Rabu, 25 Juli 2012

BK3D Sumba Gelar Pelatihan Manajemen Usaha, CUDCC dan Manajemen Kepengawasan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

BK3D Sumba bekerja sama dengan Ford Foundation Menggelar Pelatihan Manajemen Usaha, CUDCC (Kompetensi Pengurus) dan Manajemen Kepengawasan selama satu minggu, sejak tanggal 25 hingga 30 Juni 2012 di aula Kaori, Delsos Sumba Barat, Waikabubak, Nusa Tenggara Timur dengan fasilitator tunggal, Kosmas Lawa Bagho, Kepala Bidang SDM Puskopdit Flores Mandiri, Ende, Flores. Sumber daya manusia (SDM) merupakan investasi paling vital dan sangat menentukan bagi maju mundurnya gerakan koperasi kredit. Sejak berdiri pertama kali oleh Frederich Wilhelm Raiffeisien di Flamersfield, Jerman (1864), gerakan credit union atau koperasi kredit senantiasa memperhatikan secara sungguh-sungguh pengembangan sumber daya manusianya. Gerakan ini bahkan mempermandikan dirinya dengan moto yang sangat fenomenal “Koperasi Kredit berasal dari pendidikan, berkembang karena pendidikan dan dikontrol oleh pendidikan” dengan mengandalkan tiga pilarnya yang saling menguatkan satu sama lain “swadaya, pendidikan dan solidaritas”. Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah (BK3D) Sumba sungguh menyadari bahwa oleh karena kurangnya perhatian pada program pendidikan dan pelatihan baik bagi anggota maupun fungsionaris menyebabkan koperasi kredit/CU maupun BK3D Sumba sendiri mengalami stagnasi dalam kemajuan dan pertumbuhannya. Sehingga tidak heran ada koperasi kredit yang sudah mulai bertunas tahun 70—80 an sepertinya tidak memiliki dampak apa-apa bagi anggota khususnya dan masyarakat Sumba secara keseluruhan. Pada hal dari sisi potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia, orang-orang Sumba tidak kalah-kalah amat dengan manusia di pulau lain di Indonesia bahkan di dunia. “Pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba cukup stagnan apabila dibandingkan dengan BK3D atau Puskopdit di tempat lain terutama yang dulu sempat bergabung dalam satu payung dengan BK3D NTT Barat yang mencakup Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada (sebelum pemekaran), Kabupaten Manggarai (sebelum pemekaran). Ada banyak faktor yang menyebabkannya,” tegas Pastor Cypri M. Leyn, CSsR. Lebih lanjut, pastor yang rajin berkeliling dari kampung ke kampung untuk memotivasi bangkitnya kembali koperasi kredit atau credit union di Sumba menegaskan bahwa dari sekian banyak faktor tersebut, faktor penyebab utama adalah perubahan mindset atau cara berpikir yang belum memadai dalam hal pengelolaan CU lantaran kurangnya atau tidak adanya program pendidikan dan pelatihan secara teratur, padahal salah satu pilar koperasi kredit/CU adalah pendidikan. Untuk itu, mulai tahun 2012 ini, pendidikan bagi pengurus, manajemen dan anggota sambil membenah tata pengelolaan yang baik, benar dan transparan menjadi prioritas. “Sebelumnya, kami telah menghadirkan Stephanus Siagian dan Abraham Paulson dari Inkopdit-Jakarta untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan serta melakukan berbagai pembenahan pembukuan menyangkut mis-management baik di koperasi kredit terutama di BK3D serta Bernard Situngkir, selama sepekan memfasilitasi Pelatihan Sikopdit CS. Kami berharap kalian semua bisa memberikan masukan-masukan berharga agar koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba bisa bangkit kembali untuk ‘berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dan berlari sama cepat’ dengan gerakan di seluruh Indonesia. Tahun ini merupakan tahun kebangkitan. Kami sudah ada komitmen bersama menuju BK3D dan Kopdit 1000 anggota dengan asset minimal Rp1 milaiar hingga tahun 2015”, urai Pastor Cypri yang juga Ketua BK3D Sumba periode 2010-2015 itu. Sementara itu, Kosmas Lawa Bagho, hanya menyampaikan terima kasih berlimpah atas kepercayaan segenap pengurus, manajemen dan anggota koperasi kredit dan BK3D Sumba yang telah mempercayakan Puskopdit Flores Mandiri untuk sharing pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit dan puskopdit. “Kami juga pernah mengalami masa-masa krisis sekitar tahun 1997-an sampai awal tahun 2000. Yang kami lakukan adalah konsolidasi dan reposisi keanggotaan koperasi kredit dengan indikator yang lebih jelas dan tegas seperti pelayanan harus harian, memiliki kantor tetap baik milik sendiri ataupun sewa, ada pemisahan yang tegas antara pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional, menggunakan IT (komputerisasi), anggota minimal 1000 orang dan asetnya minimal Rp1 miliar dalam waktu dua sampai tiga tahun serta setiap dua atau tiga tahun selalu diakreditasi kembali. Ternyata diiringi dengan kerja keras dan doa, koperasi-koperasi kredit bisa bangkit dari krisis”, demikian Kosmas memberikan motivasi pada acara pembukaan. Harus Miliki Pencatatan Usaha Hari pertama dan kedua, tanggal 25-26 Juni 2012, pembimbing dan peserta berdiskusi serta mendalami materi manajemen usaha. Pelatihan manajemen usaha didominasi para anggota koperasi kredit/cu yang memiliki usaha seperti kios, pertanian, peternakan, papa lele (semacam pedagang kaki lima), pertukangan dan perbengkelan. Mereka berasal dari 7 koperasi kredit dengan 38 peserta. Semuanya larut dalam permenungan untuk mengusahakan agar usaha atau bisnis mereka bisa berkembang ke arah yang lebih baik dengan didukung pencatatan arus keuangan yang lebih terarah serta permodalan yang lebih memadai. Kebanyakan dari mereka membuka usaha tanpa perencanaan apalagi uji kelayakan jenis usaha di suatu tempat atau wilayah. Membuka usaha hanya karena tetangga sebelah membuka usaha bahkan kadang dari anggota koperasi kredit yang sama juga membuka usaha yang sama dengan produknya yang hampir sama. Hal ini diperkuat dengan ungkapan tulus dalam diskusi-diskusi kelompok yang dilakukan selama pelatihan berlangsung. Peserta umumnya mengungkapkan kendala-kendala seperti: melaksanakan usaha secara konvesional tanpa analisa kelayakan apalagi menghitung laba-rugi usaha, belum memisahkan keuangan bisnis dengan keuangan rumah tangga, tidak punya pencatatan (buku kas harian), kurangnya modal untuk berusaha lantaran koperasi kredit belum mampu memenuhi kebutuhan modal perputaran usaha, ada serangan penyakit (usaha ternak dan pertanian), persediaan bahan makan (ransum) yang cukup mahal, urusan adat dan pesta yang berlebihan serta adanya mental bon yang tidak segera bayar atau bahkan tidak bayar sama sekali termasuk pencurian. Untuk menjawab sebagian kendala yang disampaikan peserta maka pembimbing mengintrodusir materi-materi seperti pengenalan bisnis atau usaha (memilih usaha sesuai potensi orang yang menjalankannya serta potensi pasar), studi kelayakan (melihat kelayakan usaha pada suatu tempat tertentu), perhitungan laba-rugi usaha, resiko usaha, analisa titik pulang pokok usaha (Break Event Point=BEP), membuat proposal usaha, tips sukses usaha dan pengaturan keuangan (membuat buku kas harian dan buku persediaan serta buku penjualan). Selain itu, pengusaha perlu memiliki tips khusus agar bisa berhasil menjalankan dan mengembangkan usaha yang sedang dirintis secara lebih memadai. Sembari menyitir tulisan Redaksi Indonesia Cerdas dalam buku berjudul “Untung Besar dengan Modal 2 Juta Rupiah”, Kosmas Lawa Bagho menegaskan bahwa para pengusaha sukses harus memiliki tips-tips tersendiri yakni siapkan mental menjadi pengusaha, memiliki visi, misi usaha yang jelas, memiliki keyakinan bahwa berusaha itu gampang, tidak takut modal kere, mencari tempat usaha yang strategis, pertimbangkan manajemen resiko, cerdas menyikapi kegagalan, cerdas memperlakukan laba dan asah terus kreativitas maupun kemampuan. Tidak kalah penting, para pebisnis/pengusaha hendaknya juga memperhatikan pencatatan arus keuangan usaha. Tanpa pencatatan yang baik dan teratur maka pebisnis tidak bisa mengetahui laba-rugi dan memang lebih banyak usaha bersangkutan tidak memberikan daya ungkit bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga yang menyebabkan kredit macet pada koperasi kredit. Apalagi pebisnis yang sebagian besar anggota koperasi kredit itu tidak mendapatkan pelatihan maupun pendampingan yang memadai. CUDCC dalam Konteks Implementatif Materi CUDCC yang diperkenalkan ACCU-Bangkok sungguh luar biasa dan mengandaikan koperasi kredit/CU yang sudah besar jumlah anggota, besar jumlah modal maupun aset serta pelayanan yang seharusnya sudah menuju profesional. Untuk itu, pembimbing meramu materi dimaksud dalam konteks implementasi yang sudah diterapkan di Puskopdit Flores Mandiri, Ende. Berbagai materi CUDCC diadaptasikan dengan kondisi riil koperasi kredit para peserta di BK3D Sumba namun hal-hal prinsipiil tetap diintrodusir. Yang mengikuti CUDCC (Credit Union Director’s Competency Course = Pelatihan Kompetensi Pengurus Koperasi Kredit) sebanyak 43 orang, utusan 9 kopdit dari hampir 20 buah koperasi kredit. Peserta secara tekun mendalami dan mendiskusikan materi-materi mulai dengan orientasi pelatihan, profil kopdit dan BK3D Sumba sejak tahun 1995 (berdiri sendiri dari BK3D NTT Barat yang kini Puskopdit Flores Mandiri) sampai Juni 2012 dan rencana ke depan, kopdit di pasar keuangan, tugas dan wewenang pengurus, pengembangan produk, analisa pearls, manajemen sumber daya manusia, administrasi kredit, tata kelola yang sehat dan perencanaan strategis. Diskusi pengurus dan pengawas menghangat adalah hal-hal yang menyenangkan periode 1995 sampai Juni 2012, yakni adanya kemudahan membuka koperasi kredit hanya dengan anggota awal 25 orang, tidak ada aturan yang mengikat dalam simpan-pinjam dan hanya bermodalkan saling percaya, adanya perlindungan/daperma, ada jasa simpan dan pinjam, membuka lapangan kerja baru (khusus Kopdit Merandiate yang telah memiliki manajer dan staf dengan anggota 3,000 dan aset Rp5 miliar lebih per Mei 2012 sementara yang lain rata-rata anggota baru 100-300 orang dengan aset Rp25.000.000-Rp300.000.000), mensejahterakan anggota namun ada hal yang menyakitkan seperti susah mendapatkan anggota baru (trauma dan kurang percaya), tidak ada pemahaman dan pengetahuan pengurus, tidak ada pembagian peran yang jelas, pengurus sekaligus pengelola, pelayanan masih bulanan, kerjasama pengurus kurang, bekerja tanpa upah, pelayanan pinjaman belum sesuai kebutuhan dan kredit macet. Hal yang menjadi harapan adalah pasar anggota masih luas (kopdit-kopdit masih terpaku pada ikatan pemersatu dan belum terbuka pada semua masyarakat), pengembangan produk non saham (selama ini belum ada kopdit yang membuka produk non saham), pembukaan cabang-cabang pelayanan, perubahan pelayanan dan kemampuan pengurus maupun pengawas serta manajemen, penggunaan IT dan kantor yang megah sebagai promosi sedangkan tantangannya adalah promosi Kopdit/CU masih lemah, masyarakat dan anggota belum memahami pengelolaan kopdit/CU yang sungguh-sungguh, masyarakat belum yakin dengan kopdit/CU, tradisi hidup boros dengan adat-istiadat yang masih konsumtif, persaingan bisnis dengan lembaga keuangan lain. Peserta yang sebagian pengurus dan pengawas berjanji untuk mengubah proses pengelolaan koperasi kredit agar bisa lebih maju ke depan dengan tetap memfokuskan diri pada pelatihan dan sharing pengalaman dari para praktisi yang telah secara sukses mengembangkan koperasi kredit. CUDCC ditutup dengan rencana strategis yang lengkap dalam bingkai rancangan 4 aspek Accesbranding (Keuangan, Keanggotaan, Bisnis Internal dan Pendidikan maupun Pembelajaran) dengan target-target yang lebih jelas, konkret dan mudah dicapai. Kompetensi Pengawas Organisasi keuangan yang sehat dan dinamis seperti koperasi kredit/credit union juga membutuhkan pengawas yang cerdas bahkan pengawas hendaknya lebih cerdas dari pengurus dalam aspek organisasi, keuangan dan manajemen agar mampu mengontrol serta mengevaluasi kinerja kerja pengurus. Bagaimana mungkin, pengawas bisa melakukan pengontrolan dan pengawasan keseluruhan kinerja kunci organisasi dan keuangan koperasi kredit, apabila pengawas tidak memiliki kompetensi, apalagi pengawas tidak mampu membaca neraca dan seluk beluk siklus akuntansi keuangan koperasi kredit yang standar. Untuk itu, kompetensi pengawas mutlak perlu dan sama pentingnya dengan kompetensi pengurus maupun manajemen. Menarik dalam berbagai diskusi kelompok mengemuka bahwa ada koperasi kredit/CU yang personel pengawasnya tidak pernah melakukan pemeriksaan ataupun pengawasan lantaran belum pernah mendapatkan pelatihan atau orientasi tentang kepengawasan. Peserta sungguh berterima kasih kepada BK3D Sumba yang boleh mengadakan pelatihan manajemen kepengawasan meski ada beberapa pengawas koperasi kredit tidak bisa mengikutinya karena kesibukan sebagai orang-orang profesional pada lembaga pemerintahan, lembaga agama maupun lembaga pendidikan. Selama dua hari, tanggal 29-30 Juni 2012, pengawas berproses bersama pembimbing dalam diskusi, tanya jawab dan presentasi dengan materi-materi seperti: fungsi,tugas dan wewenang pengawas, kode etik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan (bidang hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen), analisa pearls, jadual kegiatan pengawas dan pelaporan pengawas. Para peserta menerima dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dengan penuh antusias hanya kurang dalam proses praktek lapangan lantaran waktu yang disediakan hanya dua hari. Peserta berharap pelatihan jenis ini diadakan lagi dan dengan ketersediaan waktu yang lebih memadai agar bisa langsung praktek pemeriksaan agar tugas dan tanggungjawab pengawas lebih optimal di koperasi kredit maupun BK3D, dengan demikian diharapkan “Gerakan Kopdit/CU dan BK3D bangkit menuju 1000 anggota dan asset Rp1 miliar, bisa lebih cepat terrealisasi”. Keseluruhan pelatihan selama sepekan diakhiri dengan Rencana Tindak Lanjut (RTL) untuk dievaluasi setiap tiga bulan dan evaluasi peserta terhadap materi yang disajikan, gaya dan metode penyajian pembimbing, pelayanan panitia termasuk akomodasi dan konsumsi. Peserta umumnya menyampaikan rasa puas lantaran materi sangat menyentuh langsung dengan kebutuhan peserta baik dalam pelatihan manajemen usaha, CUDCC (kompetensi pengurus) dan kompetensi pengawas. Metode yang disampaikan juga cukup membantu peserta lebih cepat memahami materi terutama disampaikan dengan bahasa yang sederhana, berangkat dari praktek (pengalaman praktis) serta didukung dengan metode diskusi, bermain sambil belajar serta penayangan video. Andreas Ng.B. Ole, Sekretaris Pengawas yang mewakili Pengurus BK3D Sumba pada akhir acara menyampaikan terima kasih kepada Puskopdit Flores Mandiri yang bersedia mengirimkan orang kepercayaannya untuk memfasilitasi kegiatan pelatihan dengan sangat baik. “Kami masih berharap agar saat-saat mendatang tidak berkebratan apabila kami membutuhkan untuk terus memberikan penyegaran, pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit/CU sebab selama ini kami berjalan dalam kegelapan di hutan belantara sehingga koperasi kredit dan BK3D kami belum bertumbuh dan berkembang sebagaimana mestinya,” urai Andreas lebih lanjut. Kepada para peserta beliau mengharapkan agar apa yang telah diperoleh dan telah dirumuskan dalam RTL maupun Renstra perlu diimplementasikan secara serius dan sungguh-sungguh. Kosmas Lawa Bagho mengakhiri kesan dan pesan terakhirnya dengan menceritakan kembali cerita “seekor burung” yang pernah dilontarkan oleh Trisna Ansarli, mantan fasilitator Inkopdit yang sekarang mengabdi di Yayasan BK3I-Jakarta. Konon suatu kali seorang pemuda desa merasa penasaran dengan sang penatua di desanya yang selalu dikerubuti orang-orangnya sebagai orang yang selalu benar dalam hal meramal masa depan setiap orang yang datang kepadanya. Pemuda tadi pergi mencari ilmu di kota lalu kembali ke desanya untuk mengalahkan sang penatua tadi. Ia membawa seekor burung pada genggamannya dan meminta sang penatua meramalkan apakah burung yang ada pada genggamannya itu mati atau hidup. Sang penatua berpikir sejenak dan dengan suara berwibawa, dia berkata, “Hai anak muda, burung yang ada pada genggaman anda itu hidup atau mati tergantung pada genggaman tangan anda.” Sang penatua benar sebab jika beliau mengatakan bahwa burung itu mati maka anak muda tadi membiarkan burung itu hidup tetapi apabila sebaliknya maka anak muda akan memencet burung itu mati. Kosmas hanya mengatakan bahwa pelatihan selama sepekan (25-30 Juni 2012) mulai pelatihan manajemen usaha yang dihadiri oleh para anggota koperasi kredit, pelatihan kompetensi pengurus (CUDCC) dan manajemen kepengawasan yang dihadiri sebagian besar pengurus, pengawas maupun manajer dan staf, bermanfaat atau tidak sangat bergantung pada perubahan mindset, kerja keras dan kecerdasan para peserta sendiri. Kosmas juga berharap agar apa yang telah ditulis secara sadar pada rencana tindak lanjut (RTL) ataupun rencana stragis perlu diwujudnyatakan dalam tindakan sebab motto koperasi kredit adalah “melaksanakan apa yang diwartakan dan mewartakan apa yang dilakukan”. Dengan demikian, cita-cita 1000 anggota dan aset Rp1 miliar tidak tunggu sampai tahun 2015 dan pelatihan yang diikuti selama ini tidaklah sia-sia. Kepengurusan BK3D periode 2010-2015 Dewan Pimpinan: Pastor Cypri M. Leyn, CSsR (Ketua), Bernard Bora Lamunde (Wakil Ketua), Joseph Edu Bha, Amd (Sekretaris), Dominica Woda Lado (Bendahara). Panitia Kredit: Antonius K. Bili (Ketua), Yosef Rangga Kapodo (Sekretaris), Marsel Rana (Anggota). Panitia Pendidikan: Raymundus Woge (Ketua), Agustina Bulu (Sekretaris), Agustinus S. Rua (Anggota). Badan Pengawas: Lukas Manja (Ketua), Andreas Ng.B. Ole, SST (Sekretaris), Vincent Ng. Righuta (Anggota). Manajemen: Anselmus Tana (Manajer), Alfonsus Pon (Petugas Lapangan), Yohana Nuna Dama, S,Kom (Adum).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar