Jumat, 05 Oktober 2012

BK3D Sumba Bangkit dari Tidur Panjang

Oleh Kosmas Lawa Bagho

“Mulai tahun 2012 ini, kami mau bangkit dari tidur panjang untuk melakukan konsolidasi maupun perubahan-perubahan yang mendasar agar membangun kembali pencitraan koperasi kredit/credit union di Pulau Sumba yang sedang lesu. Kami sudah ada komitmen bersama menuju BK3D dan Kopdit 1000 anggota dengan aset minimal Rp1 miliar hingga tahun 2015” demikian Pastor Cypri M. Leyn, CSsR, Ketua BK3D Sumba dengan mimik serius ketika bertemu pertama kali dengan penulis di Bandara Tambolaka Sumba Barat Daya, tanggal 24 Juni 2012. Percakapan ini bisa terjadi lantaran penulis berkesempatan atas nama Puskopdit Flores Mandiri, Ende memfasilitasi kegiatan Pelatihan Manajemen Usaha bagi anggota yang memiliki variasi usaha, Pelatihan Kompetensi Pengurus (CUDCC) dan Pelatihan Manajemen Kepengawasan yang dilakukan pada tanggal 25-30 Juni 2012 di aula Kaori Delsos Sumba Barat, Waikabubak. Pastor Cypri juga mengakui bahwa pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba cukup stagnan apabila dibanding dengan BK3D atau Puskopdit di tempat lain terutama yang dulu sempat bergabung dalam satu payung dengan BK3D NTT Barat yang mencakup Kabupaten Ende, Kabupaten Ngada (sebelum pemekaran), Kabupaten Manggarai (sebelum pemekaran). Ada banyak faktor yang menyebabkannya, tegas pastor yang rajin berkeliling dari kampung ke kampung untuk memotivasi bangkitnya kembali koperasi kredit atau credit union ini. Lebih lanjut, Pastor Cypri menegaskan bahwa dari sekian banyak faktor tersebut, “Saya melihat perubahan mindset atau cara berpikir yang belum memadai dalam hal pengelolaan CU lantaran kurangnya atau tidak adanya program pendidikan dan pelatihan, padahal salah satu pilar koperasi kredit/CU adalah pendidikan”. Untuk itu, mulai tahun 2012 ini, pendidikan bagi pengurus, manajemen dan anggota sambil membenah tata pengelolaan yang baik, benar dan transparan menjadi prioritas. “Sebelumnya, kami telah menghadirkan Stephanus Siagian dan Abraham Paulson dari Inkopdit-Jakarta untuk memberikan pelatihan manajemen keuangan serta melakukan berbagai pembenahan pembukuan menyangkut mis-management baik di koperasi kredit terutama di BK3D. Kami berharap kalian bisa memberikan masukan-masukan berharga agar koperasi kredit/CU dan BK3D Sumba bisa bangkit kembali untuk ‘berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dan berlari sama cepat’ dengan gerakan di seluruh Indonesia”, harap Pastor Cypri lebih lanjut. Sementara itu, Kosmas Lawa Bagho, fasilitator tunggal dalam pelatihan ini, hanya menyampaikan terima kasih berlimpah atas kepercayaan segenap pengurus, manajemen dan anggota koperasi kredit dan BK3D Sumba yang telah mempercayakan kepada Puskopdit Flores Mandiri untuk sharing pengatahuan dan pengalaman pengelolaan koperasi kredit dan puskopdit. “Kami juga pernah mengalami masa-masa krisis sekitar tahun 1997-an sampai awal tahun 2000. Yang kami lakukan adalah konsolidasi dan reposisi keanggotaan koperasi kredit dengan indikator yang lebih jelas dan tegas seperti pelayanan harus harian, memiliki kantor tetap baik milik sendiri ataupun sewa, ada pemisahan yang tegas antara pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional, menggunakan IT (komputerisasi), anggota minimal 1000 orang dan asetnya minimal Rp1 miliar dalam waktu tiga tahun serta setiap tiga tahun diakreditasi kembali. Ternyata diiringi dengan kerja keras dan doa, koperasi-koperasi kredit bisa bangkit dari krisis”, demikian Kosmas memberikan motivasi. Harus Punya Pencatatan Kurang lebih 38 peserta dari 8 koperasi kredit mendiskusikan seluk beluk usaha yang sedang mereka jalankan. Para peserta mendapatkan penjelasan tentang pengenalan bisnis atau usaha, studi kelayakan, perhitungan laba-rugi usaha, resiko usaha, analisa titik pulang pokok usaha (Break Event Point=BEP), membuat proposal usaha, tips sukses usaha dan pengaturan keuangan (membuat buku kas harian dan buku persediaan serta buku penjualan). Dalam diskusi kelompok, peserta umumnya memiliki kendala seperti: melaksanakan usaha secara konvesional tanpa analisa kelayakan apalagi menghitung laba-rugi usaha, belum memisahkan keuangan bisnis dengan keuangan rumah tangga, tidak punya pencatatan (buku kas harian), kurangnya modal untuk berusaha lantaran koperasi kredit belum mampu memenuhi kebutuhan modal perputaran usaha, ada serangan penyakit (usaha ternak dan pertanian), persediaan bahan makan (ransum) yang cukup mahal, urusan adat dan pesta yang berlebihan serta adanya mental bon yang tidak segera bayar atau bahkan tidak bayar sama sekali termasuk pencurian. Menurut Kosmas Lawa Bagho, para pengusaha sukses harus memiliki tips-tips tersendiri yakni siapkan mental menjadi pengusaha, memiliki visi, misi usaha yang jelas, memiliki keyakinan bahwa berusaha itu gampang, tidak takut modal kere, mencari tempat usaha yang strategis, pertimbangkan manajemen resiko, cerdas menyikapi kegagalan, cerdas memperlakukan laba dan asah terus kreativitas maupun kemampuan. Tidak kalah penting, para pebisnis/pengusaha hendaknya juga memperhatikan pencatatan arus keuangan usaha. Tanpa pencatatan yang baik dan teratur maka pebisnis tidak bisa mengetahui laba-rugi dan memang lebih banyak usaha bersangkutan tidak memberikan daya ungkit bagi peningkatan pendapatan ekonomi keluarga yang menyebabkan kredit macet pada koperasi kredit. Apalagi pebisnis yang sebagian besar anggota koperasi kredit itu tidak mendapatkan pelatihan maupun pendampingan yang memadai. CUDCC dalam Konteks Implementatif Materi CUDCC yang diperkenalkan ACCU-Bangkok sungguh luar biasa dan mengandaikan koperasi kredit/CU yang sudah besar jumlah anggota, besar jumlah modal maupun aset serta pelayanan yang seharusnya sudah menuju profesional. Untuk itu, pembimbing meramu materi dimaksud dalam konteks implementasi yang sudah diterapkan di Puskopdit Flores Mandiri, Ende. Berbagai materi CUDCC diadaptasikan dengan kondisi riil koperasi kredit para peserta di BK3D Sumba namun hal-hal prinsipiil tetap diintrodusir. Yang mengikuti CUDCC (Credit Union Director’s Competency Course) sebanyak 43 orang, utusan 9 kopdit dari hampir 20 buah koperasi kredit. Peserta secara tekun mendalami dan mendiskusikan materi-materi mulai dengan orientasi pelatihan, profil kopdit dan BK3D Sumba sejak tahun 1995 (berdiri sendiri dari BK3D NTT Barat yang kini Puskopdit Flores Mandiri) sampai Juni 2012 dan rencana ke depan, kopdit di pasar keuangan, tugas dan wewenang pengurus, pengembangan produk, analisa pearls, manajemen sumber daya manusia, administrasi kredit, tata kelola yang sehat dan perencanaan strategis. Diskusi pengurus dan pengawas menghangat adalah hal-hal yang menyenangkan periode 1995 – Juni 2012 adalah adanya kemudahan membuka koperasi kredit hanya dengan anggota awal 25 orang, tidak ada aturan yang mengikat dalam simpan-pinjam dan hanya bermodalkan saling percaya, adanya perlindungan/daperma, ada jasa simpan dan pinjam, membuka lapangan kerja baru (khusus Kopdit Merandiate yang telah memiliki manajer dan staf dengan anggota 3,000 dan aset Rp5 miliar lebih per Mei 2012 sementara yang lain rata-rata anggota baru 100-300 orang dengan aset Rp25.000.000-Rp300.000.000), mensejahterakan anggota namun ada hal yang menyakitkan seperti susah mendapatkan anggota baru (trauma dan kurang percaya), tidak ada pemahaman dan pengetahuan pengurus, tidak ada pembagian peran yang jelas, pengurus sekaligus pengelola, pelayanan masih bulanan, kerjasama pengurus kurang, bekerja tanpa upah, pelayanan pinjaman belum sesuai kebutuhan dan kredit macet. Hal yang menjadi harapan adalah pasar anggota masih luas (kopdit-kopdit masih terpaku pada ikatan pemersatu dan belum terbuka pada semua masyarakat), pengembangan produk non saham (selama ini belum ada kopdit yang membuka produk non saham), pembukaan cabang-cabang pelayanan, perubahan pelayanan dan kemampuan pengurus maupun pengawas serta manajemen, penggunaan IT dan kantor yang megah sebagai promosi sedangkan tantangannya adalah promosi Kopdit/CU masih lemah, masyarakat dan anggota belum memahami pengelolaan kopdit/CU yang sungguh-sungguh, masyarakat belum yakin dengan kopdit/CU, tradisi hidup boros dengan adat-istiadat yang masih konsumtif, persaingan bisnis dengan lembaga keuangan lain. Peserta yang sebagian pengurus dan pengawas berjanji untuk mengubah proses pengelolaan koperasi kredit agar bisa lebih maju ke depan dengan tetap memfokuskan diri pada pelatihan dan sharing pengalaman dari para praktisi yang telah secara sukses mengembangkan koperasi kredit. CUDCC ditutup dengan rencana strategis yang lengkap dalam bingkai rancangan 4 aspek Accesbranding (Keuangan, Keanggotaan, Bisnis Internal dan Pendidikan maupun Pembelajaran) dengan target-target yang lebih jelas, konkret dan mudah dicapai. Kompetensi Pengawas Organisasi keuangan yang sehat dan dinamis seperti koperasi kredit/credit union juga membutuhkan pengawas yang cerdas bahkan pengawas hendaknya lebih cerdas dari pengurus dalam aspek organisasi, keuangan dan manajemen agar mampu mengontrol serta mengevaluasi kinerja kerja pengurus. Bagaimana mungkin, pengawas bisa melakukan pengontrolan dan pengawasan keseluruhan kinerja kunci organisasi dan keuangan koperasi kredit, apabila pengawas tidak memiliki kompetensi, apalagi pengawas tidak mampu membaca neraca dan seluk beluk siklus akuntansi keuangan koperasi kredit yang standar. Untuk itu, kompetensi pengawas mutlak perlu dan sama pentingnya dengan kompetensi pengurus maupun manajemen. Menarik dalam berbagai diskusi kelompok mengemuka bahwa ada koperasi kredit/CU yang personel pengawasnya tidak pernah melakukan pemeriksaan ataupun pengawasan lantaran belum pernah mendapatkan pelatihan atau orientasi tentang kepengawasan. Peserta sungguh berterima kasih kepada BK3D Sumba yang boleh mengadakan pelatihan manajemen kepengawasan meski ada beberapa pengawas koperasi kredit tidak bisa mengikutinya karena kesibukan sebagai orang-orang profesional pada lembaga pemerintahan, lembaga agama maupun lembaga pendidikan. Selama dua hari, tanggal 29-30 Juni 2012, pengawas berproses bersama pembimbing dalam diskusi, tanya jawab dan presentasi dengan materi-materi seperti: fungsi,tugas dan wewenang pengawas, kode etik pemeriksaan, prosedur pemeriksaan (bidang hukum, organisasi, keuangan, permodalan dan manajemen), analisa pearls, jadual kegiatan pengawas dan pelaporan pengawas. Para peserta menerima dan berpartisipasi dalam diskusi-diskusi dengan penuh antusias hanya kurang dalam proses praktek lapangan lantaran waktu yang disediakan hanya dua hari. Peserta berharap pelatihan jenis ini diadakan lagi dan dengan ketersediaan waktu yang lebih memadai agar bisa langsung praktek pemeriksaan agar tugas dan tanggungjawab pengawas lebih optimal di koperasi kredit maupun BK3D, dengan demikian diharapkan “Gerakan Kopdit/CU dan BK3D bangkit menuju 1000 anggota dan asset Rp1 miliar, bisa lebih cepat terrealisasi”. Kepengurusan BK3D periode 2010-2015 Dewan Pimpinan: Pastor Cypri M. Leyn, CSsR (Ketua), Bernard Bora Lamunde (Wakil Ketua), Joseph Edu Bha, Amd (Sekretaris), Dominica Woda Lado (Bendahara). Panitia Kredit: Antonius K. Bili (Ketua), Yosef Rangga Kapodo (Sekretaris), Marsel Rana (Anggota). Panitia Pendidikan: Raymundus Woge (Ketua), Agustina Bulu (Sekretaris), Agustinus S. Rua (Anggota). Badan Pengawas: Lukas Manja (Ketua), Andreas Ng.B. Ole, SST (Sekretaris), Vincent Ng. Righuta (Anggota). Manajemen: Anselmus Tana (Manajer), Alfonsus Pon (Petugas Lapangan), Yohana Nuna Dama, S,Kom (Adum).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar