Selasa, 31 Mei 2011

Misa Syukur 40 Tahun Gerakan Koperasi Kredit di Flores

Dipimpin oleh Uskup Agung Ende, Mgr Vincent Sensi Potokota
Jumat, 27 Mei 2011

Teks Misa disiapkan oleh Kosmas Lawa Bagho
(Kata pembuka dan homili oleh Yang Mulia Uskup Agung Ende)

MENJADI GARAM DAN TERANG DUNIA
1.Komentator :
Para undangan, umat beriman yang terkasih dalam Kristus Yesus.
Menjadi Garam dan Terang Dunia. Itulah tema perayaan syukur 40 tahun gerakan koperasi kredit/credit union di Flores, yang dirayakan sore hari ini. “Apabila garam itu telah menjadi tawar, apalah gunanya selain dibuang; dan apabila orang menyalakan lampu lalu meletakkannya dibawah gantang apalah jadinya dengan dunia ini?”

Koperasi kredit atau sebelumnya lebih dikenal credit union, yang lahir dari rahim gereja melalui Delsos Keuskupan Agung Ende pada tahun 1971, hingga saat ini dipanggil untuk menjadi garam dan terang bagi masyarakat akar rumput. Selama kurun waktu 40 tahun, para penggerak koperasi kredit telah berusaha sekuat tenaga dan berjuang ekstra keras menjadikan koperasi kredit sebagai wadah pembentukkan karakter agar masyarakat di wilayah ini bisa hidup sedikit lebih maju dan sejahtera. Gerakan koperasi kredit berupaya membangun peradaban yang bermartabat di atas fondasi nilai swadaya, solidaritas dan pendidikan.

Dalam perayaan misa syukur mengenang 40 tahun gerakan koperasi kredit di Flores dan pembukaan RAT Puskopdit tahun buku 2010, akan dilangsungkan pula pemberdakatan gedung Puskopdit yang difungsikan sebagai tempat pelayanan gerakan koperasi kredit di wilayah ini dan pemberkatan cincin/kalung penghargaan.
Mari kita mengawali perayaan misa syukur sore hari ini dengan menyanyikan lagu pembukaan….

2.(Bapak Uskup dan Imam konselebrantes berarak menuju altar Tuhan, diiringi lagu pembuka)
3.Lagu Pembuka (koor oleh Paduan Suara Santa Sisilia Ende)
4.Uskup : Dalam Nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus …..
Umat : Amin
5.Uskup : Tuhan bersamamu …
Umat : Dan bersama roh-mu
6.Kata Pembuka : (Uskup)
7.Pernyataan Tobat (Saya mengaku …. fakultatif )
8.Lagu Tuhan Kasihanilah (koor & umat)
9.Lagu Kemuliaan (koor & umat)
10.Doa Pembuka
Tuhan Allah Bapa kami yang maha baik. Puskopdit Flores Mandiri dan koperasi kredit primer serta semua orang yang berkehendak baik telah dipanggil untuk membangun peradaban yang bermartabat bagi seluruh masyarakat di daerah ini. Untuk itu kami mohon penyertaan Roh-Mu agar kami tetap menjadi garam dan terang dunia.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami yang hidup dan berkuasa bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa …… Amin.
11.Bacaan I : 1 Kor, 3:1-9
12.Lagu Antar Bacaan (koor)
13.Bait Pengantar Injil:
Hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Surga.
14.Injil : Mat, 5: 13-16
15.Homili (Uskup Agung Ende)
Koperasi dan Panggilan Hidup Menjadi Manusia Bermartabat
1)“Bermartabat” – kosa kata untuk mengutamakan mutu manusia. Kristen: manusia rohani yang terpanggil untuk menjadi garam dan terang agar dunia sejahtera jiwa dan raga.
2)Jemaat Korintus.
a)Berselisih karena mempertentangkan panggilan hidup sebagai manusia duniawi dengan manusia rohani.
b)Latarbelakang: Kristen Yahudi/Non Yahudi orang yang diselamatkan tapi yang hanya harap berkata yang dengan filsafat-filsafat dumia.
3)Realitas dunia tempat panggilan, perutusan kita:
a)Manusia duniawi dengan pola piker/tindak biblis; keinginan mata/daging dan kecongkakkan hidup. Daging naluri alamiah dengan selera dan nafsu, diri sebagai pusat dan tujuan, hiburan, senang-senang, kepuasan. System dunia; politik, budaya, ekonomi, agama bertentangan dengan kuasa dan kehendak Allah, lawan panggilan hidup manusia yang bermartabat. Siapa yang kuat dia hidup tanpa Allah, tanpa cinta kepada sesame.
b)Manusia rohani: diri dan segala sesuatu milik Allah, merangkul dunia sejauh sesuai kehendak Allah (pemilik). Manfaat dan manknai kembali bersekutu dengan Tuhan-bahagia bagi sesame = bahagia dan selamat. Sadar bahwa dunia dan sistemnya cuma sementara/sarana yang harus dipakai dengan arif bijaksana dan takut kepada Tuhan. Demi kemuliaan Tuhan dan ciptakan kesejahteraan bersama sesame. Pola piker Allah diatas segala system /filsafat hidup manusia.
4)Ke tempat realita ini, kita dipanggil dan diutus sebagai garam dan terang : integrasi dan harmoni, kreatif dan konstruktif, hidup manusia bermartabat. Jadi garam dulu; cegah pembusukan dunia dan manusia (bobrok moral, curang, tak adil). Robah dunia yang tawar/buruk tanpa nilai, tanpa iman dan tanpa cinta kasih sebagai cita rasa gurih. Hidup bermartabat; anugerah Tuhan; kesejahteraan/keselamatan jiwa dan raga. Bukan hidup untuk dunia tapi dalam dunia dengan segala potensi duniawi yang positif kita bersama bergerak menuju martabat kita sebagai manusia rohani. Koperasi : baru jadi pintu gerbang manusia kalau menciptakan manusia sebagai manusia rohani yang terpanggil sebagai manusia bermartabat yang artinya takut akan Tuhan dan cinta kepada sesama.
16.Aku Percaya
17.Doa Umat

a)Bagi Gereja
Ya Tuhan, terima kasih atas inisiatif dan pengorbanan Gereja dalam menumbuhkembangkan benih koperasi kredit/credit union di wilayah ini sebagai salah satu bentuk karya pastoral. Semoga Gereja senantiasa menjadi garam dan terang dunia dalam membangun peradaban masyarakat yang bermartabat. Marilah kita mohon ….......

b)Bagi pemerintah
Ya Tuhan, doronglah pemerintah kami agar sungguh-sungguh memperhatikan pola pemberdayaan masyarakat dengan kekuatan yang ada pada masyarakat itu sendiri. Limpahilah pemerintah kami dengan kebijaksanaan-Mu agar mampu menghasilkan kebijakan yang berpihak pada kepentingan pemberdayaan masyarakat.
Marilah kita mohon ……….

c)Bagi fungsionaris Puskopdit /Kopdit primer
Ya Tuhan, kami mengucap syukur atas karunia cintaMu yang telah Engkau limpahkan kepada para fungsionaris Puskopdit dan koperasi kredit dalam semangat pengorbanan dan pengabdian mereka selama ini. Semoga mereka senantiasa menjadi garam dan terang dalam seluruh pelayanannya kepada anggota dan masyarakat. Mari kita mohon ….

d)Bagi Lembaga Puskopdit Flores Mandiri
Ya Tuhan, kami bersyukur atas penyelenggaraan dan keajaiban karya-Mu melalui wadah koperasi kredit ini. Kami mohon semoga Engkau senantiasa menyertai perjalanan Puskopdit ini agar lembaga ini tetap menebarkan rasa asin pembebasan dan terang kebahagiaan bagi masyarakat akar rumput meski harus berhadapan dengan berbagai tantangan dan hambatan. Mari kita mohon .......

e)Bagi para perintis, pengurus, manajemen dan anggota yang telah meninggal
Ya Tuhan Allah Bapa kami yang maha baik, ganjarilah dan terimalah saudara/i kami para perintis, pengurus, manajemen dan anggota koperasi kredit yang telah meninggal dunia kedalam keabadian rumah-Mu di Surga. Mereka telah menjadi garam dan terang bagi kehidupan masyarakat di wilayah ini. Semoga kami bisa meneladani karya mereka dengan tetap mengembangkan koperasi kredit ke arah yang lebih baik dan bermartabat. Marilah kita mohon …………

f) Bagi Pembangunan Gedung Puskopdit
Ya Tuhan, kami bersyukur atas dorongan rohMu yang telah menggerakan hati semua orang yang berkendak baik dalam semangat kebersamaan untuk membangun gedung pelayanan Puskopdit. Berkatilah mereka semua yang dengan caranya masing-masing telah mendukung proses pembangunan ini. Semoga gedung ini dapat menjadi tempat pelayanan yang penuh kasih. Marilah kita mohon ....................

g)Bagi kita yang ada di sekeliling altar perjamuan
Ya Tuhan Bapa kami yang maha baik, jadikanlah kami semua yang hadir dalam perayaan ini menjadi terang dan garam dunia melalui tugas dan karya kami masing-masing.
Marilah kita mohon …..........

18.Komentar Persembahan
Umat beriman terkasih,
Kini tibalah saatnya untuk mempersembahkan apa yang kita miliki sebagai ungkapan syukur kita. Sumbangan derma tanpa pamrih akan semakin bermakna jika didorong oleh keikhlasan yang sejati untuk mensyukuri segala sesuatu yang telah dan akan kita terima. Pemberian berupa persembahan adalah wujud keterpanggilan kita untuk menjadi garam dan terang pembebasan bagi mereka yang masih terpenjara akibat kemiskinan dan kekurangan.

Semua pemberian derma kita malam ini akan diserahkan kepada Panitia Pembangunan Gereja Santu Marinus Puurere. Marilah kita menghantar persembahan ini ke altar Tuhan dengan tulus hati ……

19.Lagu Persembahan (koor)
20.Doa Persembahan
Tuhan Allah Bapa kami yang maha baik dan maha pengasih. Syukur bagi-Mu atas segala rahmat dan penyelenggaraan-Mu terhadap perjalanan 40 tahun gerakan koperasi kredit di tengah masyarakat Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo. Semoga Engkau menyucikan korban persembahan kami dan gedung pelayanan Puskopdit bersama korban suci Tubuh dan Darah Tuhan kami Yesus Kristus. Sebab Dialah yang memerintah bersama Dikau dan Roh Kudus, kini dan sepanjang masa ….
21.Doa Syukur Agung ….
22.Lagu Kudus (koor dan umat)
23.Lagu Anak Domba Allah (koor dan umat)
24.Komuni
25.Lagu Komuni (koor)
26. Komentator
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus,
Marilah kita mengikuti rangkaian acara pemberkatan gedung pelayanan Puskopdit Flores Mandiri oleh Yang Mulia Uskup Agung Ende (acara tersendiri).
Dilanjutkan dengan pemberkatan cincin dan kalung penghargaan.

27.Komentar Penutup
Umat beriman yang terkasih dalam Kristus,
Perjamuan ekaristi sebagai sumber kekuatan dan ucapan syukur atas 40 tahun koperasi kredit di Flores serta pemberkatan Gedung Pelayanan Puskopdit telah usai. Namun persaudaraan cinta dan ikatan kekeluargaan sejati tak pernah berakhir. Kita senantiasa dipanggil untuk terus menjadi garam dan terang dunia dimana saja kita berada dan berkarya. Mari kita berdiri untuk menutup rangkaian ucapan syukur kita malam ini dengan doa penutup.

28.Doa Penutup
Ya Allah Bapa kami yang maha pengasih. Syukur berlimpah kami haturkan kehadirat-Mu atas segala penyertaan dan perlindungan-Mu bagi perjalanan gerakan koperasi kredit di wilayah ini. Sertailah Puskopdit dan Koperasi Kredit agar tetap menjadi garam yang tak kunjung tawar dan terang yang tak kunjung suram di dalam tugas dan pelayanan membangun peradaban bermartabat.
Demi Kristus Tuhan dan pengantara kami ….
U: Amin
29.Berkat Penutup
30.Lagu Penutup (koor)

Selamat merayakan!
semoga Tuhan menyertai kita hingga akhir zaman ......

Read more...

Pentingkan Keamanan Berlanjut

Oleh Frans Obon, Wartawan Flores Pos

Catatan:
Dalam rangka memperkenalkan Koperasi Kredit ke publik Masyarakat Kabupaten Ende maka Flores Pos mewawancarai pengurus, pengawas dan anggota pilihan. Berikut petikan wawancara wartawan Flores Pos dengan Kosmas Lawa Bagho sebagai Ketua periode 2005-2007 (dilanjutkan periode 2008-2010 dan 2011-2013).

(Flores Pos, Sabtu; 2 Februari 2008). Ada dua hal terpenting dalam koperasi yakni kebersamaan dan menjaga kepercayaan. Itulah keyakinan Ketua Koperasi Kredit (Kopdit) Serviam Kosmas Lawa Bagho dalam memenej koperasi. Para anggota mempercayainya memimpin Kopdit Serviam 2005-2007 (dan dilanjutkan hingga 2013 nanti).

Kebersamaan anggota dan pengurus dan menjaga kepercayaan merupakan factor penting dalam mengelola koperasi,begitu katanya, ketika saya tanya apa yang paling penting dalam gerakan koperasi.

“Tiap orang harus jujur dengan dirinya sendiri. Kredit macet itu berawal dari sini, karena orang tidak jujur dengan dirinya sendiri. Dia meminjam lebih dari kemampuan mengembalikannya.” Katanya, Jumat (1/2) di Kopdit Serviam.

Menurut dia, masing-masing orang (anggota) harus memiliki kemampuan dan kecerdasan, atau cerdas diri. Karena itu kami menganggap penting pendidikan anggota. Melalui pendidikan dan pertemuan berkala, anggota bisa menerima perubahan. Peran manajer penting. Karenanya Kopdit Serviam untuk sementara akan mengangkat pelaksana tugas manajer. Pada waktunya akan diangkat manajer purna waktu.

Gerakan koperasi kredit makin menarik banyak orang. Magnet ini akan terus menarik sekian banyak orang sejalan dengan meningkatnya kepercayaan akan koperasi sebagai lembaga keuangan alternative. Ketika saya tanya ini, dia mengatakan, ini tantangan dan peluang kami. “Kita mau organisasi besar, tetapi harus disertai pula dengan kompetensi dan kecerdasan dalam menjaga asset. Investasi di koperasi, aman tidak. Tantangannya adalah jaga kepercayaan”.

Suami dari Theresia Waso Ea ini mengatakan, selain ini pelayanan prima dan manajemen yang baik. Sebagai pengurus, apa yang selalu Anda pikirkan? “Keamanan asset anggota,” katanya dengan tegas. Karena itu pengurus dituntut mengerti pembukuan, melakukan pendidikan dan pelatihan anggota. Tempat pelayanan yang representative adalah salah satu bagian dari usaha mengamankan asset itu. “Keamanan berlanjut, itulah yang selalu saya pikirkan,” katanya.

Dia bertekad menerapkan acces branding sebagaimana dicanangkan Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) sebagai usaha untuk pengelolaan yang professional. “Obsesi saya adalah menyejahterakan anggota. Saya mengajak anggota untuk mengubah mindset mereka untuk mengubah diri bahwa mereka bisa menolong diri. Karena itu kendati program microfinance sekarang belum maksimal, ke depan program ini akan terus dipacu untuk mendorong anggota menggunakan kredit pada usaha produktif,” katanya.

Strategi ke depan, katanya seribu anggota, sejuta tabungan. Minimal tiap anggota menabung sejuta setahun. Ke depan juga, koperasi akan mengajak para siswa SD dan SMP sebagai anggota luar biasa koperasi. Ini sangat potensial dan sekaligus sebagai wadah latihan menabung bagi para siswa.

Saat ini kekayaan Kopdit Serviam Rp2 miliar lebih dan kredit beredar di 506 anggota sebesar Rp1,2 miliar.

Kosmas lahir 19 Juli 1967, tamat dari Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero 1998. Dia mengaku senang ada perubahan di kalangan anggota koperasi. “Kesadaran menabung meningkat dan orang sudah mulai merencanakan kehidupan mereka. Mereka bisa atur uang sehingga kredit macet sangat kecil,” katanya.

Ini sejalan dengan moto hidupnya, senang membahagiakan orang lain. Dia percaya bahwa anggota bisa menolong diri mereka sendiri dan mampu melakukan sesuatu untuk menolong dirinya.

Ditulis ulang tanggal 31 Mei 2011
Read more...

Senin, 30 Mei 2011

Kopdit Pertama di Borong Manggarai NTT Menerima Badan Hukum

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Sekretaris Eksekutif BK3D NTT Barat

(Triwulanan Buletin BK3I, Edisi 2, April-Juni 1998). Koperasi Kredit Hati Nurani Rakyat (Hanura) Borong adalah sejenis koperasi simpan pinjam kopdit pertama yang menerima status badan hukum dari pemerintah. Status badan hukum dengan nomor: 59/BH/KWK.24/XI/97, tanggal 20 November 1997 tersebut diserahkan terimakan secara simbolis oleh Kakandepkop Dati II Manggarai pada saat Rapat Anggota Tahunan (RAT) di Watuipung Borong, tanggal 29 Maret 1998.

Koperasi simpan pinjam (KSP) Kopdit Hanura sebetulnya berawal dari Kelompok Studi Tabungan (KST) Sinar Harapan Malapedho, Inerie, Aimere Kabupaten Dati II Ngada. Kelompok studi ini bergerak dengan modal anggota awal sebanyak 37 orang.

Walaupun demikian semakin hari masyarakat Kotandora-Watuipung kian antusia menerima kehadiran KST Sinar Harapan Borong ini. Oleh karena itu dalam perkembangan selanjutnya proses penggabungan dengan Kopdit Sinar Harapan kurang menguntungkan bagi dari segi efisiensi pelayanan maupun biaya maka pada acara RAT tanggal 1 Juli 1995 dengan modal anggota 37 orang awal, memutuskan untuk memisahkan diri (berdiri sendiri) dengan menyandang nama baru Koperasi Kredit Hati Nurani Rakyat (Hanura).

Gerakan koperasi kredit ini bertujuan untuk membebaskan para anggota dan masyarakat dari system ijon yang sangat merugikan petani, membantu masyarakat dan anggota dari cengkeraman pelepas uang dengan bunga di atas suku bunga normal serta berupaya meningkatkan taraf hidup masyarakat menuju kesejahteraan sesuai himbauan dan panggilan pembangunan nasional. Kehadiran koperasi kredit diharapkan mampu membantu masyarakat ekonomi lemah di daerah pedesaan.

Sepak terjang Koperasi Kredit Hati Nurani Rakyat ini seolah gayung bersambut dan mendapat sambutan positif dari masyarakat Kelurahan Kotandora-Watuipung, Borong sehingga hanya dalam waktu dua tahun enam bulan, kopdit ini dapat memobilisasi anggota sebanyak 137 orang dengan kekayaan sebesar Rp26 juta lebih.

Ini merupakan prestasi yang mengagumkan buat ukuran badan usaha di desa. Lebih hebatnya lagi pada saat bersamaan, kopdit kebanggaan rakyat Watuipung itu merupakan kopdit pertama yang memperoleh asas legalitas status badan hukum untuk semua gerakan koperasi kredit sedaratan Kabupaten Dati II Manggarai.


Berangkat dari prestasi tersebut maka tidaklah berlebihan apabila Drs. Anton Taseko, Camat Borong mengatakan bahwa kehadiran KSP Kopdit Hanura diharapkan dapat mengatasi ketidakberdayaan sumber daya manusia melalui program pendidikan yang terencana dan teratur serta sebagai penyelamat situasi rawan pangan dengan persiapan modal simpan pinjam.

Lebih lanjut camat yang senantiasa menaruh perhatian pada gerakan koperasi kredit mengharapkan agar KSP Kopdit Hanura mampu menjaga perhatian dan kepercayaan pemerintah yang diwujudkan dengan pemberian status hukum.

Pemberian status hukum membuktikan bahwa pemerintah tidak membeda-bedakan eksistensi koperasi jenis apapun yang penting gerakan koperasi itu lebih cepat menghantar masyarakat menuju kepada kehisupan yang lebih baik sebab koperasi merupakan tiang penyangga perekonomian nasional.

Hal senada juga dating dari Moses Mogo, BcSW, Direktur Eksekutif BK3D NTT Barat Ende. Moses yang telah melalangbuana ke tiga belas Negara karena gerakan koperasi kredit secara humoris mengatakan, “Status badan hukum kadang-kadang bisa menjadi hukuman badan. Hukuman badan tersebut muncul dalam bentuk system laporan yang tertib setiap bulan, sumbangan pada saat merayakan hari Koperasi serta pembayaran pajak sesuai UU Koperasi No. 25 Thn 1992.

Akan tetapi beliau menambahkan bahwa semuanya itu masih dalam kerangka pembinaan koperasi menuju kemandiriannya untuk berusaha atau berbisnis uang yang dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. Dengan demikian masyarakat tidak lagi ragu-ragu untuk masuk menjadi anggota karena kopdit merupakan salah satu wadah yang tepat bagi masyarakat keluar dari kemiskinan dan kemelaratan hidupnya.”

Sementara itu Kepala Kantor Departemen Koperasi dan Pembinaan Pengusaha Kecil Kabupaten Dati II Manggarai lebih mengharapkan kerja sama yang positif antar KSP Kopdit Hanura dengan koperasi unit desa setempat. Sebab kadangkala kesulitannya terletak pada kerja sama ini sehingga tujuan koperasi berdasarkan pasal 33 UUD 1945 tidak segera dinikmati oleh masyarakat, mengakhiri sambutan untuk menjawab permasalahan yang diangkat salah seorang peserta.

Selanjutnya ia mengharapkan agar KSP Kopdit Hanura Borong yang sudah berbadan hukum tersebut tetap bersinar memberantas kemiskinan dan kesulitan masyarakat meskipun ia harus berhadapan muka dengan resesi ekonomi dan krisis moneter akhir-akhir ini.

Ditulis ulang tanggal 21 Mei 2011.
Read more...

Minggu, 29 Mei 2011

Pelatihan Sistem Akuntansi Program Akuntansi Koperasi Kredit

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Sekretaris Eksekutif BK3D NTT Barat

Catatan:
Mohon maaf kepada para pembaca blog ini. Untuk mengingatkan kembali perjalanan tulisan penulis pada beberapa media beberapa waktu lalu sebelum ada blog tanggal 28 Mei 2009 maka penulis memasukkan tulisan dimaksud terutama¬ yang sempat diperoleh. Sekali lagi mohon maaf apabila kehadiran tulisan bersangkutan mengganggu rasa nyaman pembaca!

(Triwulanan Buletin BK3I, Edisi 2, April-Juni 1998). Terdorong rasa urgensitas manajemen pembukuan bagi kehidupan koperasi kredit maka tim pendidikan dan pelatihan BK3D NTT Barat yang berkedudukan di Ende telah melaksanakan pelatihan sistem akuntansi koperasi kredit Indonesia (SAKKI) selama tiga periode yakni angkatan pertama (tanggal 15-18 Desember 1997), angkatan kedua (tanggal 4-7 Januari 1998) dan angkatan ketiga (tanggal 20-23 April 1998).

Semua kegiatan pelatihan akuntansi ini diadakan di Pusdiklat Yayasan Bina Swadaya Masyarakat (YBSM) Ende dengan kehadiran total peserta kurang lebih 85 orang. Peserta pelatihan adalah bendahara (PLH) koperasi kredit yang tersebar di wilayah Ende, Ngada dan Manggarai. Pelatihan system akuntansi saat ini dipandu langsung oleh para fasilitator BK3D NTT Barat yakni Drs. Marcus Sabhawea, Drs. John Atu Bogo, Drs. Mikhael H. Jawa, Paskalis X. Hurint, S.Fil, Yulita Eme, S.Sos, Kosmas Lawa Bagho, S.Fil, Kristoforus Tere, Amd dan Vilomena Peti.

Drs. Mikhael H. Jawa sebagai panitia penyelenggara menandaskan bahwa paket pelatihan system akuntansi kopdit Indonesia sebetulnya sudah mulai diperkenalkan oleh BK3 Indonesia sejak bulan Maret 1995 di Maumere, namun rasanya kopdit-kopdit binaan BK3D NTT Barat masih terpikat dan terpaku pada system pembukuan yang lama dianggap lebih mudah, murah dan cepat sesuai sikon setempat. Lebih lanjut beliau menambahkan “Kita tidak mungkin menutup diri terhadap proses perkembangan informasi yang semakin mengglobal dengan berbagai tuntutan manajemen yang professional maka pelatihan system akuntansi kopdit kini kita laksanakan.”

Tujuan kegiatan ini: pertama: mengantisipasi era liberalisasi ekonomi dunia sebagai jawaban penyesuaian UU Koperasi Nomor 25 Thn 1992 yang mengartikan koperasi sebagai badan usaha. Kedua: mensosialisasikan system akuntansi koperasi kredit yang baru yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman. Ketiga: meningkatkan kemampuan dan profesionalisme para bendahara, manajer dan pelaksana harian (PLH) koperasi kredit.

Melalui kegiatan pelatihan diharapkan para peserta bisa mengenal, memahami dan mengerjakan seluk beluk system pembukuan seperti pengisian SUM, SUK, SM, Jurnal, Buku Besar, Neraca (LKSB) dan menghitung SHU (Tutup Buku).

Sementara dalam hubungan dengan penerapan system akuntansi kopdit yang baru, Drs. Marcus Sabhawea menjelaskan bahwa system yang baru merekam data transaksi keuangan lebih lengkap demi menghindari penipuan baik tak sengaja maupun disengaja, memudahkan pengontrolan serta mengetahui persis posting keuangan secara kronologis. Hal ini merupakan juga kesan umum para peserta yang mengakui bahwa system pembukuan yang baru, dirasakan lebih baik meskipun biayanya sangat mahal. Walaupun demikian para peserta pelatihan sepakat untuk segera menggunakan system pembukuan kopdit yang terbaru dalam tahun buku 1998.

Dalam acara penutupan, Moses Mogo, BcSW Direktur Eksekutif BK3D NTT Barat menyoroti sikap-sikap yang harus dimiliki oleh bendahara, PLH kopdit; pertama, harus memiliki kematangan berpikir, berkehendak dan bertindak. Tanpa kematangan, PLH dan bendahara tidak mampu membimbing orang lain. Kedu, seorang PLH dan bendahara harus memiliki keseimbangan antara daya nalar dan ketrampilan. Ketiga, PLH dan bendahara mesti mempunyai kemandirian yang baik dalam hal berpikir, berinisiatif dan menjalankan tugas tanpa dikomandoi oleh pengurus. Keempat, PLH dan bendahara harus memiliki sifat ingin tahu yang tiada henti. Tanpa ini, bendahara dan PLH akan ketinggalan informasi dan tidak berkembang. Akhirnya seorang PLH dan bendahara koperasi kredit harus memiliki sikap sosialisasi yang luas agar ia tidak menjadi mercusuar yang berkembang sendirian.

Ditulis ulang tanggal 20 Mei 2011.
Read more...

Selasa, 24 Mei 2011

Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada: Bangkit dari Mati Suri

Oleh Kosmas Lawa Bagho

(Buletin BK3I, Edisi II, April-Juni 2003). Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada yang sejak tanggal 5-6 Februari 2011 berganti nama menjadi Puskopdit Flores Mandiri dalam dua tahun terakhir ini menunjukkan pertumbuhan yang cukup menyegarkan dalam segi permodalan dan kekayaan walaupun pernah mengalami mati suri. Peristiwa ini dialami pada tahun 1990-an sampai dengan tahun 2000 karena berbagai krisis internal dan eksternal.

Namun dengan berbagai dukungan dan perjuangan yang berat, berupaya mengatasi krisis yang terjadi, termasuk Bp. Ibnoe Soedjono turut diundang untuk memberikan rangasangan baru bagi kebangkitan Puskopdit dari kelesuannya melalui “Konsolidasi Keorganisasian, Keanggotaan dan Usaha”.

Bagai gayung bersambut pada tahun 2001, Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada dengan 6 kopditnya mendapat kepercayaan untuk diikutsertakan dalam Program Kopdit Model 2000 Tahap II. Seiring dengan itu pula pada RAT Tahun Buku 2000 terjadi proses regenerasi di tingkat manajemen. Bp. Mikhael H. Jawa, seorang pemuda yang cukup energik dan idealis dipercayakan duduk sebabagi manajer.

Dengan belajar dari para pendahulu dan belajar memahami kondisi riil yang terjadi, beliau mulai melakukan pembenahan internal dengan cara “Konsolidasi dan Reposisi Keanggotaan”. Dengan dukungan pengurus dan pengawas serta adanya kesepahaman dan komitmen untuk menjalankan modul-modul Program Model sangat memberikan hasil yang cukup memuaskan.

Capaian hasil yang nampak dari Program Model 2000 adalah mulai munculnya kesadaran untuk membangun sistem dalam dunia koperasi kredit seperti: pemisahan dan pelimpahan wewenang yang jelas antara pengurus dan eksekutif melalui pengangkatan manajer purna waktu, adanya keberanian diri untuk membuka jendela keanggotaan, diversifikasi simpanan dan pinjaman, mulai mengadakan computer dan pengaplikasian program Sikopdit dan berani memiliki tempat pelayanan sendiri serta melakukan pelayanan harian.

Dengan Program Model 2000 ini telah melahirkan Program Model Mandiri 2001 yang materinya telah diramu secara khusus dari Program Model 2000. Hasilnya cukup menggembirakan!!

Konsolidasi dan Reposisi Keanggotaan
Puskopdit Bekatigade Ende-ngada sangat menyadari bahwa gerakan koperasi kredit telah lebih kurang 20 tahun bersemi dan bertumbuh di daratan pulau Flores khususnya di wilayah Ende-Ngada. Namun dalam fenomenanya kurang menunjukkan prestasi yang mengagumkan bahkan terkesan kurang diperhitungkan.

Untuk maksud itulah konsolidasi dan reposisi keanggotaan dianggap sebagai program yang mutlak harus dilakukan. Berdasarkan kajian, keanggotaan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada berjumlah 94 kopdit namun kualitas pertumbuhan dan pelayanannya sangat lamban bahkan ada kopdit yang tidak melaksanakan lagi aktivitasnya serta tidak komit terhadap Puskopditnya. Bagi mereka dikenakan sangsi pemecatan secara sepihak.

Tahun 2002 sudah ada 8 kopdit yang diberhentikan dari keanggotaan Puskopdit dan tahun 2003 sedang dalam proses reposisi keanggotaan bagi kopdit yang tidak menunjukkan prestasi baik dalam keanggotaan maupun pelayanan usaha keuangan. Jika tidak menunjukkan prestasi, status keanggotaannya akan diturunkan dari anggota menjadi calon anggota bahkan kelompok binaan.

Masing-masing jenjang diberi tempo 2 tahun untuk dilakukan akreditasi/penilaian kembali. Bagi yang sudah turun sampai tingkat kelompok binaan namun tetap tidak memberikan prestasi yang memuaskan maka secara otomatis akan dikeluarkan dari keanggotaan Puskopdit dengan konsekuensi tidak direkomendasikan dapermanya.

Kesepakatan dengan upaya Konsolidasi dan Reposisi Keanggotaan telah dituangkan dalam suatu pola kebijakan keanggotaan yang bersifat wajib. Manajemen dan pengurus bekerja keras untuk melaksanakan dalam tindakan nyata. Tentu semuanya itu ada yang menjadi korban namun nilai positif yang diperoleh adalah tiap kopdit mulai bangkit membenah diri dengan berbagai strategi pengembangan yang selama ini tidak begitu dipedulikan.

Batas waktu Konsolidasi dan Reposisi Keanggotaan ini adalah Oktober 2004 sehingga selanjutnya memasuki tahap pertumbuhan.

Komputerisasi suatu Keharusan menuju Profesionalisasi
Kopdit tidak lagi dianggap sebagai suatu lembaga sosial karitatif yang dikelola secara tradisional. Ke depan kopdit harus menjadi suatu lembaga pelayanan keuangan yang berwatak sosial dan harus dapat mengimbangi dengan perkembangan dunia usaha yang ada. Salah satu persyaratannya adalah pengadaan komputer di tingkat kopdit.

Sejak diterapkannya Program Model 2000 dan Program Model Mandiri 2001, Puskopdit mencanangkan sebuah program yang dianggap cukup layak yaitu “Komputer Masuk Kopdit”. Dengan pengadaan computer diharapkan pelayanan dapat lebih cepat, mudah dan murah serta memberikan kepercayaan lebih kepada anggota maupun masyarakat apalagi usaha yang dijalankan berkaitan dengan keuangan.

Hingga saat ini sudah 6 kopdit model 2000 dan 10 kopdit model mandiri 2001 yang telah menggunakan komputer dalam upaya menunjang pelayanan usaha menuju kesejahteraan anggota.



Kepengurusan Periode 2002-2004
Pengurus: Drs. Theofilus Woghe (Ketua), Drs. John Atu Bogo (Wakil Ketua), Mikhael Lima, SMhk (Sekretaris), Martinus Ngaga (Bendahara), E.N. Ratu Fek (Anggota).

Pengawas: Drs. Marcus Sabhawea (Ketua), Cyrilus Y. Tenga (Sekretaris), Christom D. Fua (Anggota).

Manajemen: Drs. Mikhael H. Jawa (Manajer), Severinus M. Thena, Vilomena Peti, Kristoforus Tere, Kosmas Lawa Bagho, Hendrikus Tewa dan Gabriel Mani (Staf).

Ditulis ulang 23 Mei 2011
Read more...

Senin, 23 Mei 2011

CEFIL IV

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sejak tanggal 9 Agustus – 7 September 1999, saya bersama 25 teman lainnya telah mengikuti kegiatan CEFIL IV di Kota Gudeg Yogyakarta. CEFIL adalah singkatan dari Civic Education for Future Indonesian Leader dengan topik diskusi utama: Civil Sociaty, Gerakan Sosial, Analisis Sosial, Manajemen Organisasi, Kepemimpinan, Teknik Negosiasi dan Field Assigment (Kunjungan Lapangan di Masyarakat). Dari namanya maka pelatihan ini bertujuan mempersiapkan para kader muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang inovatif, kreatif, progresif, kritis dan professional.

Para peserta yang hadir adalah utusan LSM wilayah Timur Indonesia setelah dinyatakan lulus seleksi tertulis yang bahannya dikirim ke lembaga masing-masing dan diseleksi oleh pihak USC-Canada/Satunama Yogyakarta. Kami mengikuti pelatihan kurang lebih satu bulan penuh.

Para pesertanya adalah Paulus Nong Susar (SANRES-Maumere, Flores, NTT), M. Hasim (LPPI-Aceh), Blasius Metkono (Yayasan Kolo Hunu, TTU-NTT), Evi Nartizan (Forum LSM Aceh), Fransesko Bero (LBH Nusra), Judy Rahardjo (YLK Sulawesi Selatan), John Bosco Rettob (Yayasan Hivlak Tual), Hidayat Palaloi (YTMI Ujungpandang), Iskandar AR (YABDA & FORKLA Aceh), Karel Kumbala (YBS Lembata), Januarius Jamtje (YKS Maluku Tenggara), Nurdin El Jodas (Suloh Aceh), Yohanes Kun (YBM Atambua), Mutiara (LKPM Ujungpandang), Sanusi M. Syarif (YRBI Aceh), Siprianus Nerius (Yayasan Kasimo Cabang Sikka), Andreas Rettob (Yayasan Lus Doan), Teuku Muhamad Zulfikar (Forum LSM Aceh), Christanda Ngameluben (Yayasan Bina Mandiri Fakfak Irian Jaya), Golda M. Aronggear (Forum Kerjasama LSM Irian Jaya), Fajar Alam (FIK-LSM Sulsel), Tasmiati Emsa (KKTGA Aceh), Thobias Malioy (Yakarmani), Hindijani Novita (USC-Canada/Satunama yogya), Blasius Urikame Udak (alm. SANLIMA- Kupang) dan Daniel Parande (Yayasan Tengko Situru Sulsel).

Kami ditempa untuk menjadi calon pemimpin masa depan dengan berbagai narasumber yang telah malang melintang sebagai aktivis LSM maupun di bidang pemerintah atau swasta lainnya. Isi seluruh materi tidak bisa dipaparkan di sini lantaran saya hanya mengambilnya dari Buletin GEMMA (Media Komunikasi Penguatan Masyarakat Sipil, Edisi 2 Thn I Sept-Nop 1999) dengan satu harapan bisa menemui teman-teman yang menghadirinya.

Setelah kegiatan dimaksud, saya tidak memiliki kontak sama sekali dengan mereka. Ada kerinduan untuk berbincang dan berdiskusi. Untuk itu sengaja saya tampilkan dalam blog www.kosmaslawa.blogspot.com agar teman-teman yang sempat membacanya bisa saling kontak melalui email kbagho@yahoo.com termasuk melalui media facebook dengan akun Kosmas Lawa Bagho.

Untuk mendapatkan sedikit gambaran tentang kegiatan dimaksud, saya mengutif kembali pesan-kesan yang dimuat pada bulletin di atas. Sesungguhnya semua peserta menulis pesan-kesan pribadi setelah sesi pelatihan tetapi saya hanya mengambil komen pribadi yang dimuat pada bulletin GEMMA. Dari ke-26 peserta yang belum memberikan komen adalah saudara Blasius Urikame Udak (alm) dan Daniel Parende. Khusus saudaraku Blasius Urikame Udak, saya ucapkan selamat berbahagia di sisi kanan Tuhan Yesus yang bangkit dan seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan iman.

Inilah penggalan komen yang diambil secara lengkap. “Kosmas Lawa Bagho. Satu tahun ini, Cosmas aktif di Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada. Materi pelatihan yang menurutnya menarik adalah analisis sosial dan manajemen. Ia menyatakan bahwa menganalisis realitas sosial membutuhkan strategi yang jitu dan pendekatan yang njelimet agar bisa melakukan perubahan atau gerakan sosial secara tepat menuju suatu “bonum commune” atau kebaikan bersama yang dicita-citakan.

Untuk mencapai “bonum commune” itu suatu masyarakat atau organisasi memerlukan suatu manajemen yang baik yang didukung oleh pola kepemimpinan yang berdasarkan hati nurani yang jujur, punya rasa malu dan profesionalisme internasional.

Bagi Cosmas, millennium ketiga ditandai oleh persaingan yang tajam di segala bidang kehidupan manusia. Mereka yang mengusai pasar informasi dan profesionalisme itulah yang mengusai dunia. Oleh karenanya analisis sosial untuk suatu gerakan yang didukung manajemen dan kepemimpinan patut dipahami oleh para calon pemimpin.

Tanpa mengusai informasi dan komunikasi yang efektif, para pemimpin masa depan hanya akan menjadi penonton di negeri sendiri bahkan ia akan menjadi buruh di dapur sendiri. Pelatihan ini sangat mendorong peserta untuk mengantisipasi situasi masa depan dengan profesionalisme manajemen tanpa memandang suku, ras dan agama. Tidak ada lagi KKN melainkan profesionalisme.” GEMMA, hal. 16.

Semoga dengan tampilan tuturan ini bisa membantu apa sesungguhnya CEFIL itu.

Ditulis ulang 23 Mei 2011

Read more...

Kamis, 19 Mei 2011

Menyikapi Caleg Kutu Loncat

Oleh Kosmas Lawa Bagho

1988, merupakan tahun malapetaka bagi daerah-daerah di Flores dan Lembata yang memiliki hijauan oleh balutan lamtoro gung. Sikka misalnya yang terkenal sebagai daerah kritis, kering telah diubah menjadi daerah paling hijau pada era 1980-1990-an. Sepanjang jalan dari Pantiahu hingga Bandara Waioti yang sekarang berubah nama menjadi bandara Frans Seda dipenuhi dedaunan hijau lamtoro gung. Bahkan Kabupaten Sikka sempat meraih penghargaan kalpataru dari pemerintah pusat. Kalpataru sebagai gelar penghargaan tertinggi bagi penghijuan pada sebuah daerah.

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak. Hijauan dedaunan lamtoro gung yang menjadi kebanggaan pada saat itu dalam waktu singkat hilang dari dekapan erat masyarakat Sikka. Ia pergi tak tahu entah ke mana. Bahkan bukan hanya di Sikka tetapi mendera hampir seluruh daerah di Flores dan Lembata yang gencar melakukan penghijauan dengan mengandalkan lamtoro gung. Banyak mata terperangah tidak percaya. Satu demi satu dedaunan hijau lamtoro gung berjatuhan dan hilang dari peredaran.

Ribuan hektar tanaman lamtoro gung di seantero Flores dan Lembata mati tak berdaya. Ribuan bahkan jutaan manusia Flores hanya menatap pilu. Puluhan dan ratusan ahli pertanian maupun perkebunan ataupun para bupati di daerah ini kebakaran jenggot tak tahu mencari jalan keluar. Semuanya bertekuk lutut dalam kebingungan. Seolah-olah manusia Flores sudah kalah sebelum berperang menghadapi kutu yang paling kecil bentuk fisiknya namun paling dahsyat daya destruktifnya. Ia adalah kutu loncat.

Istilah kutu loncat kini mulai ramai kembali dibicarakan. Flores Pos hampir saban hari memberitakan tentang kutu loncat. Menarik bahwa bukan kutu loncat sejenis hama yang memupus harapan masyarakat Flores akan kehijauan akibat kehadiran lamtoro gung melainkan para caleg (calon anggota legislatif terhormat) dari tingkat nasional sampai daerah.

Sejak pengumuman DCS (Daftar Calon Sementara) tanggal 04 Oktober 2008 s/d DCT (Daftar Calon Tetap) oleh KPU maupun KPUD di setiap daerah pada tanggal 31 Oktober 2008, istilah kutu loncat kerap menjadi bahan pembicaraan, perdebatan hangat baik di tempat-tempat santai maupun di ruang terhormat partai politik serta menjadi hiasan pertama koran kebanggan kita Flores Pos. Bahkan ada yang langsung menohok pada pribadi-pribadi tertentu sebagai kutu loncat.

Para ketua partai menjadi sumringah dan mengumumkan perang terbuka terhadap kutu loncat dengan coba melakukan PAW (Pergantian Antar Waktu) bagi para anggota dewan terhormat yang secara jelas melompat pagar atau tembok partai dan dicalonkan menjadi nomor wahid di partai lain. Partai yang satu menganggap mereka sebagai pengkianat partai dan mungkin juga rakyat yang mereka wakili tetapi partai yang lain memandangnya sebagai pahlawan untuk mendongrak jumlah pemilih pada 09 April 2009 nanti.

Menyikapi tentang isu kutu loncat dalam kepartaian ada dua hal yang perlu dikaji dan direnungkan secara lebih bijak dan kritis oleh para ketua partai atau partai politik secara keseluruhan.

Pertama: Mungkin benar mereka para ‘kutu loncat’ lari atau lompat pagar partai hanya sekedar untuk mencari keuntungan diri. Mungkin mereka hanya mau mencoba keberuntungan dengan menjadi calon nomor urut 1 walaupun ‘maaf’ kadar intelektualitas dan moralitasnya di masyarakat pemilihnya rendah. Artinya ia lari mencari nomor urut 1 dengan track-recordnya atau citra perjuangan dirinya dianggap sebelah mata oleh para pemilihnya atau masyarakat yang ingin diwakilinya.

Namun tidak jarang juga bahwa mereka lari karena merasa kurang dihargai atau dibuang oleh indung semangnya (partai yang ia besarkan atau sekurang-kurangnya ia telah berjasa bagi partai) walaupun track-record atau citra diri perjuangannya sangat luar biasa di mata masyarakat yang diwakilinya. Pengalaman mencatat bahwa pada pemilu tahun 2004 banyak kader militan dengan rekor perjuangan yang bagus mendapat dukungan signifikan dari masyarakat pemilihnya yang dibuktikan dengan jumlah suara bisa mencapai 1000-3000 suara harus kandas di tangan UU Pemilu yang kembali ke nomor urut.

Mereka berprestasi namun kurang dihargai sesuai kinerja kerja dan citra diri perjuangannya. Mereka akhirnya kandas melangkah ke anggota dewan. Anggota dewan dengan dukungan suara pemilih yang minim namun diselamatkan berkat nomor urut melenggak mulus ke gedung dewan tanpa ada beban tanggungjawab dari para pemilihnya. Mungkin mereka berjuang namun tidak all-out 100%.

Kedua: Fenomena kutu loncat dalam partai politik hendaknya menjadi refleksi dan intropeksi diri bagi para nahkoda partai yang telah lama berkiprah di bumi Indonesia terutama di tanah terjanji Flores, Sumba dan Timor. Para nahkoda hendaknya mengevaluasi diri secara kritis dan objektif tentang sistem perekrutan kader yang selektif dan tranparan, sistem pengkaderan yang berlapis dan bermutu serta sistem penjenjangan karir politik dengan blue-print yang jelas sesuai dinamika perkembangan dan kemajuan masyarakat. Kita melihat bahwa sistem-sistem ini masih cukup lemah dalam partai sehingga menyebabkan sebagian orang terus-menerus duduk pada nomor urut 1 tanpa melangkah ke jenjang karir politik yang lebih tinggi meskipun kualitas kinerjanya sebagai anggota dewan mulai menurun sesuai uzurnya sebuah usia yang tidak lagi berkembang garis lurus dengan kualitas dan beragamnya kebutuhan masyarakat yang diwakilinya.

Paradigma cara berpikirnya belum berubah sesuai perkembangan kebutuhan masyarakat. Ia masih berpikir yang itu-itu saja sehingga membuat ia kurang dipercaya oleh masyarakat termasuk masyarakat di kampung halamannya sendiri. Selain itu ada kader-kader muda tidak bisa naik jenjang menjadi calon nomor 1 sehingga tertutup kemungkinan menjadi anggota dewan. Tidak berarti saya mendukung kutu loncat dalam partai akan tetapi peristiwa yang dialami sebagian besar partai akhir-akhir ini hendaknya menjadi momen strategis untuk merefleksi ulang berbagai sistem yang sempat disinggung di atas.

Untuk itu ditawarkan beberapa alternatif yang sebaiknya dilakukan :
Pertama: Partai politik baik yang besar maupun yang kecil, baik yang sudah lama maupun pendatang baru perlu memikirkan ulang sistem dan mekanisme perekrutan kader dengan memperhitungkan kadar militansi atau loyalitas seorang kader pada partai. Dengan demikian meski mengalami berbagai tantangan dan kesulitan dalam partai politik maka kader bersangkutan akan tahan banting untuk ikut membesarkan partai. Istilah orang bijak katakan berat sama dipikul, ringan sama dijinjing.

Jangan sampai ada kader tertentu mau bekerja mati-matian tetapi ada yang terlibat aktif dalam partai tertentu hanya karena ada maunya dan mungkin maunya hanya yang enak saja. Apabila partai mengalami kesulitan dan tantangan, ia akan lari meninggalkan partai bersangkutan dan mencari peruntungan di tempat lain. Kader seperti ini baru ditindak tegas.

Kedua: Sistem perekrutan yang diikuti dengan seleksi yang tranparan hendaknya disertai dengan pemberian kartu anggota yang sah dan tertulis. Jangan sampai merekrut seseorang tanpa disertai SK tertulis dan kader bersangkutan menganggap seolah-olah dia menjadi anggota partai tersebut atau memang tidak. Hindari omongan lepas atau katabelece hanya karena kedekatan seseorang pada pengurus x atau y dalam partai bersangkutan.

Ketiga: Sistem penjenjangan karir politik hendaknya dibahas, didebat dan diputuskan secara demokratis serta diberlakukan secara adil dan profesional bagi semua orang yang terlibat di dalam partai. Tidak ada anak emas dan anak tiri terutama dalam menentukan nomor urut caleg. Tidak ada lagi caleg titipan. Harus ada penjenjangan yang jelas misalnya calon bersangkutan kalau masuk menjadi anggota dewan kabupaten maksimal 2 atau 1 periode sesuai kesepakatan dan periode berikut jika ia berkeinginan untuk maju lagi harus naik ke jenjang yang lebih tinggi ke propinsi dan seterusnya ke pusat.

Memang menjadi pertanyaan kita adalah calon pusat. Mungkin bisa beralih ke eksekutif. Tentu perlu dirumuskan mekanisme yang baik agar tidak ada kader yang terus diberi kepercayaan dan ada kader yang terus-menerus disepelekan meskipun kontribusinya kepada partai sama bahkan lebih.

Keempat: Hal lain yang tidak kalah pentingnya adalah pengembangan SDM di dalam partai hendaknya dirancang dan dilaksanakan secara teratur dan terprogram mengingat yang dihadapi para anggota dewan adalah para eksekutif dan yudikatif yang kebanyakan bergelar S1, S2 bahkan Doktor (S3) maupun profesor dan serentetan gelar mentereng lainnya.

Tanpa peningkatan SDM yang memadai maka acapkali para anggota dewan terhormat tidak mampu menghadapi argumentasi atau keahlian para eksekutif dan yudikatif apalagi mau mengontrol mereka. Biaya-biaya pengembangan SDM dan lainnya bisa diambil dari kontribusi kader-kader yang sudah menjadi anggota dewan. Seluruh pembiayaan pengembangan SDM dan lainnya di dalam partai tersebut hendaknya bisa dipertanggungugatkan bila perlu harus diaudit dari pihak akuntan publik yang belum tercemar oleh berbagai kepentingan politis baik untuk diri maupun kelompoknya.

Tentunya penghakim yang paling adil adalah pada 09 April 2009 mendatang ketika rakyat dengan nurani yang jernih tanpa godaan apapun menjatuhkan pilihan bebasnya. Saat itu baru diketahui secara jelas dan nyata mana caleg yang kutuloncat dan mana yang tidak. Diharapkan juga masyarakat atau rakyat kita semakin cerdas dalam menjatuhkan pilihannya. Dan saya yakin rakyat Flores dan Lembata sudah piawai dalam hal yang satu ini.

Penulis: Putra Rawe Uluwena-Boawae, tinggal di Kelurahan Onekore Ende
Ditulis tanggal 10 Desember 2008. Tulisan ini dibuat sebelum pemberlakuan suara terbanyak. terima kasih!

Read more...

Gunakan Tenaga Cadangan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Awalnya saya tidak tahu atau menangkap maknanya dari ungkapan gunakan tenaga cadangan. Pernyataan ini saya dengar langsung dari ucapan Bapak Marselus Bere, seorang TNI Kompi C Ende yang kebetulan menjadi anggota Koperasi Kredit Serviam.

Kopdit ini lahir dari keprihatinan para anak muda yang berada di lingkungan Yayasan Santa Ursula Ende aibat gempa bumi yang menghentakan mereka semua dari rasa kemapanan secara ekonomis, sosial budaya dan politik. Mereka membentuk KST:Kelompok Studi Tabungan sebagai cikal bakal lahirnya Koperasi Kredit yang tetap mereka beri nama Serviam yang artinya saya mengabdi. Saya sendiri bergabung dengan kopdit ini pada tahun 1999 sewaktu masih menjadi salah satu dosen tidak tetap pada STPM (Sekolah Tinggi Pembangunan Masyarakat) Santa Ursula dengan materi pembahasan P3K. Saya tidak terlalu pintar untuk mengolah materi ini maka saya diberhentikan tanpa surat pemberitahuan tahun 2001.

Tahun 1999 menjadi anggota, satu tahun berikutnya menjadi anggota pengawas sebagai pengisi lowongan a.n. Bp. Petrus Lako. Meski hanya sebagai anggota pengawas tetapi saya bekerja sejauh kemampuan yang saya miliki. Hasil-hasil rangkuman pemeriksaan sampai laporan pertanggungjawaban kepada RAT (Rapat Anggota Tahunan), saya yang rumuskan. Kepercayaan ini menjadi cikal bakal saya dicalonkan menjadi Ketua Pengurus pada tahun 2005 setelah Bp. Andreas Ngea. Saya terpilih sebagai Ketua dengan aset waktu itu Rp. 600 juta dan anggota 245 orang. Setahun berjalan asset menjadi 1 M lebih dengan anggota 400 san. Tahun berikut membeli tanah dengan luas 552 m2 dan harganya Rp. 400 juta. Banyak orang tidak mendukung terutama dari kalangan pengurus. Bukannya tidak mendukung tetapi mereka merasa belum yakin. Termasuk para analis keuangan puskopdit (VSO) memberikan anjuran untuk dipertimbangkan lagi. Saya jalan terus. Untung sebagian mendukung termasuk dari anggota. Tahun berikutnya, 2007, kami meresmikan permberkatan kantor dengan upacara misa yang dipimpin oleh Rm. Cyrilus Lena, Pr.

Gunakan tenaga cadangan. Inilah ilmu baru ala militer. Marselus Bere menceritakan pengalamannya tentang menggarap sawah 6 ha di Welamosa yang menurut kacamata orang awam dirasakan tidak mungkin. Namun bagi pa Bere inilah peluang emas untuk melakukan sesuatu. Ia menceritakan dengan bangga kepada saya yang kebetulan sebagai ketua kopdit untuk periode kedua 2008-2010.

Dengan berbagai strategi ilmu perang yang ia miliki akhirnya ia mampu menyulap tanah kering menjadi lahan padi puluhan bahkan ratusan ton dengan pendapatan bersih sekitar 40-50 juta setiap kali panen. Apabila menurut pengakuannya 3 x panen semusim maka pendapatan bersihnya menjadi 120-150 juta setiap tahun. Sesuatu yang luar biasa. Saya menjadi teringat kata-kata Andri Wongso, pencetak motivator ulung pernah menulis, ‘Hal yang membanggakan apabila kita bisa melakukan sesuatu secara berhasil apabila orang merasa tidak mungkin dapat kita lakukan.’

Inilah pribadi Marselus Bere. Hal menarik lain bahwa ia memotivasi tiga karyawannya dengan suport kata-kata, gunakan tenaga cadangan apabila kamu merasa lelah. Kita sering tidak memanfaatkan energi tambahan yang ada dalam diri. Hal ini membuat saya teringat pada dosen kami Pater Hendrik Dori Wuwur, SVD. Kita kurang maksimal menggunakan kemampuan yang ada dalam diri. Kita hanya menggunakan paling tinggi 50% dari 100% energi atau kemampauan yang dimiliki. Mungkin benar.

Saya sendiri merasa bahwa saya kerapkali hanya menggunakan 30% lantaran saya cepat lelah, mudah putus asa, mudah mengeluh, ragu-ragu bahkan takut. Bahkan saya menganggap diri sebagai biang kegagalan program wecumi di Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo dan sejak tanggal 06 Februari 2011 menjadi Puskopdit Flores Mandiri bekerjasama dengan ACCU-Bangkok. Kurang fokus dan kurang mau berjuang dengan seluruh energi dan kemampuan yang saya miliki. Saya tidak menggunakan tenaga cadangan seperti yang dimaksudkan Marselus Bere, sang TNI yang bertindak juga sebagai petani modern.

Bingkisan pengalaman ini berdasarkan cerita Marselus Bere kepada saya di Pusdiklat Puskopdit BENN, tanggal 09 November 2008 saat saya bersama teman-teman memberikan pendidikan dasar tujuh jam bagi enam puluh anggota baru Koperasi Kredit Serviam Ende. Terima kasih Bapak Marselus Bere dengan ilmu barunya, gunakan tenaga cadangan.

Ditulis ulang di Pastoran Santu Eduardus Nangapanda, 11 November 2008, pukul 12.00 tengah malam

Read more...

Kopdit Serviam Perlu Kelola Perubahan

Oleh Frans Obon, Wartawan Flores Pos

(Flores Pos, 31 Januari 2011). Koperasi Kredit (Kopdit) Serviam dituntut untuk mengelola perubahan-perubahan yang dihadapinya dengan memperkuat diri sebagai lembaga keuangan yang terpercaya dan profesional dalam pelayanannya.

Visi Kopdit Serviam adalah lembaga keuangan masyarakat yang terpercaya dan profesional 2015.

Manajer Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) BENN, Mikhael H Jawa dalam sambutan pembukaan Rapat Anggota Tahunan (RAT) di aula BBK Ende (Minggu, 30/1) menegaskan lagi perlunya koperasi kredit mengelola perubahan sehingga koperasi kredit sebagai lembaga keuangan dapat memanfaatkan perubahan itu untuk memperkuat jati diri dan keberadaannya.

“Dunia semakin berubah dan makin banyak lembaga keuangan hadir di wilayah kita. Kita juga bersaing diantara koperasi kredit. Kita bisa memenangkan persaingan itu kalau kita melakukan pembenahan dan menanggapi perubahan itu dengan menerapkan tata kelola yang baik, cepat tanggap dengan kondisi yang ada dan melakukan langkah bijak dalam pemberian kredit,” katanya.

Dia bilang, banyak lembaga keuangan lainnya yang mulai membuka cabang pelayanannya di kota Ende. Bahkan ada lembaga keuangan yang datang ke pasar mingguan dan menawarkan kepada pedagang di pasar untuk menjadi anggota. Mereka melakukan pelayanan di tempat.

“Dulu kita kembangkan koperasi dari kota ke desa, sekarang ini dari desa ke kota. Perkembangan ini harus disikapi dengan baik dan menjadikannya peluang untuk melakukan pembenahan. Kalau kita respon terhadap perubahan itu dengan baik dan bijaksana maka kita akan tetap memimpin perubahan,” katanya.

Juli tahun lalu, koperasi kredit dibawah Puskopdit BENN mengambil kebijakan pemberian kredit baru yakni setara jaminan. Hal ini dilakukan untuk menghindari kredit macet di dalam gerakan koperasi kredit.

Dia bilang, RAT harus menjadi momen refleksi diri untuk melihat kembali apakah tiap anggota menyimpan teratur, meminjam secara bijaksana dan mengembalikan pinjaman secara teratur pula.

Kopdit Serviam, terbesar kedua di kota Ende setelah Kopdit Bahtera, perlu melakukan terobosan-terobosan baru. “Kopdit merupakan kumpulan orang miskin, tapi tidak miskin dalam cara pikir,” ajaknya.

Dia juga minta pelayanan harus profesional sehingga menciptakan loyalitas pada anggota, sekaligus menjadi daya tarik untuk mendapatkan anggota yang banyak.

Ketua Kopdit Serviam, Kosmas Lawa Bagho menegaskan, Kopdit Serviam telah berkembang pesat. Pada tanggal 9 Januari 1993, jumlah anggotanya hanya 27 orang dan modal 600 ribu rupiah, sekarang berkembang menjadi kopdit terbesar kedua di Ende. Kopdit Serviam telah memiliki kantor sendiri, berbadan hukum dan mendapatkan penghargaan sebagai kopdit terbaik dari pemerintah Kabupaten Ende. Per Desember 2010 jumlah anggota 1.789 orang, dengan aset Rp.7,8 miliar.

“Kegiatan hari ini merupakan bentuk pemberdayaan diri dan kelompok agar bersama-sama keluar dari belenggu kemiskinan sosial dan ekonomi,” ujarnya.

Dia menegaskan kembali kebijakan pinjaman setara jaminan untuk meminimalisir resiko kredit macet. Namun dia minta agar Kopdit Serviam kreatif dan berusaha menemukan ide-ide kreatif dan cemerlang untuk menghadapi berbagai masalah dan tantangan ke depan.

Ketua Panitia RAT Andreas Ngea pada pengantar pembukaan, merereview sedikit latarbelakang pendirian Kopdit Serviam dan prakarsa yang lahir dari keprihatinan mengenai situasi sosial dan ekonomi pasca gempa 1992.

Menurut dia, perkembangan yang besar yang dicapai Kopdit Serviam ini dibangun di atas kebersamaan, kita bisa berbuat banyak dan bisa berbuat sesuatu.

Pada RAT, Minggu kemarin, juga dilakukan pemilihan pengurus baru. Terpilih sebagai ketua Kopdit Kosmas Lawa Bagho, Wakil Ketua Elias Cima, Sekretaris Yohanes Satu, bendahara Paskalis X. Hurint, anggota Thomas Pati. Pengawas: Maria Magdalena Bhiju Boro (ketua), Petrus Lako (sekretaris) dan Remigius Jeharut (anggota).

Catatan:
RAT XVII dengan tema:
PEMBERDAYAAN, KEMANDIRIAN DAN PEMBEBASAN MELALUI KOPDIT SERVIAM dan pemilihan pengurus periode 2011-2013.
Read more...

Rabu, 04 Mei 2011

Orang yang Ku benci Menjadi Penolong

Oleh Kosmas Lawa Bagho

(Pena Muda; Yappika & Latin Bogor, 2001) Dunia ini memang edan rasanya. Selalu saja ada peristiwa kontradiksi yang terkadang menimbulkan keajaiban. Ada warna merah dan warna hitam, ada yang menyenangkan bagaikan istana surga tetapi ada nerakanya. Ada yang berpikir untuk sebuah kemajuan yang manusiawi tetapi tak jarang yang berpikir untuk menghancurkan. Ada yang mencintai tetapi ada juga yang membenci. Ada yang kerjanya hanya merampok tetapi ada yang memberi pertolongan.

Peristiwa kontradiksi seperti ini yang aku alami ketika aku mengadakan perjalanan ke Jakarta pada tanggal 27 Maret 2001. Aku berangkat ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan Lokatulis yang diselenggarakan oleh Yappika bekerjasama Latin di Hotel Cisarua Bogor, sejak tanggal 27 Maret s/d 02 April 2001.

Keberangkatanku dari Maumere dengan menggunakan pesawat Merpati no. 747 pukul 14.30 waktu Indonesia Tengah. Perjalanan udara sebetulnya mengundang rasa senang karena aku bisa merasakan nikmatnya penerbangan yang sebelumnya tidak pernah aku alami. Namun perasaan bahagia tersebut hilang ketika aku harus melakukan perjalanan seorang diri ke kota metropolitan yang hanya aku tahu melalui koran, peta ataupun televisi serta cerita orang yang pernah ke kota Jakarta. Aku mulai tampak gelisah, tidak enak badan serta nafsu makan menjadi tidak bergairah.

Keadaan itu semakin parah ketika aku membayangkan peristiwa perampokan di kota Jakarta yang diceriterakan oleh temanku 2 tahun silam. Ia menggambarkan kota Jakarta serba menyeramkan. Setiap hari selalu ada saja orang kecopetan, ditodong dan dibunuh. Apalagi orang itu adalah orang-orang yang berasal dari daerah.

Keasykan dengan lamunan sendiri sampai-sampai aku disadarkan oleh sang pramugari Merpati yang ingin menawarkan minuman. Saking bingungnya, aku menjawab minum sprite sementara minuman yang ditawarkan adalah teh atau kopi. Sang pramugari tertawa cekikan karena rasa lucunya. Aku tidak menghiraukannya.

Kepalaku terasa pusing dan badanku berkeringat dingin ketika ada suara yang mengatakan kurang lebih 15 menit lagi pesawat akan “landing”. Lima belas menit kemudian Merpati 747 yang aku tumpangi mendarat aman di landasan Ngurah Rai Denpasar pukul 18.00 waktu setempat.

Meski hati kecilku kian bergolak gelisah namun aku berusaha tenang. Aku mengikuti orang menuju tempat pengambilan bagasi untuk mengambil tasku berwarna putih bertuliskan Florita.

Aku berjalan menuju ruang penjualan tiket untuk penerbangan ke Jakarta setelah mendapat informasi dari ruang informasi. “Tiket untuk penerbangan ke Jakarta hari ini hanya pukul 20.15 waktu Denpasar” kata gadis penjaga ruang penjualan tiket. Tampaknya aku semakin bingung. Jantungku berdebar agak cepat dari biasanya. Aku mulai mempertimbangkan apakah aku harus terus ke Jakarta atau menginap. Untuk perkara menginap tidak mungkin karena aku juga tidak tahu memilih hotel yang aman.

Aku mengambil keputusan untuk melanjutkan perjalanan ke Jakarta dengan resiko apapun. Meski aku tahu bahwa jikalau penerbangan dari Denpasar pukul 20.15 berarti tiba di Jakarta sudah malam kurang lebih pukul 22.00 waktu Jakarta.

Aku mengurus boarding pass dan menanti dengan cemas di ruangan tunggu. Ada banyak orang di ruangan tunggu yang beristirahat dengan santai, makan makanan ringan, membaca koran serta menikmati tayangan televisi dalam ruangan tersebut. Sebenarnya aku ingin seperti mereka. Namun perasaan hatiku kian berdebar dengan hantuan kota Jakarta.

Aku mengambil tempat yang agak pojok diluar jangkuan pengamatan orang. Aku takut orang mengetahui kegelisahanku melalui dahi yang berkerut serta debaran dada yang tidak teratur.

Ketika menunggu cukup lama ada pemberitahuan dari petugas bandara bahwa penerbangan ke Jakarta dengan nomor 413 yang sedianya akan terbang pukul 20.15 ditunda pukul 22.00. Rasanya aku ingin mati saja. Aku mulai tidak tenang duduk serta rasa ke kamar kecil terus-menerus.

Namun suatu keajaiban tiba. Di tengah kegelisahanku yang semakin memuncak, aku berkenalan dengan seorang bapak yang agak gendut badannya. Saat itu kami sedang antre untuk mengambil makan yang disiapkan pihak Garuda Airlines. Aku mempersilahkan bapak tadi untuk mengambil lebih dahulu meski sebetulnya posisinya aku telah berada di depan dirinya. Aku sendiri tidak mengerti bahwa ucapanku yang sederhana itu menarik perhatiannya. Ia mengambil makan lalu mengajak aku untuk duduk satu meja. Waktu makan, kami lalui dengan berbagai pembicaraan. Salah satu yang menarik ketika beliau menanyakan tentang identitasku.

Awalnya aku ragu bercampur takut. Apalagi di kepalaku sudah tertanam berita tentang perampokan, pencurian dan pembunuhan. Aku menjawab seadanya dan menyampaikan maksud kedatanganku ke Jakarta. “Aku ingin mengikuti kegiatan Lokatulis dalam rangka advokasi terhadap kebijakan negara terutama UU Otonomi Daerah nomor 22 tahun 1999,” kataku sopan.

Mendengar ucapanku yang seadanya membangkitkan semangatnya untuk bercerita dengan diriku. Asa takutku perlahan-lahan agak mencair. “Ade UU Otonomi Daerah Tahun 1999 kemarin, aku terlibat langsung bersama Bapak Muladi. Yang perlu adik ingat bahwa roh UU Otonomi Daerah adalah apabila pemerintah pusat ingin mengambil setitik air dan satu biji pasir harus mendapat ijinan warga setempat. Tidak ada lagi yang gratis saat ini. Yang diatur pemerintah pusat hanyalah persoalan agama, politik luar negeri, peradilan, kebijkan moneter dan pertahanan keamanan” katanya menjelaskan seakan memberikan les privat.

Kendatipun agak terkesima dengan ceriteranya yang bernuansa pengatahuan itu, aku semakin penasaran untuk mengetahui identitas orang yang sedang melakukan pembicaraan hangat dengan diriku. Aku sendiri tidak mengenal dirinya. Kami baru pertama kali berkenalan. Inginnya aku menanyakan langsung tetapi aku ragu. Perasaan ingin tahu itu aku simpan di dalam hati.

Di tengah pembicaraan tentang politik tiba-tiba ia bertanya kepadaku. “Apakah adik langsung ke Bogor malam ini?” Dengan agak tergagap aku menjawab, “Ya Pak. Aku ingin menggunakan jasa taxi seorang diri ke Bogor”.

“Oh ... hati-hati dek. Sopir taxi Jakarta banyak nakalnya,” katanya memperingatkanku. Tiba-tiba rasa takutku bangkit kembali. Perasaan hatiku dig dag dug tak menentu.

Di tengah gejolak hati yang ketakutan, ia menawarkan jasanya untuk menghantar aku ke lintasan Kebun Jeruk jika tiba di Jakarta nanti. Meskipun masih dalam keadaan takut, aku sengaja menganggukkan kepala tanda setuju.

Tepat pukul 22.15 kami berangkat dari Denpasar dengan Garuda nomor penerbangan yang sama tetapi ia menempati seat 33 sedangkan aku nomor 32A. Aku tidak tahu apa yang dipikirkannya. Aku sendiri sudah agak enak meski ada rasa was-was juga. Jangan-jangan ia hanya berpura-pura kepadaku.

Penerbangan bersama Garuda kurang lebih 1 jam 20 menit. Tidak ada sesuatu yang kunikmati kecuali rasa gelap hatiku seperti gelapnya malam kota Jakarta. Kami mendarat di Bandara Cengkareng pukul 23.45 waktu Jakarta.

Beliau menawarkan jasanya sekali lagi menghantar aku ke Lintasan Kebun Jeruk sebagai tempat yang aman menuju Cisarua Bogor. Dalam perjalanan dari Cengkareng, aku memberanikan diri untuk menanyakan identitasnya. “Maaf, Bapak sebenarnya siapa?” kataku agak kegugupan. “Oh .. ya, aku pengacara. Namun orang lebih mengenalku sebagai pembela Tomy Soeharto. Jika adik ingin lebih mengenal pribadiku bisa kontak lewat telepon atau handphone,” ujarnya sambil memberikan kartu namanya.

Pribadi orang ini tidak menjadi masalah bagi diriku. Namun profesinya sebagai pembela Mas Tomy sering menjadi pusat kebencianku. Sebab menurut saya mengapa masih ada saja pengacara yang membela orang yang telah melahirkan bencana di negeri ini. Ia mengusai sepertiga harta Republik ini melalui kolusinya dengan ayahnya yang kebetulan menjadi presiden.

Rupanya Tuhan menghendaki lain. Aku ditolong dari orang yang aku benci. Kurang lebih pukul 03.00 dini hari aku mendapat taxi yang bersedia menghantar diriku ke Cisarua Bogor tempat kegiatan Lokatulis berlangsung. Aku senang bisa tiba di Safari Garden dengan selamat atas bantuan orang yang kubenci.

Untuk seorang penolong yang kini menjadi anggota DPR Pusat!

Ditulis ulang: 17 Agustus 2010

Read more...

Selasa, 03 Mei 2011

Profil Koperasi Kredit Rawe Tana, Rawe

Oleh Bertholomeus Roga
Kosmas Lawa Bagho

Sejarah

Dimulai 01 Januari 1999 hanya arisan sekelompok orang di Kampung Sekojawa dengan perintis Bertolomeus Roga dipercayakan sebagai bendahara. Sesungguhnya perjuangan untuk mengangkat harkat dan martabat masyarakat Rawe Uluwena telah diperjuangkan sejak Kosmas Lawa Bagho berada di bangku SMA (SMA Seminari St. Berchmans Toda Belu) dengan memobilisasi para kaum muda serta orang tua yang anaknya ada di SMP ke atas.

Maklum desa ini cukup terkenal dengan daerah miskin pendidikan. Jangankan SMA apalagi perguruan tinggi untuk melanjutkan ke SMP saja bisa dihitung dengan jari. Ada slogan terkenal saat itu adalah anak sekolah sambut baru. Jadi anak-anak hanya bersekolah sampai kelas 4 atau 5 dan setelah sambut baru (Komuni Pertama menurut Ajaran Katolik), anak-anak dimaksud berada di luar sekolah dan segera menikah terutama anak-anak/remaja putri. Keadaan seperti ini semakin memperparah kemiskinan sumber daya manusia yang tentu berdampak langsung pada kemiskinan secara ekonomis, sosial-budaya dan politik.

Menjelang akhir tahun 2001, Kosmas Lawa Bagho berkonsultasi dengan perintis arisan dengan metode simpan-pinjam Bertholomeus Roga bagaimana kelompok yang ada ditingkatkan menjadi KST atau Koperasi Kredit yang melibatkan lebih banyak orang bukan hanya satu kampung tetapi mencakupi seluruh masayarakat dalam desa. Saat itu memang kebetulan baru satu desa yakni Nagerawe. Terjadilah rapat sosialisasi dengan sekelompok arisan yang sudah menerapkan simpan-pinjam yang jumlahnya sekitar 15 orang pada tanggal 24 Maret 1999. Rapat merekomendasikan agar Kosmas Lawa Bagho bisa membantu proses lebih lanjut untuk proses pembentukan koperasi kredit.

16 April 2001, setelah perayaan Paska ke-2, kelompok pioner dan melibatkan seluruh aparat desa yang dikoordinir oleh kepala desanya, Nikolaus Meo Bhelo (bahkan seluruh aparat desa diwajibkan menjadi anggota bersama suami atau isteri) maka ada 25 orang saat itu langsung menyatakan secara resmi membentuk koperasi kredit. Kesempatan berahmat tersebut juga membentuk kepengurusan dan penentuan nama koperasi kredit. Yang menarik bahwa dalam penentuan nama dibuat poling secara terbuka. Atas usul seorang tetua adat, Lambertus Lalo, rapat menerima nama “Tawa Tena” biar orang ketawa, untuk membangun (SDM) kita jalan terus. Lantaran beriringan dengan kondisi ril saat itu, maka nama itu yang diambil.

Sementara kepengurusan pertama adalah: Pengurus: Ketua: Servasius Siku, Wakil Ketua: Laurensius Rebo, Sekretaris: Siprianus Soba, Bendahara: Bertholomeus Roga dan Anggota: Polikarpus Pesa. Pengawas: Kosmas Lawa Bagho.

Dalam perjalanan selanjutnya, Polikarpus Pesa tidak aktif maka pada RAT tahun buku 2003, rapat memberhentikan Polikarpus Pesa dan Laurensius Rebo dari kepengurusan sehingga pengurus tinggal tiga orang.

Kehadiran Koperasi Kredit Tawa Tena tahun-tahun awal seperti tidak mendapatkan tempat di hati masyarakat Desa Nagerawe namun karena acara RAT dibuat sedemikian rupa dengan melibatkan anak-anak SMP sampai Perguruan Tinggi disertai pesta ala kampung sangat menarik minat kaum muda terutama anak-anak termasuk anak-anak yang orang tuanya tidak menjadi anggota koperasi kredit. Para orang tua pelajar dan anak-anak yang belum menjadi anggota merasa malu dan menggugah mereka untuk menjadi anggota. Pertumbuhan anggota cukup meningkat tajam setelah acara RAT berlangsung apalagi RAT selalu dilakukan akhir tahun setelah Pesta Natal.

Tahun ketiga perkembangannya mulai nampak dampak bagi perkembangan ekonomi terutama jumlah anak sekolah yang melanjutkan studi ke SMP sampai Perguruan Tinggi. Mulai muncul kesadaran baru setiap orang tua berlomba-lomba menyekolahkan anak-anak mereka ke jenjang yang lebih tinggi dan bahkan ada yang mulai kuliah di Kupang dan di pulau Jawa. Ada anak yang mulai merambah ke sekolah-sekolah elit seperti SMAK Syuradikara dan ada yang masuk sekolah perawat yang sebelumnya dirasakan sebagai mimpi di siang bolong.

Koperasi Kredit Tawa Tena terus meningkatkan kesadaran ini dan bahkan sedikit memaksa agar setiap anak orang tua anggota koperasi kredit wajib menyekolahkan anak-anak mereka. Tahun 2007, Koperasi Kredit Tawa Tena memperkarsai ide membentuk Playgroup atau sejenis TK. Tahun 2008, berdasarkan negosiasi pengawas dengan Yayasan Indonesia Heritage Fund (IHF)-Jakarta membentuk TK (Playgroup) Tunas Muda Rawe dan kini telah menjadi TK Negeri. Tahun yang sama Koperasi Kredit Tawa Tena mewajibkan para anggotanya menyumbangkan satu sak semen per keluarga anggota untuk pembangunan Kapela Mater Dolorosa Nagerawe. Tindakan-tindakan kecil memiliki dampak bagi masyarakat sehingga masyarakat mulai ramai-ramai masuk koperasi kredit meski belum sefenomenal koperasi kredit di daerah lain.

Jauh sebelumnya tahun 2004, Koperasi Kredit Tawa Tena menjadi Kelompok Binaan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo sekaligus menjadi anggota Daperma Inkopdit-Jakarta dengan nomor 1.227. Setahun kemudian, tahun 2005, Koperasi Kredit Tawa Tena menjadi anggota Calon Anggota Puskopdit BENN yang bertahan hingga kini meski tuntutan kekayaan belum tercapai Rp. 500 juta hanya anggota sudah memenuhi lebih dari 500 orang. RAT tahun buku 2008, telah mengganti nama dari Tawa Tena menjadi Rawe Tana.

Visi
Lembaga sumber dana pembiayaan pendidikan anak masyarakat Focolodorawe Uluwena 2020

Misi
Menjadi lembaga kuangan sebagai sumber dana biaya pendidikan bagi seluruh anak masyarakat Focolodorawe Uluwena, menjadi sumber dana pengembangan ekonomi Masyarakat Focolodorawe Uluwena untuk mencapai kesejahteraan yang lebih berkualitas, meningkatkan harkat dan martabat masyarakat Focolodorawe Uluwena agar “berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah” dengan masyarakat lainnya.

Strategi Pengembangan
Koperasi Kredit Rawe Tana coba mengikuti irama pengembangan yang dilakukan oleh Puskopdit BENN (sejak 6 Februari 2011 menjadi Flores Mandiri) dengan berpartisipasi dalam pengembangan SDM fungsionaris sesuai kesanggupan dana. Namun kecukupan dana terbatas maka belum semua program diikutinya sehingga pertumbuhan dan perkembangan pengelolaannya juga masih bersifat konvesional dan manual. Hingga saat ini baru bisa merekrut satu karyawan dengan sistem penggajian masih jauh dari UMP.

Walaupun demikian Koperasi Kredit Rawe Tana terus bertekad mengembangkan dirinya agar bisa menjawabi semua persoalan anggota khususnya dan masyarakat Focolodorawe Uluwena khususnya. Meski kontribusinya belum banyak tetapi menyangkut pengembangan SDM masyarakat RAWE sungguh nyata dan fenomenal apalagi sekarang ada program memberikan sumbangan satu juta rupiah kepada setiap anak yang yudisium di perguruan tinggi. Hal ini untuk merangsang setiap orang tua terutama anak RAWE untuk meraih tingkat pendidikan tertinggi.

Fungsionaris
Pengurus sejak tahun 2004 hingga kini:
Ketua : Servasius Siku
Sekretaris : Siprianus Soba
Bendahara : Bertholomeus Roga
Pengawas : Kosmas Lawa Bagho
Manajemen : Lazarus Guru (sejak tahun 2008)

Untuk pertumbuhan anggota tahun 2001 baru 42 orang dan tahun 2010 menjadi 524 orang.
sementara pertumbuhan kekayaan tahun 2001 Rp6.435.000 dan tahun 2010 menjadi Rp396.760.000. Keci memang tetapi sejumlah kekayaan tersebut dikumpulkan secara swadaya dari lembar demi lembar 1000 rupiah per hari dan dalam kebersamaan bisa mengumpulkan sekian. Dibalik angka-angka demikian ada sejumlah perjuangan dan pemberdayaan diri untuk meningkatkan harkat dan martabat pendidikan bagi generasi masa depan dan kesejahteraan berkualitas generasi masa kini.
Read more...