Senin, 04 Mei 2015

Tenaga Kerja Indonesia & MEA 2015 4

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang


2.1.4  Tantangan MEA atau AEC 2015
               Dalam menghadapi MEA atau AEC 2015, Indonesia masih mempunyai pekerjaan rumah yang harus ditingkatkan agar tetap memiliki daya saing. Pilar sosial-budaya, warga Indonesia belum mengenal ASEAN padahal salah satu kunci sukses adalah kolektivitas sesama Negara ASEAN agar perjuangan membentuk pasar tunggal bisa diraih secara lebih berhasil. Dikuatirkan bahwa Indonesia dengan populasi penduduk terbesar tidak bisa memanfaatkan peluang tetapi justru akan menjadi pasar bagi produk yang sejenis dari Negara ASEAN lainnya.

               Pilar ekonomi, negeri kita masih harus meningkatkan daya saing produk barang atau pun jasa. Indonesia mesti mengembangkan produk yang memiliki nilai tambah produk sehingga mengurangi impor yang telah ikut melemahkan kurs rupiah terhadap dollar saat ini. Pilar liberalisasi perdagangan, Indonesia harus terus meningkatkan daya kompetitif produk barang dan jasa UMKM (Humphrey Wangke, 2014) agar mampu menembus pasar bebas ASEAN yang terstandarisasi.  UMKM Indonesia memang ada sebagian yang sudah menembus pasar dunia namun yang lebih banyak belum terstandarisasi misalnya labelisasi, hak paten dan standar lainnya termasuk tenaga kerja terampil yang akan dibahas khusus dalam makalah ini.

2.1.5   Hal yang Perlu Dilakukan Indonesia Menyongsong MEA/AEC 2015
            Menghadapi berbagai tantangan maka Negara kita perlu melakukan beberapa hal agar tantangan dijadikan sebagai peluang dengan berbagai peran yang dimainkan. Ketua Kadin DKI Jakarta, Eddy Kentadi (tanpa tahun) memberikan tips-tips sebagai berikut: pertama, pemerintah pusat dan daerah melakukan kerangka kebijakan nasional yang mendorong daya saing global, kebijakan daerah yang harmonis-inovatif-pro iklim usaha, perlindungan dunia usaha nasional; kedua yang dilakukan adalah penguatan strategi penguasan domestik & ekspansi wilayah bisnis di ASEAN, UMKM tingkatkan kapasitas & kualitas produk-jasa serta manfaatkan TI-modal-SDM-bahan baku; ketiga, kalangan pekerja melakukan ubah budaya kerja, pertajam kompetensi, spesialisasi keahlian & dorong produktivitas, ASEAN sebagai pasar kerja potensial & basis pengembangan karier; ketiga, dunia akademik yang dilakukan adalah sistem menghasilkan manusia Indonesia optimis-kreatif-dinamis-berdaya saing, kembangkan tenaga vokasi handal-berkemampuan internasional; keempat, masyarakat umum yang dilakukan adalah poaktif meningkatkan pemahaman tentang AEC dalam melihat peluang yang ada, aktif menggunakan Produk-Produk dan Jasa asli Indonesia.

2.1      Kekuatan Tenaga Kerja dan Sosio-Kultural
2..2.1 Konsep Tenaga Kerja dalam Sosio-Kultural
               MEA/AEC 2015 juga melibatkan arus bebas tenaga kerja terampil dan sosio-kultural. Kekuatan tenaga kerja terampil dan sosio-kultural juga turut menentukan kebehasilan Indonesia dalam menyongsong MEA/AEC 2015. Setiap pakar memberikan batasan yang bervariasi. Peneliti Todaro (1995) dalam Suyanto dan Pratono (2000) mendefenisikan secara bebas bahwa tenaga kerja adalah orang yang memiliki kualifiaksi tertentu yang dalam operasionalnya dapat meningkatkan produktivitas. Ada pakar lain (Siswanto, 2002) merumuskan tenaga kerja fungsi pokok manajemen (tenaga kerja) dalam hubungannya dengan pelaksanaan tugas dan fungsi administratif dan operasional tenaga kerja dalam rangka mencapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya. Kualitas tenaga kerja ditentukan oleh sikap, pendidikan dan ketrampilan yang dimiliki karyawan sementara kuantitas tenaga kerja mencakup jumlah karyawan tersedia dengan ketrampilan yang dibutuhkan untuk memenuhi permintaan pasar kerja (Donald A. Ball, at el., 2007).

2.2.2  Karasteristik Tenaga Kerja & Sosio-Kultural
               Karateristik tenaga kerja yang dibutuhkan dalam menghadapi pasar bebas ASEAN alhir Desember 2015 menurut penelitian Suyanto dan Pratono, 2000 adalah jenis pekerjaan, tingkat pendidikan tenaga kerja, usia tenaga kerja, jenis kelamin tenaga kerja dan pengalaman kerja. Jenis pekerjaan yang dibutuhkan adalah manajer pendidikan dan pelatihan, administrator dan sales. Memang keduanya meneliti pada lowongan kerja pada media cetak namun rasanya jenis-jenis pekerjaan dimaksud yang dibutuhkan di era pasar bebas ASEAN.
               Tingkat pendidikan yang paling dibutuhkan adalah lulusan S1 memiliki prosentase tertinggi diikuti D3 dan terus ke bawah sementara S2 yang paling sedikit dibutuhkan lantaran hanya dibutuhkan untuk jenis pekerjaan top manager. Midle manager masih dengan tingkat S1. Usia tenaga kerja, yang paling dibutuhkan adalah usia berkisar 25 sampai 29 tahun. Itu berarti perusahaan atau lembaga bisnis membutuhkan orang-orang muda yang kreativitas masih tinggi ditunjang dengan kompetensi spesifik.
               Jenis kelamin memang hampir berimbang bagi laki-laki dan perempuan. Artinya kesetaraan jender sudah menjadi isu krusial dalam menyongsong MEA/AEC 2015. Lowongan pekerjaan untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 41% dan untuk perempuan 38% sementara yang tidak membedakan jenis kelamin sebesar 21%. Lowongan pekerjaan untuk laki-laki misalnya pekerjaan yang membutuhkan mobilitas tinggi seperti satpam, sales, teknisi sementara bagi perempuan cenderung pekerjaan yang membutuhkan kerapihan dan kejelian seperti administrator, akuntan, resepsionis dan sekretaris.
          
               Pengalam kerja, tenaga kerja yang dibutuhkan adalah pengalaman kerja minimal dua tahun keatas. Ini membuktikan bahwa perusahaan-perusahaan yang siap berkompetisi di pasar bebas ASEAN membutuhkan tenaga kerja yang pengalaman kerjanya mulai dua tahun ke atas sehingga agak jarang menggunakan tenaga kerja yang belum memiliki pengalaman sama sekali dalam bekerja. Penelitian ini memberikan awasan kepada tenaga kerja Indonesia untuk mempersiapkan diri agar mampu memanfaatkan kebutuhan tenaga kerja dalam era pasar bebas MEA/AEC 2015.
***
Diposting Malang, 4 Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar