Selasa, 12 Agustus 2014

Kuantitas Menentukan Kualitas

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sudah lama ada perbincangan di dalam lembaga kami baik primer maupun sekunder. Yang kita kejar kuantitas atau kualitas? Tentu dengan penekanan yang berbeda. Apabila yang kita bicarakan adalah anggota, modal dan aset mungkin kuantitas penting diperhitungkan namun apabila sudah masuk ranah kredit masalah maka yang ditekan di sana adalah kualitas.



Menarik untuk disimak dari satu buku yang berbicara tentang pengembangan diri atau memacu rasa kepercayaan diri. Baik Antony Robbins maupun Brian Tracy dalam buku-buku best-seller mereka lebih memacu orang untuk mengambil keputusan dan melakukan. Pengatahuan itu akan mewujud dalam tindakan, Untuk melakukan sesuatu jangan dulu pikir kualitas tetapi kuantitas melakukan akan dengan sendirinya melahirkan kualitas.

Membaca tulisan itu, awalnya saya bertanya-tanya seakan-akan tidak percaya. Boleh toh! Yang penting pertanyaan harus diikuti dengan penelusuran lebih lanjut demi meningkatkan pemahaman atau menolak premis yang sudah ada.

Membaca keseluruhan karya tulisan mereka saya bisa menemukan bahwa premis di atas ternyata benar atau dalam dunia penelitian dengan metodologi regresi bahwa ada hubungan signifikan. Kendati pun saya belum melakukan penelitian lebih lanjut hanya berusaha memahami ada yang tertera pada tulisan. Oh ya, hampir lupa, buku yang saya dalami untuk Antony Robbins bisa membaca dalam bukunya, "Unlimited Power dan Awaken the Giant Within" serta untuk Brian Tracy dalam bukunya, "The Power of Self-Confidence".

Menurut keduanya bahwa tindakan adalah pembentuk ketrampilan dan ketrampilan akan membuat suatu perkerjaan itu berkualitas. Benar juga, apabila kita mengandalkan kualitas suatu pekerjaan (hasil) tanpa melakukan, bagaimana hasil itu bisa didapatkan.

Untuk itu, mungkin baik juga tulisan ini menginspirasi kita agar terus melakukan hal-hal baik secara terus-menerus dan belajar dari sana supaya bisa menghasilkan yang berkualitas. Dalam kaitan dengna koperasi kredit atau credit union, yang pertama kita mengejar anggota yang banyak, modal yang melimpah dan aset yang berkembang sambil memperbaiki pelayanan serta mengurangi kredit bermasalah. Kredit bermasalah kerapkali menjadi momok yang mematikan buat koperasi kredit. Namun jangan takut perbesarkan frekuensi kuantitas pendidikan, kuantitas kunjungan, kuantitas konseling, kuntitas pendampingan usaha, lama-lama kualitas kredit bermasalah akan menjadi kredit yang produktif.

Selamat berkarya!

Malang, 12 Agustus 2014

2 komentar:

  1. Memilih mana yang lebih prioritas, apakah kualitas atau kuantitas ? Menurut Saya semuanya tergantung dari situasi dan kondisi. Ada saat dimana kita memang lebih mengedepankan kualitas, disisi lain bisa saja justru kuantitas yang diperlukan.

    Saya mau ambil contoh dalam kasus kelaparan yang sedang melanda suatu daerah. Jika bahan pangan yang berkualitas terbatas, sementara banyak warga yang membutuhkannya, maka tindakan yang tepat adalah bagaimana caranya agar bahan makanan sebanyak mungkin bisa di suplai, tanpa perlu memikirkan dulu kualitasnya.

    Dalam kasus yang berbeda misalnya kita akan mengekspor bahan pangan ke luar negeri yang mensyaratkan kualitas tertentu, maka bahan pangan yang berkualitas buruk meskipun banyak tidak ada gunanya. Lebih baik sedikit namun kualitasnya baik sehingga bahan pangan tersebut bisa di ekspor.

    Semoga bermanfaat,

    Salam persahabatan,

    J. Haryadi

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih pak masukannya yang sangat luar biasa. Saya juga sependapat dengan bapak hanya mungkin sudut pandang para ahli yang sempat saya kutif lebih menekanan kosistensi melakukan (kuantias) akan melahirkan kualitas hehehe sukses selalu pak

      Hapus