Minggu, 15 Juni 2014

Inovasi Berbasis Nilai 1

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Materi "Inovasi Berbasis Nilai: sebagai Pilar ke-Empat GKKI dalam Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015" disiapkan secara tertulis oleh Robby Tulus, penasihat Inkopdit yang kini bekerja dan menjadi warga Kanada. Dalam tulisannya juga tertera ;kesehatan beliau agak terganggu maka materi ini disampaikan oleh Untung Tri Basuki, yang juga penasihat Inkopdit dalam Open Forum Inkopdit di Hotel Dyandra Medan, tanggal 28 Mei 2014 pada sesi paling akhir.



"The last but no least' itulah peribahasa Inggris yang artinya 'yang terakhr bukan yang tidak penting atau tidak ada artinya'. Justru pada sesi terakhir, materi ini menjadi sangat menentukan bagi perjalanan koperasi kredit secara nasional ke depan agar dapat berkompetisi secara sehat dan berdaya saing dengan lembaga keuagan lainnya yang hadir di RI ini. Apalagi materi ini menjadi pilar ke-empat yang berbasis nilai, prinsip dan jati diri koperasi kredit sejati.

Robby Tulus membuka tulisannya yang disampaikan Tri Untung dengan mengangkat persoalan praktis serta harapan pengelolaan koperasi kredit secara nasional ke depan. Katanya, urgensi untuk menyusun tata kelola dengan standar profesional CU semakin dirasakan dewasa ini. Banyak CU/Kopdit yang sudah tumbuh besar berpotensi gagal kalau defisit kualitatifnya tidak segera dikoreksi. Dalam lokakarya nasional dan open forum kali ini tersirat bahwa inovasi merupakan nilai tambah penting dari kerangka "credit union governance' dalam tema besar "Governance Framework for Credit Union" agar GKKI tidak terperangkap dalam zona nyaman sehingga terlena atau segan melakukan perubahan.

Untuk itu, Inovasi (termasuk Tata Kelola) Kopdit/CU haruslah berbasis NILAI. Dalam konteks GKKI, inovasi harus senantiasa mengutamakan nilai 'manusia'nya dan bukan 'modal'nya. Mempertahankan dan melestarikan nilai-nilai inilah yang membedakan CU/KOPDIT yang 'value based' dari badan usaha lainnya yang 'capital based'.

Lebih lanjut Robby Tulus mengatakan bahwa sasaran/alasan utama (raison d'etre) inovasi di perusahaan swasta dipicu oleh kebutuhan dan keingingan untuk memperbesar modal demi keuntungan perusahaan, sasaran utamanya memperkaya (pemilik) modal. Sementara raison d'etre inovasi pada kopdi/CU dipicu oleh nilai-nilai kemanusiaan yakni memenuhi kebutuhan angggota, menigkatkan kualitas kehidupan anggota, meninggikan harkat dan martabat anggota dan memperjuangkan kesejahteraan sosial ekonomi anggota. Dengan demikian inovasi berakar pada supremasi kebutuhan anggota.

 Nilai Kemanusiaan
Robby Tulus dalam tulisannya juga memaparkan secara khusus dan detail tentang nilai kemanusiaan. Menurutnya bahwa CU atau Kopdit mungkin tidak pernah ada atau kalau pun ada pasti berbeda dengan format CU/Kopdit yang diprakarsai oleh Friderich Wilhelm Raiffeisen (1864) yang tidak melahirkan inovasi sebagai dasar nilai kemanusiaan. 

Inovasi yang dilahirkan Raiffeisen sungguh luar biasa. Sesuatu yang mulia, beliau mulai dengan kenyakinan "Si miskin membantu si miskin" secara berswadaya memancarakan nilai kamanusiaan yang tinggi sebab ia melahirkan sistem ekonomi alternatif yang lebih adil dan seimbang.

Inovasi sistem ekonomi atau finanansial yang dimotori Raiffeisen bahkan ditiru banyak perusahaan bank setelah masa depresi berakhir sekitar tahun 1930-an, karena perbankan di masa itu hanya mengenal pinjaman komersiil dan belum berani pinjaman perorangan. Pinjaman perorangan dianggap terlalu berisko. Inovasi finansial Raiffeisen ini diakui atau tidak juga yang menjadi dasar lahirnya inovasi mikro kredit bagi perempuan miskin yang dirintis Muhammad Yunus dari Grameen Bank di Bangladesh.

Menjaga dan merawat inovasi juga kerjasama dalam bidang finansial, konsumsi, produksi, perumahan, pekerja dll tidaklah mudah. Beliau mengutif pendapat John Kenneth Galbraith yang menyatakan bahwa 'para konservatif modern (kapitalis) terlibat dalam karya moral tertua yaitu mencoba menemukan (inovasi) justifikasi moral yang superior bagi kepentingan dirinya sendiri'. Artinya moralitas jenis ini lebih mengutamkan kepentingan invidu di atas kepentingan bersama (kebersamaan) yang diagungkan inovasi berbasis nilai-nilai kemanusiaan. Pada dunia kapitalisme, kepentingan bersama (kerjasama) hanyalah alat bukan menjadi fundasi dan tujuan kehidupan bermasyarakat.

Kerjasama atau kebersamaan hanya sekedar alat maka hilanglah nilai-nilai kemanusiaan yang adil dan seimbang sehingga banyak inovasi unggul kaum kooporat dan kapitalis hanya sekedar mengejar keuntungan melasi investasi dan pasar bursa, Inovasi media sosial saat ini nampaknya juga mengarah ke sana. Keuntungan google, facebook, twitter, you tube, msn, yahoo, dll semakin memperkaya para pemegang saham perusahaan ICT (informasi, komunikasi dan teknologi) dan media sosial tersebut. Para konglomerat ini bekerjasama untuk menciptakan inovasi baru demi kekayaan dan kejayaan perusahaannya bukan untuk mengatasi kesenjangan kaya miskin yang semakin melebar sehingga nilai-nilai kemanusiaan dinomorduakn kalau pun tidak sampai dilupakan.

Itu tidak berarti bahwa media sosial dan penyedia jasa ICT itu kurang adil dan cacat moral. Ada banyak keuntungan dari inovasi ICT ini namun efek pemakian teknologi canggih sangat bergantung dari nilaim nurani dan itikad penggunanya apa itu perorangan atau pun kelembagaan. Inovasi teknologi yang berbasis modal besar seperti tidak akan banyak membantu memecahkan masalah kemiskinan dan ketidakadilan yang menjadi sasaran utama gerakan kemasyarakat seperti GKKI.

Inovasi Berbasis Nilai (Kemanusiaan)
Pengertian inovasi banyak ragamnya tergantung bagaimana mempersepsinya atau menggunakannya. Robby Tulus menyorotinya bahwa ada yang mendefenisikan inovasi sebagai ide baru dan yang ada yang mengasosiakan dengan kreativitas, yaitu penemuan atau penciptaan sesuatu yang batu dan ada pula yang mengartikan inovasi sebagai metoda unik yang menarik dan terasa baru.

Inovasi versi GKKI adalah penemuan atau kegiatan baru atau pun sebuah adaptasi kreatif yang bisa diciptakan eksponen koperasi kredit di setiap jenjang GKKI demi kebutuhan, kepentingan dan kemajuan anggotanya. Inovasi pada kopdit dilandasi nilai-nilai kemanusiaan yang harus mampu memenuhi kebutuhan anggota, meningkatkan kualitas kehidupan anggota, meninggikan harkat dan martabat anggota dan memperjuangkan kesejahteraan sosial ekonomi anggta. Inilaih yang dinamakan inovasi berbasis nilai yaitu inovasi yang akarnya kokoh dan stabil sehingga menjunjung tinggi supremasi keanggotaan.

Nilai-nilai kejujuran, keterbukaan, tanggungjawab sosial serta kepedulian terhadap orang lain tidak akan pernah berubah sesuai tradisi yang dipraktekkan para pemula dan penggagas CU seperti Raiffeisen dan Rochdale. Demikian juga nilai swadaya, demokrasi, tanggungjawab sendiri, persamaan, keadilan dan solidaritas. Nilai, etika dan moralitas ini secara inheren (melekat) dan terkandung dalam nilai-nilai tersebut menjadi benteng kuat yang sulit dirobihkan pihak luar dalam seluruh perubahan dan kemajuan koperasi kredit/CU dewasa ini dan akan datang.

*** Disari dan ditulis ulang 16 Juni 2014


2 komentar:

  1. Selamat malam Pak, maaf menggangu saya mau menawarkan Aplikasi Donasi dan Dana Duka, Aplikasi ini bisa dijual ke kopdit-kopdit dibawah naungan Puskopdit Flores Mandiri... Aplikasi ini difokuskan pada simpanan wajib yang lebih spesifik pada Donasi dan Dana Duka. Jika berniat bapak bisa menghubungi saya lewat Facebook, https://www.facebook.com/vian.taum atau email ke blakataduk@yahoo.co.id
    Terima kasih sebelumnya dan Salam Credit Union..

    BalasHapus
  2. Terima kasih untuk atensinya yang luar biasa. Nanti kita bahas lebih jauh dan baru ditawarkan kepada teman-teman. Sekali lagi terima kasih.

    BalasHapus