Minggu, 08 Juni 2014

Berkunjung ke Kopdit/CU Horas Tebing Tinggi

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Para peserta lokakarya nasional (loknas), open forum dan ratnas Inkopdit Tahun Buku 2013 di Medan tangggal 25-29 Mei 2014 sejak kedatangan mereka pada tanggal 25 Mei 2014 sudah mendapatkan tempat kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan dilakukan pada tanggal 27 Mei 2014 setelah seharian mengikuti lokakarya nasional juga dengan pembagian kelas dan materi masing-masing yang dibagikan panitia kegiatan yang tercatat pada 'name tag' masing-masing peserta.



Penulis berada di kelas A (materi-materinya juga ditulis terdahulu hehehe) dan mendapat Koperasi Kredit/CU Horas sebagai tempat kunjungan lapangan. Koperasi kredit/CU Horas berada di Kabupaten Tebing Tinggi, kurang lebih 2,5 jam perjalanan dengan menggunankan bis dari kota Medan, Ibu kota Provinsi Sumatra Utara.

Pagi-pagi sekali kami bergegas ke ruang makan dan selanjut berarah ke tempat yang telah ditentukan untuk persiapan kunjungan lapangan. Kunjungan lapangan memang senantiasa menjadi favourite penulis setiap kali apabila ada kesempatan mengikuti acara dimaksud baik sebagai utusan Kopdit Serviam Ende maupun Puskopdit Flores Mandiri. Sebab, di sana bisa berdiskusi dan mengamati secara langsung apa yang terjadi di koperasi kredit/cu teman lain agar bisa diadopsi dan diterapkan di koperasi kredit sendiri.

Biasanya, saya tidak pernah melewatkan acara yang satu ini, termasuk mempersiapkan diri dengan buku catatan, alat tulis secukupnya serta dilengkapi camera sederhan sebagai bukti kegiatan yang kadang langka dan jarang terjadi. Apabila setelah kunjungan lapangan, sekembali di hotel senantiasa membuat coretan-coretan awal untuk menjadi tulisan agar bisa diposting di blog. Tidak tahu mengapa, namun selalu ada sensasi tersendiri walaupun tulisan itu tidak lengkap dan jauh dari sempurna.

Kelompok kami cukup besar dan menggunakan dua bis sekaligus. Ada bis Horas A dan Horas B. Saya memilih bis Horas A. Sejak dari hotel Santika Dyandra Medan, bis Horas A sudah menunjukkan tanda-tanda tidak beres hehehe (maaf, panitia). Untuk membelokkan ke jalan umum saja, sang sopir harus dibantu oleh sesama teman peserta. Mau turun, tak mungkin sebab bis Horas B juga sudah penuh dan rasanya kurang konsisten dan tidak taat asas hehehe. The show must go on.

Acara pembelokkan ke jalan umum berhasil, kami semua bertepuk tangan. Awalnya cukup lancar. Perjalanan makin jauh dan matahari pun makin tinggi. Masalah lain timbul. Sebagian peserta tak tahan dengan bis yang panas apalagi ac di dalam bis tersebut mengalami kendala, tidak hidup sebagaimana biasanya. Ada peserta yang mulai berkeringat. Ada yang mulai ngomel-ngomel menanyakan panitia. Ternyata bis yang kami tumpangi tidak ada satu panitia pun. Seorang teman kemungkinan dari kopdit di barat Indonesia, sempat mengambil gambar salah seorang temannya sedang berkeringat dan kipas-kipas dirinya. Tak tahu apa yang dilakukan selanjutnya. Ada yang tak bisa duduk dan hanya berdiri. Saya sendiri rasa kasihan juga terhadap teman tadi, apalagi beliau seorang perempuan. Namun apa mau dikata, itulah realitas perjuangan para aktivis koperasi kredit/CU. Kadang mengalami hal-hal seperti demikian.

Perjalanan nun jauh itu sedikit terhibur dengan pemandangan kanan-kiri ditumbuhi pohon karet dan kelapa sawit. Sejauh mata memandang, kedua produk utama itu yang dilihat semua peserta kunjungan. Sebagian berdecak kagum termasuk penulis. Di dalam hati kecil penulis berguman,"Seandainya pemimpin Indonesia mengotimalkan hal ini dan diberi upah yang menarik maka tidak ada lagi ribuan bahkan jutaan anak negeri ini harus menngupahkan dirinya di Malaysia, Singapura, Tiongkok, Arab dll yang tak kadang menurunkan harkat dan martabat mereka sebagai anak bangsa dan sebagai sesama manusia. Pemimpin terlalu sibuk dengan diri sendiri, golongan dll sehingga lupa hal yang krusial dimaksud".

Perjalanan terus berlalu. Panas makin menyengat. Jalan tidak lagi semulus di daerah kota Provinsi. Ada lekak-lekuk meski tidak seberapa. Peserta mulai beradaptasi dengan keadaan sesungguhnya dibantu kernek bis bersangkutan membuka pintu dan cendela agar angin bisa keluar masuk. Dua setengah jam berlalu, kami mulai melihat Kantor CU Horas. Sebagian pengurus, pengawas, manajer dan staf berdiri berbaris menyambut peserta.

Menyadari kondisi sudah agak panas, peserta setelah berjabat tangan dan ungkapan 'say hello' seadanya, langsung diarahkan ke tempat minuman dengan menu khas kota Medan (Tebing Tinggi). Rasanya segar dan enak apalagi dilayani cewek-cewek cantik dan cowok-cowok ganteng para manajemen CU Horas dengan pakaian seragam kebanggaan mereka ...

Acara penyambutan selesai dilanjutkan dengan acara inti di dalam ruangan kantor. Aula memang kecil tetapi cukup memuat utusan peserta loknas. Acara dipandu oleh sekretaris pengurus dengan panduan: registrasi, Doa, Hymne CU, Perkenalan Fungsionaris CU Horas, Perkenalan Utusan Peserta Loknas, Presentasi CU Horas, Dialog, Pemberian Souvernir, Doa, Foto Bersama.

Hasiholan Manurung, Ketua Pengurus CU Horas menyampaikan selamat datang kepada peserta loknas dari seluruh Indonesia dan ucapan terima kasih sembari memperkenalkan cu-nya. CU Horas dimulai tahun 2000 yang disponsori oleh pendeta HKPB, O.S.T. Siregar. Dalam perjalanan terdapat berbagai masalah internal sehingga pernah mengalami kemandekkan dan baru bangkit kembali. Untuk lebih jelas nanti dalam acara presentasi. Hasiholan juga menyampaikan bahwa CU Horas baru berumur 12 tahun dan baru mau masuk usia pancaroba di tanggapi tawa sebagian peserta.

Sambuatan utusan peserta dibawakan oleh Marselus Sunardi, Wakil Ketua Inkopdit Jakarta. Sunardi mengatakan bahwa bukan ukuran waktu, aset, anggota, gedung bagi kemegahan koperasi kredit/CU melainkan semangat untuk memutuskan mata rantai kemiskinan bersama komponen negara lain. Itulah yang paling penting. "Kecil itu berkualitas sama dengan besar berkualitas".

Untuk itu, beliau menekankan kembali 5 syarat Kopdit/CU berlualitas versi ACCU-Bangkok:
1. Identitas. Koperasi kredit/CU itu besar, kecil atau pun menengah, harus terus dan tetap mempertahankan identitas CU yang dilahirkan dalam prinsip, nilai dan empat pilar yakni pendidikan, swadaya, solidaritas dan inovasi. Kopdit/CU itu walaupun besar namun tanpa identitas maka Kopdit/Cu itu patut dipertanyakan eksistensinya.
2. Partisipasi: Koperasi kredit/CU berkualitas harus melibatkan partisipasi positif seluruh komponen yang terlibat di dalam Kopdit/CU terutama anggota. Keterlibatan bisa dilakukan melalui pelatihan. Ada keterlibatan seluruh anggota maka Kopdit/CU itu bisa dikatakan berkualitas.
3. Modal/Capital: Kopdit/CU berkualits bukan terletak pada modal yang besar namun menjaga struktur modal yang berkelanjutan sesuai standar PEARLS.
4. Keberlanjutan: Kopdit/CU berkualitas sangat bergantung pada sustainabel yang terletak pada 'governance frame work" tata kelola yang baik, kerja by sistem bukan by perasaan.
5. Legal reform: Kopdit/CU berkualitas nampak dalam kepatuhan pada perundang-undangan dan tata auran yang berlaku.

Beliau juga menambahkan bahwa CU Horas, mudah-mudahan dengan kunjungan peserta CU dari seluruh Indonesia bisa memacu semangat untuk berubah agar tata kelola lebih baik dan anggota menuai kesejahteraan serta CU-nya besar, sehat, kuat dan profesional. Kelumpuhan masa lalu menjadi pembelajaran untuk lebih berhasil ke depan.

Hasiholan melanjutkan dengan presentasi tentang CU Horas. Ada macam-macam produk simpanan dan pinjaman. Ada kemajuan dan ada juga kemunduran terutama pada awal-awal perintisannya lantaran tidak menggunakan tata kelola yang baik sebab semuanya diruus oleh satu orang dan hanya dalam satu keluarga inti sendiri. Bersyukurlah bahwa tahun 2002 ada pembenahan manajerial sehingga CU ini bisa bangkit kembali hingga saat ini. HORAS artinya Hanya Oleh Rahamat Allah Saja selain ucapan selamat datang. Mohon maaf, penulis agak terlambat mengikuti penjelasan beliau dengan menggunakan LCD lantaran penulis langsung tertuju pada produk pinjaman adat.

Wah, hebat, ada jenis pinjaman adat. Penulis juga mengajukan pertanyaan tentang ini sebab di Kopdit penulis, rasanya pinjaman jenis ini meski tidak ada dalam produk namun sering anggota lakukan dan macet. Dalam surat permohonan, anggota menyatakan pinjaman produktif namun dalam pelaksanaannya untuk pembiayaan kegiataan adat. Tidak ada kembalinya hehehe. Luar biasa, di CU Horas ada jenis produk pinjaman adat namun tidak ada kredit macet (sedang mempelajari lebih dalam dengan meminta bantuan pada manajer via email).

Menarik juga bahwa CU Horas tidak menggunakan notaris dalam proses pelepasan pinjaman meski menggunakan jaminan sertifikat tanah namun dalam penyelesaian kredit macet menggunakan pengacara biasa dan itu sudah dilakukan tanpa kendala. Jaminan dialih hakkan ke dalam CU dan CU berhak menjual kepada pihak ketiga untuk melunasi hutang orang tersebut dan apabila ada kelebihan uang dikembalikan kepada anggota tersebut.

Hal menarik lain adalah bagi anggota yang macet, pengurus berani menghilangkan bunga dan denda namun kredit macet yang sudah diatas 5 tahun. Termasuk perekrutan manajemen yang diumumkan secara terbuka melalui gereja (Protestan) berdasarkan keputusan rapat pengurus dan masukan dari manajemen. Orang atau calon staf apabila sudah diterima diinapkan di kantor Kopdit/CU Horas selama 5 hari. Pagi dan siang calon staf bersangkutan melakukan kegiatan di lapangan dan malam hari diadakan pelatihan dan pendidikan oleh pengurus.

Inilah oleh-oleh kunjungan ke CU Horas.

Pengurus:
Ketua             : Hasiholan Manurung, S.Pd
Wakil Ketua  : Emron Hutagaol
Sekretaris      : Ridwan Harianja
Bendahara     : Marudut Silalahi, SE
Anggota        : Mersi Sibarani, S.Pd

Pengawas
Ketua           : Hasiholan Sibaruan
Sekretaris    : Salaha Tua Simatupang
Anggota      : Marisal Sihombing

Manajer
Vera Evalina Sinaga, S.Sos

Horas ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar