Minggu, 03 Agustus 2014

Dampak Makam Bung Karno bagi Kebangkitan UKM di Blitar

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Makam Bung Karno menjadi daya tarik tersendiri. Saban hari setiap orang datang berkunjung di tempat ini untuk berziarah dan melakukan doa menurut iman dan kenyainan masing-masing peziarah. Kunjugan para peziarah meningkat tajam apabila ada hari libur atau hari libur perayaan keagamaan tertentu teristimewa perayaan Idhul Fitri.



Peningkatan kunjunan peziarah ke Makam Bung Karno membawa berkah bagi UMKM di sekitarnya terutama di daerah sekitar Makam di Blitar. Menurut pengamatan pribadi penulis yang dilakukan secara spintas pada kunjugan tanggal 31 Juli 2014 membuktikan hal itu.

Tarif bus antar kota dari Malang ke Blitar yang ber-ac pada hari-hari biasa Rp10,000-12,000 per orang naik menjadi Rp20,000. Hal ini penulis ketahui ketika sebagian penumpang mangatakan bahwa koq ada kenaikan cukup tajam. Namun bagi penulis, justru merasa sebaliknya sebab jarak tempu 60 km dari Malang dengan biaya Rp20,000 per penumpang dirasakan cukup murah dibandingkan dengan jarak tempuh yang sama di daerah penulis, Flores.

Baru bus saja, para pengusaha UMKM mendapatkan tambahan pendapatan. Setiba di lokasi baik di terminal maupun tempat singgah sementara, sudah tersedia para tukang becak atau dolman. Rata-rata per penumpang hari biasanya Rp10,000 namun pada hari raya naik menjadi Rp25,000 per becak dengan penumpang 2 orang.

Di sini UNKM mendapatkan kenaikan pendapatan. Belum lagi di sekitar makam, ada penjualan makan minum. Yang paling menarik penulis adalah ketika setelah kunjungan di museum dan makam Bung Karno, sejumlah pengunjung diarahkan secara bebas melalui jalur para penjual souvernir dan tekstil. Ada beragam souvernir yang dijual di sana. Yang lebih menarik adalah tempat laluinya para ziarah. Dibuat sedemikian rupa meski agak berliku dan berdesakan tetapi route itu dirancang sedemikian rupa sehingga para peziarah langsung berhadapan muka dengan para penjual.

Inilah pemasaran yang dirancang agar kunjugan para peziarah tidak hanya mengalami pengalaman spiritual dan kisah sejarah namun juga mendapatkan akses pada souvernir yang diinginkan dan masyarakat di sekitar wilayah itu mendapatkan peningkatkan pendapatan keluarga dan tentu akan meningkatkan PAD Kabupaten Blitar. Ini juga namanya mengoptimalisasi pendapatan melalui ekonomi kreatif.

Apabila seluruh pemerintah kabupaten di seluruh Indonesia memikirkan dan menerapkan hal ini maka tidak akan ada lagi keluhan kekurangan PAD demi kesejahteraan rakyat banyak melalui peningkatan infrastruktur demi kelancaran akses keluar masuk masyarakat di suatu daerah. Pariwisata baik rohani maupun jasmani senantiasa dibarengi dengan pemberdayaan masyarakat setempat serta peningkatan pendapatan asli daerah.

Memang agak mudah dilakukan pada daerah-daerah yang padat penduduk ataupun infrastruktur yang sudah memadai. Namun apabila ada kemauan untuk memulai tidak ada yang mustahil. Selamat mencoba!

Ditulis ulang tanggal 03 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar