyataannya lain. Romanus Woga, dalam pemaparannya pada acara lokakarya nasional (loknas) dengan materi "Kemitra sejajaran Pria dan Wanita dalam CU" di Yogyakarta tanggal 16 Mei 2012 pada Group "Youth dan Woman" pernah menyetir pengalaman nyata pribadinya ketika terjadi pemilihan pengurus dan pengawas di tingkat sekunder daerah Puskopdit (Swadaya Utama) Maumere bahwa cuma ada satu calon perempuan dari antara para kandidat dan satu-satunya perempuan tersebut malah tidak terpilih. Cerita seperti ini bukan hanya terjadi di Maumere bahkan di seluruh wilayah Indonesia. Romanus menambahkan bahwa "Dari 34 Puskopdit/BK3D dan 8 Daerah Binaan, dari padanya ada 930 buah kopdit primer dengan jumlah anggota indivisu sebanyak kurang lebih 1.808.755 orang, terdiri dari anggota pria: 965.684 orang dan wanita (perempuan) 843.071 orang. Tentu saja jumlah ini hampir berimbang antara pria dan perempuan, namun yang belum berimbang adalah kepengurusan (pengurus dan pengawas) baik pada tingkat primer (kopdit), sekunder Puskopdit dan sekunder Inkopdit, ternyata masih lebih dominan oleh kaum pria. Ini mengandung implikasi bahwa kepentingan perempuan kurang mendapat perhatian secara proporsional sehingga manfaat koperasi kredit belum dapat dinikmati sebagaimana mestinya." Untuk itu Romanus mengajak seluruh komponen terutama para peserta lokakarya perlu memperhatikan secara sungguh-sungguh peran perempuan dalam lingkungannya masing-masing terutama dalam gerakan koperasi kredit secara nasional. Sebab "perempuan dan pria" sama kedudukannya atau mitra sejajar seperti terluki dalam kata-kata Dale S. Hadley. "Woman was created from the rib of man. Not from his head to be above him. Not from feet to be walked upon. But from his side to be equal. Near his arm to be protected and Close to his heart to be loved" yang bisa diterjemahkan secara bebas sebagai berikut: Perempuan diciptakan dari tulang rusuk pria. Bukan dari kepala untuk menjadi penguasa, bukan dari kaki untuk menjadi alas tetapi dari samping untuk sejajar, dekat di lengannya untuk dilindungi dan rapat di hatinya untuk dicintai. Inilah bahasa yang paling pas untuk melukiskan kemitrasejajaran pria dan perempuan. Walaupun demikian dalam kenyataan hidup sehari-hari selalu ada bias. Banyak kisah sedih tentang yang namamya perempuan. Ada banyak alasan sehingga perempuan tidak berperan sebagaimana mestinya. Rere Bibiana Paulina, Pengawas Inkopdit juga memberikan beberapa alasan sehingga perempuan kurang berpartisipasi aktif dalam gerakan koperasi kredit terutama sebagai pengurus dan pengawas. 1. Secara personal, perempuan merasa kurang percaya diri untuk bisa tampil secara optimal dalam kegiatan-kegiatan publik (kopdit, puskopdit, inkopdit) lantaran bapak-bapak kurang memberikan kesempatan atau peluang agar perempuan bisa mengaktualisasikan potensi yang dimiliki secara optimal. 2. Peran ganda yang dimainkan perempuan terutama perannya sebagai isteri agar susah meninggalkan rumah apalagi dalam waktu yang cukup panjang. Prempuan di[ercayakan dengan 1001 macam urusan rumah tangga termasuk merawat anak-anak dan suami. 3. Perempuan kerja secara profesional pada lembaga lain sehingga agak susah membagi waktu untuk bisa berpartisipasi di koperasi kredit sebingga jika ada peluang untuk menjadi pengurus atau pengawas, perempuan selalu berpikir 1001 kali menerima kepercayaan tersebut. 4. Perempuan bersuami betapa sering tidak diberi kesempatan oleh suami meninggalkan anak-anak dan rumah. 5. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh sesesama perempuan (dalam proses pemilihan) dengan streotip bahawa perempuan tidak mampu, tidak tegas, tidak kuat dll. 6. Perempuan juga tidak diberi kepercayaan oleh pria. Adanya diskriminasi dengan berbagai alasan yang dibuat kaum pria sehingga perempuan terlempar dari gelanggang persaingan menjadi pengurus dan pengawas. 7. Aspek Budaya: budaya patriakhat yang selalu menomrsatukan anak-anak laki-laki daripada perempuan. Untuk mengatasi berbagai hambatan, Rere Bibiana memberikan alternatif solusi adalah perempuan harus percaya diri, kreatif, cerdas dan penuh integritas. Dalam mewujudkan hal tersebut adalah dengan meningkatkan pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan dengan menyetir apa yang disampaikan Romanus Woga yang juga mengutif tulisan Julius Nyerere (Mantan Presiden Tanzania, berkuasa 29 Oktober 1964 - 5 November 1985) "Jika engkau mendidik satu orang laki-laki maka akan menghasilkan satu orang terdidik, tetapi apabila engaku mendidik satu orang perempuan maka akan menghasilkan satu generasi terdidik". Untuk tingkat koperasi kredit mulai memikirkan keseimbangan komposisi perempuan dalam kepengurusan dan kepengawasan mulai tahun buku 2012. Juga perlu dirancang atau review kebijakan (AD/ART) yang lebih memungkinkan perempuan masuk dalam jajaran pengurus dan pengawas tentu bukan keterberiam melainkan berdasarkan kompetensi. Hal ini diperkuat dengan sharing seorang peserta Noberta Yati, ketua Kopdit Pancur Kasih, Kalbar bahwa dirinya terpilih menjadi ketua dan tidak ada masalah dengan peran sebagai perempuan, istei bagi suami dan ibu bagi anak-anak. Merdeka, Perempuan Kopdit, Bangkitlah berkiprah di dalam gerakan dengan percaya diri, pengatahuan serta skill yang mumpuni. Masih dalam hubungan dengan lokakarya pada group yang sama, Maria Andina (Inkopdit-Jakarta juga sebagai notulis) memberikan tambahan informasi rekomendasi yang dikirim melalui inbox facebook akun Koperasi Kredit Serviam Ende tanggal 28 Mei 2012 untuk melengakapi tulisan di atas sebagai berikut: 1.GKKI (Gerakan Koperasi Kredit Indonesia) membuat pelatihan khusus untuk perempuan serta ada SOM/SOP (Standar Operasional Manajemen/Standar Operasional Prosedur) yang jelas, khususnya mengenai pengaturan kuota perempuan dalam kepengurusan di koperasi kredit/CU. 2.Pria dan perempuan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti setiap pendidikan yang diberikan baik di tingkat primer, Puskopdit dan Inkopdit. 3.Apabila dalam penjaringan belum ada calon perempuan perlu ada penjaringan ulang. 4.Pada saat pemilihan perlu disosialisasikan bahwa laki-laki dan perempuan mempunyai hak yang sama untuk dipilih. Meski sudah memiliki rekomendasi bersama secara nasional dalam gerakan koperasi kredit/credit union untuk memperhatikan kemitrasejajaran pria dan perempuan secara sungguh-sungguh dalam komposisi kepengurusan dan kepengawasan namun masih menuntut "political will" dari segenap komponen yang terlibat di dalamnya dan perempuan hendaknya membalut diri dengan kompetensi dan intergritas diri yang dapat dipercaya. Merdeka Perempuan Koperasi Kredit/CU Indonesia!!! Read more...Minggu, 27 Mei 2012
Kamis, 24 Mei 2012
Mutiara Pembelajaran Loknas & Open Forum Inkopdit di Yogyakarta
Oleh Kosmas Lawa Bagho
Koperasi Kredit Serviam Ende, Flores mengirimkan empat (4) punggawanya ke arena Lokakarya Nasional (Loknas) dan Open Forum Inkopdit-Jakarta Tahun Buku 2011 yang dilaksanakan di Hotel Saphir, Yogyakarta sejak tanggal 15-19 Mei 2012. Sementara utusan Puskopdit Flores Mandiri dan utusan puskopdit lainnya mengikuti juga Rapat Anggota Nasional (Ratnas) tanggal 19-20 Mei 2012 di tempat yang sama. Para punggawa Kopdit Serviam Ende yang sebentar lagi akan berubah menjadi Kopdit Serviam Flores adalah Elias Cima, S.Sos (Wakil Ketua Pengurus), Paskalis X. Hurint, S.Fil, M.Si (Bendahara Pengurus), Jeharut Remigius, S.Pd (Anggota Pengawas) dan Lambertus Liki Mare, S.Sos (Acting Manajer). Keempat punggawa tersebut mengikuti kegiatan dengan sungguh dan hadir pada semua sesi yang diberikan (hal ini diketahui karena penulis sekaligus ketuanya hadir mewakili Puskopdit Flores Mandiri). Sudah menjadi kebiasaan wajib di Kopdit Serviam Ende adalah apabila para utusan menghadiri kegiatan-kegiatan nasional hendaknya melaporkannya kepada pengurus secara tertulis untuk semua butir pembelajaran serta memberikan rekomendasi apa yang bisa diadopsi dan diterapkan di koperasi kredit demi kesejahteraan anggota serta keberlanjutan lembaga kecintaan masyarakat Flores. Untuk mempertajam hasil pembelajaran pada kegiatan nasional tersebut, keempat punggawa bersama ketuanya pada Hari Kamis sore, 24 Mei 2012, sejak pkl. 17.00-20.30, melakukan rapat konsolidasi yang oleh ketua diberi nama Rapat Tim RATNAS Yogya. Kami memulai dengan doa dan diikuti dengan sharing masing-masing peserta kebetulan juga hadir pada masing-masing group pada acara di Hotel Saphir Yogya yakni Kelompok "Youth & Woman" oleh Paskalis X. Hurint, Kelompok "Manajer & Calon Manajer" oleh Lambertus Liki Mare, Kelompok "Pengurus, Pengawas & Calon Pengurus, Pengawas" oleh Elias Cima dan Jeharut Remigius. Demikian hasil sharing pembelajaran masing-masing group: 1. Kelompok Youth dan Woman oleh Paskalis X. Hurint. Paskalis membuka sharingnya dengan mengemukakan semua materi yang didapatkan selama acara dimaksud. Berturut-turut: Wanita dalam CU oleh Rere Bibiana Paulina dan Romanus Woga dengan moderator Ibu Fransiska Dyah Riswati, Kaum Muda dalam CU oleh Peter Lawadiharja dengan moderator Fransiscus De Fransu, Financial Literacy oleh Drs. Haryono Daud dengan moderator Yuspita Karlena, Practice Youth oleh Andreas M. Mbete, SH dengan moderator Benediktus Seran, SH. Berbagai materi ini dibekali lagi dengan kunjungan lapangan. Menurut Paskalis, pembelajaran yang ia petik adalah tidak ada pembedaan hak dan kewajiban antara perempuan dan laki-laki dalam CU serta keduanya saling bermitrasejajar termasuk dalam hal memilih dan dipilih menjadi pengurus maupun pengawas koperasi kredit. Koperasi kredit secara nasional belum memberikan kesempatan yang luas kepada perempuan untuk beraksi tentu dengan kompetensi bukan pemberian. Orang muda juga memiliki potensi untuk sukses dalam mengembangkan usaha pribadi melalui koperasi kredit dengan cara pertama-tama menabung, menghemat dari berbagai tindakan konsumtif. Melalui financial literacy sesungguhnya mengajarkan anggota koperasi kredit untuk merencanakan masa depan melalui menabung serta membuka produk-produk sesuai kebutuhan anggota. Praktek youth memberikan review tentang produk-produk khusus bagi kaum muda dengan pendampingan yang lebih intensif termasuk pendampingan usaha anggota. Rekomendasi: 1. Kopdit Serviam perlu melakukan pendampingan intensif usaha kategorial anggota. 2. Melakukan pengembangan anggota muda dengan cara mendekatkan sekolah-sekolah yang ada di kota Ende. 2. Kelompok Manajer oleh Lambertus Liki Mare. Beliau juga memaparkan materi yang diperoleh Base Landing Rate (Suku Bunga Pinjaman) oleh Abat Elias, SE dengan moderator Hugeng Tayan Putra, SE, IT (Information Technology) oleh Frans Supriyanto (Sicundo), Yoel Filemon (Sikopdit CS) dengan moderator Frans Laten, SE, SDM (Sumber Daya Manusia) oleh Ir. Dede Farhan Aulawi, SE, MM dengan moderator Yohanes RJ, S.Pd, MM, Practice SDM oleh Drs. Mikhael H. Jawa dengan moderator Rere Paulina Bibiana dan kunjungan lapangan. Lamber mendapatkan pembelajaran tentang suku bunga pinjaman kepada anggota harus sesuai dengan suku bunga pasar dan juga suku bunga simpanan non saham koperasi kredit, pajak koperasi kredit (perlu persiapan suatu saat ada pajak dalam koperasi kredit), dana cadangan lembaga, sikopdit cs, sicundo, sikopdit md (masing-masing kopdit memilih sesuai kebutuhan), sistem perekrutan staf yang efektif agar staf bisa produktif di koperasi kredit, usaha anggota. Rekomendasi: 1. Pengurus perlu review suku bunga pinjaman disesuaikan dengan suku bunga simpanan non saham. 2. Perlu kesiapan pajak bagi koperasi kredit (NPWP). 3. Seleksi karyawan yang ketat dan produktif. 3. Kelompok Pengurus dan Pengawas oleh Elias Cima dan Jeharut Remigius. Sama seperti pembicara sebelumnya, keduanya juga menyampaikan materi yang diperoleh selain kunjugan lapangan dan diskusi informal dengan peserta dari lain kopdit dan puskopdit juga dari daerah lain seperti Kalimantan, Sumatra, Jakarta dll. Materi yang diperoleh SDM oleh Ir. Dede Farhan Aulawi, SE, MM dengan moderator Sutanto Andya Hamid, Marketing oleh Drs. Munaldus Merang dengan moderator Yosef Semana, SH, Suksesi oleh Trisna Ansarli dengan moderator Akhmad Affandi, BSc, Pratice Marketing oleh yosef Pattilajar dengan moderator Tarsisius, SE. Keduanya menyoroti tentang pengembangan SDM anggota, pengurus-pengawas dan manajemen, strategi pengembangan anggota yang progresif, suksesi kepemimpinan untuk tetap menjaga roh (30%) pengurus-pengawas lama, pelayanan yang prima (CRM), pemberian awards kepada anggota, manajemen ataupun pengurus-pengawas bukan saja uang tetapi dalam bentuk lain namun dirayakan dalam suatu perayaan sebagai media promosi, penguatan devisi pendidikan, strategi pemasaran berdasarkan usia dengan simpanan dan pinjaman berdasarkan siklus kehidupan manusia mulai lahir hingga meninggal dunia, penerapan awards dan punishment, peta pelayanan kopdit didukung dengan data, kopdit juga perlu menyiapkan souvenir dari anggota (pemberdayaan usaha anggota). Rekomendasi Umum untuk ditindaklanjuti segera: 1. Revitalisasi para motivator didukung dengan ruang pelayanan, SK, insentif yang jelas. 2. Peta pelayanan berbasis data. 3. Strategi pengembangan anggota muda di sekolah-sekolah. 4. Pendidikan dan pelatihan terfokus (perlu ada devisi di tingkat manajemen). 5. Melibatkan act. manajer dan PL untuk magang di Kopdit Ankara-Lewoleba dan Kopdit Obor Mas Maumere. 6. Mereview poljak anggota, simpanan dan pinjaman serta perlindungan. Tuhan, Bunda Maria berkatilah kami agar mampu mengimplementasi berbagai rekomendasi bernas ini. Para punggawa merasa berterima kasih kepada Kopdit Serviam Ende (Flores) yang telah memberikan kesempatan untuk merasakan pembelajaran yang bernas dan menarik. Terima kasih juga kepada ketua yang telah memungkinkan semuanya ini. Sama-sama teman. Mari kita ciptakan Serviam Flores yang luar biasa dengan melaksanakan hal-hal biasa secara luar biasa, mantap, dahsyat!!! Read more...Lagi dan Lagi Aparat Keamanan Terlibat Narkoba
Judul di atas mungkin saja memerahkan telinga para aparat keamanan negeri ini yang telah berjuang dengan cucuran keringat bahkan darah untuk melindungi masyarakat RI dari berbagai ancaman dan boleh hidup nyaman di alam Republik yang bernama Indonesia. Ada sederetan prestasi positif yang telah dikontribusikan oleh aparat kita untuk kejayaan dan kenyamanan 247 juta jiwa planet bumi tercinta. Namun dibalik sederetan prestasi gemilang para aparat keamanan negera ada-ada saja beberapa oknum yang cukup kuat menampar langsung pencitraan dan sumbangan positif secara kolektif. Kerapkali kita menyaksikan secara mata telanjang dalam berbagai siaran media Televisi dan Radio atapun surat kabar nasional yang mewartakan perilaku oknum-oknum tertentu aparat keamanan terlibat pada hal-hal yang tidak patut dan tidak layak mereka lakukan. Kadang mereka secara berani melanggar hukum seharusnya mereka gawangi sebagai contoh tauladan terbaik bagi masyarakatnya. Kita masyarakat awam kadang tidak habis mengerti bahwa para aparat kita yang pintar hukum dan sebagai penjaga tulisan-tulisan hukum secara detail tetapi toh justru melakukan hal yang sebaliknya. Tentu kita tidak menganggap mereka adalah malaekat tetapi sekurang-kurangnya mereka bisa memberikan contoh terbaik bagi masyarakatnya. Kesedihan penulis bertambah ketika membaca berita tentang keterlibatan aparat keamanan pada Narkoba terjadi di daerah penulis, Flores. Tidak main-main sang oknum itu bertindak sebagai Sindikat Pengedar Narkoba. HU Flores Pos (24/5) menulis pada halaman depan dengan judul "Aipda I Wayan Masuk Sindikat Pengedar Narkoba, Sudah Ditahan di Polda NTT". Peristiwa ini terjadi di Maumere, Kabupaten Sikka, Flores. "Wakapolres Sikka, Kompol Jarot Yusviq Andito mengatakan Aipda I Wayan Chandra adalah anggota sindikat peredaran narkoba di Kabupaten Sikka. Aipda I Wayan Chandra memiliki jaringan komunikasi dengan beberapa pihak yang juga diduga sebagai pengguna, di antaranya tiga temannya yang sudah ditangkap dan ditetapkan sebagai tersangka, yakni Antoni Go, Mus Kopong dan Nona Margareta." Dari peristiwa ini memunculkan keresahan mendalam bagi penulis dengan alasan: Pertama, Flores, kampung yang sedang mengarah ke kota sudah tidak aman dari sisi pengedaran narkoba. Narkoba yang hanya didengar, kini benar-benar hadir di depan mata dan paling mengerikan adalah yang mengedar adalah para oknum aparat keamanan yang diharapkan masyarakat berfungsi melenyapkan narkoba dan berbagai bentuknya di bumi merdeka Flores. Flores, sungguh suatu taman bunga yang tidak lagi indah dan nyaman. Kedua, Narkoba merupakan mutiara yang sangat menakutkan dan mengerikan apabila dikonsumsi warga masyarakat Flores yang masih dikenal dengan wilayah religius ini. Bagaimana bisa dibayangkan kalau seandainya semua generasi muda Flores mengedar dan mengkonsumsi narkoba. Akan muncul generasi yang idiot dan los-generation yang berbudi pekerti dan pantas. Ketiga, Narkoba akan melahirkan generasi kekerasan yang bergerombolan dan terus-menerus menghantui rasa nyaman masyarakat Flores. Di mana ada narkoba, di sana pasti ada tindakan kriminal lainnya bagaikan di mana ada semut, di situ pun pasti akan ada gula. Untuk itu, masyarakat Flores tidak menganggap enteng dan lengah dengan pemberitaan ini apalagi yang menjadi kaki tangannya adalah para oknum aparat kemananan. Kejadian ini harus sudah menjadi perhatian dan keprihatinan bersama seluruh warga bangsa Flores terutama para aparat keamanan untuk bertindak secara tegas orang-orang yang bermain-main dengan narkoba (terutama para oknum aparat keamanan) bila perlu hukuman seumur hidup kalau tidak bisa hukuman mati agar mereka hanya beredar di dalam penjara hahaha kalau diberi kesempatan oleh negara. Masyarakat Flores Merdeka, mari kita bersatu memberantas narkoba, sekarang juga agar Flores terbebas, merdeka dari gangguan maut narkoba! Read more...
Rabu, 23 Mei 2012
Kalah Lagi, Tim Thomas Cup Indonesia
Selasa, 22 Mei 2012
Tragedi Sukhoi Superjet 100 & Justin Bieber
Selasa, 01 Mei 2012
Sejarah Koperasi Kredit/Credit Union
Oleh Kosmas Lawa Bagho
Sejarah Koperasi Kredit/Credit Union Dunia Koperasi kredit dunia terbentuk pada tahun 1848 di Jerman. Pencetusnya Frederich Wilhelm Raiffeisien, seorang wali kota Flammersfiled. Saat itu terjadi penderitaan hebat yang dialami para petani akibat gagal panen dan gagal tanam seperti yang sedang kita alami sekarang ini. Didesak situasi memprihatin demikian para petani desa lari ke kota untuk memperbaiki hidup. Ternyata di kota kehidupannya semakin sulit. Keadaan sulit ini menjadi ladang sukses bagi para rentenir, pelepas uang riba dan sistem ijon. Raffeisien membuat program BLT tapi bukan dalam bentuk uang melainkan natura seperti roti dari para dermawan. Beliau kumpulkan roti dari para pengusaha lalu dibagikan kepada masyarakat. Hari ini BLT besok rakyat lapar lagi dst-nya. Akhirnya ia berkesimpulan “hanya orang miskin yang dapat mengatasi kesulitannya sendiri” dengan cara menabung dari apa yang ada pada orang miskin, dipinjamkan kepada orang miskin untuk pengembangan ekonomi rumah tangganya. Pratek ini dengan melandaskan pada 3 prinsip utama : a.Tabungan hanya diperoleh dari anggotanya. b.Pinjaman hanya diberikan kepada anggotanya. c.Jaminan terbaik bagi peminjam adalah watak si peminjam itu sendiri. * Ketiga prinsip ini kini menjadi prinsip koperasi kredit. Dari Jerman, kopdit berkembang bagaikan angin laut yang membawakan berita cinta ke seluruh dunia. Di Kanada, gerakan ini dipelopori seorang wartawan: Alphonse Desjardin pada abad ke-20. Dari Kanada ke AS yang dipelopori seorang pengusaha kaya : Mr. Edward Filene. Pengaruhnya cukup besar sehingga lahirlah UU Kopdit pada tahun 1934 dan pada tahun 1971, Biro pengembangan koperasi kredit sedunia diresmikan menjadi Dewan Koperasi Kredit sedunia yang berpusat di Madison, Wiscounsin, Amerika Serikat hingga saat ini. Sejarah Koperasi Kredit/Credit Union Indonesia Sesungguhnya pada tahun 1950-an sudah ada praktek simpan pinjam di Indonesia. Beberapa perkumpulan simpan pinjam mulai menerapkan prinsip Raiffesien. Saat itu terjadi krisis politik yang hebat juga berpengaruh pada krisis ekonomi hingga tahun 1965-1967, koperasi simpan pinjam tidak berkembang baik karena koperasi menjadi komoditi politik bukan pemberdayaan masyarakat. Awal orde baru, koperasi jenis ini bangkit kembali seiring dengan mulai stabilnya politik dan ekonomi. Para penggerak kopdit Indonesia menghubungi WOCCU atau dewan koperasi kredit dunia di USA.WOCCU mengutus Mr. A.A. Bailey. Tahun 1970, membentuk CUCO atau Badan pengembangan koperasi kredit Indonesia yang dipimpin oleh Pater Albrecht Karim Arbie, SJ. Tahun 1976, Ir. H. Ibnoe Soejono, Direktur Jendral Koperasi Indonesia, merestui CUCO mengembangkan usahanya dibawah payung UU N0.12/1967. Tahun 1981, CUCO = Biro Konsultasi Koperasi Kredit diubah menjadi Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) kini menjadi Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT). Kita di Flores dikembangkan pada tahun 1974 dipelopori P. B.J. Baack, SVD dkk. Sejarah Koperasi Kredit/Credit Union Serviam Ende, Flores, Nusa Tenggara Timur Koperasi Kredit Serviam dibentuk tanggal 09 Januari 1993 dengan anggota awal 27 orang dan simpanan Rp. 607.000. Kopdit ini beranggotakan pegawai & karyawan Yayasan Ursulin untuk membantu krisis akibat gempa tanggal 12 Desember 1992. Tahun 1998, kopdit ini menjadi anggota BK3D NTT Barat, yang berubah menjadi Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dan sejak RAK 5-6 Februari 2011 telah berubah menjadi Puskopdit Flores Mandiri. Tahun 2001, keanggotaannya terbuka untuk masyarakat umum. Kopdit Serviam dimulai para perintis seperti Andreas Ngea, Magdalena Bhiju Boro, David Sola, Alberth Nikolaus Sino, Rafael Bale, Darius Seko dkk. *Penulis menjadi Ketua Pengurus periode 2005-2007, 2008-2010, 2011-2013. Read more...