Kamis, 15 November 2012

Modernisme dan Pertumbuhan Ekonomi dalam Perspektif Para Pakar

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Setiap pakar dengan latar belakang kehidupan dan pendidikan serta persepsi memberikan teori modernisme dan pertumbuhan ekonomi secara berbeda-beda. Perbedaan perspektif ini lebih kentara antara pakar yang hidup pada dunia industri (dunia maju) dengan pakar yang hidup pada dunia pertanian (dunia ketiga) yang agak lebih miskin. Namun yang pasti para pakar modernisme dan pertumbuhan ekonomi memiliki landasan (paradigm) berpikir dengan tujuan yang sama adalah mewujudkan masyarakat sejahtera (bonum commune). “Bonum commune” merupakan pencaharian paling dalam setiap insan pada setiap Negara yang hadir dibawah kaki langit yang sama yang dinamakan planet bumi.

Arif Budiman dalam bukunya “Teori Pembangunan Dunia Ketiga” terbitan Gramedia Pustaka Utama, 1995 menulis, “Secara umum, di dunia ini terdapat dua kelompok Negara: (1) Negara yang memproduksi hasil pertanian dan (2) Negara yang memproduksikan barang industri (perdangan). Antara kedua kelompok Negara ini terjadi hubungan dagang dan keduanya saling menguntungkan. Tetapi setelah beberapa puluh tahun kemudian, tampak bahwa Negara-negara  industri menjadi semakin kaya sedangkan Negara-negara pertanian semakin tertinggal. Neraca perdagangan antara kedua jenis Negara ini selalu menguntungkan Negara-negara yang mengkhususkan diri pada produksi barang industri.”

Melandasi pada teori di atas, para pakar pembangunan mulai mempertanyakan secara substansial, mengapa terjadi dua kelompok Negara yang berbeda di dalam dunia ini yakni Negara-negara miskin yang biasanya merupakan Negara yang mendandalkan pertanian sebagai pilihan hidup dan Negara-negara kaya yang biasanya adalah Negara industri? Apa yang menyebabkannya?

Menelisik pertanyaan esensial di atas, muncullah pula dua kelompok teori. Pertama, teori-teori yang menjelaskan bahwa kemiskinan disebabkan terutama oleh faktor-faktor internal atau faktor-faktor yang terdapat di dalam negeri pada Negara yang bersangkutan dan biasanya dikenal dengan Teori Modernisme. Kedua, teori-teori yang lebih banyak mempersoalkan faktor-faktor eksternal sebagai penyebab terjadinya kemiskinan di Negara-negara tertentu. Kemiskinan dilihat terutama sebagai akibat dari bekerjanya kekuatan-kekuatan luar yang menyebabkan Negara bersangkutan gagal melakukan pembangunannya. Teori ini lebih dikenal dengan nama Teori Struktural.

Ada banyak pakar dari kedua teori dimaksud. Namun untuk maksud pembahasan saat ini, saya hanya mengambil beberapa pakar yang mewakili kedua teori tersebut. Untuk Teori Modernisme diwakili oleh Harrod-Domar, Max Weber, David McClelland, W.W.Rostow, Bert F. Hoselitz, Alex Inkele dan David H. Smith sementara Teori Struktural diwakili oleh Karl Marx, Paul Baran, Raul Presbisch, Andre Guner Frank dan Theotonia De Santos.


Teori Modernisme lebih menekankan bahwa pembangunan sebagai masalah internal dan kemiskinan disebabkan oleh fator internal Negara bersangkutan seperti masalah penyediaan modal dan investasi, masalah psikologi (kebutuhan atau dorongan berprestasi yang membentuk manusia wiraswasta dengan n.ach yang tinggi), masalah nilai-nilai budaya khususnya nilai-nilai agama sementara Teori Struktural (Ketergantungan) berpendapat bahwa kemiskinan yang terjadi di dunia ketiga yang mengkhususkan diri pada produksi pertanian adalah akibat dari struktur pertanian dunia yang eksploitatif: yang kuat mengeksploitasi yang lemah.

Yang membanggakan dan melegakan kita bahwa tabrakan kedua teori yang berbeda itu memuncak pada satu tahap pencaharian para pakar untuk meminimalisir atau mengatasi keregangan hubungan antara Negara kaya dan Negara sedang berkembang (miskin). Para pakar pembangunan bersepakat untuk menyatukan kedua teori ini dalam kemitraan sejati yang saling menguntungkan (mutualism) dan menciptakan dunia yang lebih damai dan sama-sama sejahtera. Inilah kontribusi terbesar para pakar modernisme dalam pertumbuhan ekonomi dunia yang menyatu tanpa ada lagi perbedaan di segala bidang kehidupan yang namanya manusia.






Tidak ada komentar:

Posting Komentar