Kamis, 07 Agustus 2014

Koperasi Kredit & Aktivitas Penelitian

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Koperasi kredit atau credit union di Indonesia sudah dimulai sejak 1970-an dengan diutusnya A.A. Bailay dari WOCCU (Dewan Koperasi Kredit Dunia) ke Indonesia. Pembenihan di Jakarta lalu berkembang ke seluruh Indonesia oleh para aktivis setia dan salah satu nama yang patut disebut dari sekian nama adalah Pastor Albert Karim Arbie, SJ. Dibawah kepemimpinan beliau, benih koperasi kredit atau credit union itu berkembang ke seluruh pelosok tanah air termasuk di Ende, Flores.



Flores itu sendiri dikembangkan dua sayap yakni bagian Timur dan bagian Barat. Bagian Timur sekarang dikomandani Puskopdit Swadaya Utama sementara bagian Barat dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri dengan mancakup tiga kabupaten yakni Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo. Data per 31 Desember 2013 memiliki anggota personal 104,818 dari 46 koperasi kredit dengan aset atau kekayaan Rp718 Miliar lebih sementara data per 31 Mei 2014 meningkat menjadi anggota individu 109,233 dan aset atau kekayaan menjadi Rp757 Miliar lebih.

Angka-angka itu merupakan visualisasi dari perjuangan dan pengorbanan tak kenal lelah dengan tetap tidak meninggalkan nilai-nilai awal yang dikembangkan koperasi kredit. Pertumbuhan dan perkembangan yang cukup signifikan tersebut tidak terlepas dari berbagai terobosan atau inovasi yang dilakukan para fungsionaris koperasi kredit yang distimulasi Puskopdit Flores Mandiri dengan materi utamanya pendidikan dan pelatihan serta pengembangan SDM para staf Puskopdit sendiri.

Pendidikan dan pelatihan yang baik dan terprogram telah merangsang strategi pengembangan koperasi kredit agar bisa tetap bersaing dengan lembaga keuangan lain secara berimbang dan bermartabat. Persaingan itu bukannya makin melemah malah semakin gencar dengan kehadiran sesama gerakan atau pun gerakan lembaga keuangan lain dalam rangka menyambut MEA tahun 2015 dan pasar bebas dunia 2020.

Kehadiran sesama gerakan menjadi mitra pendidikan kritis agar koperasi kredit senantiasa melakukan inovasi produk simpanan dan pinjaman, inovasi sistem dan mekanisme pelayanan, inovasi jangkauan luas pelayanan, inovasi pembangunan tempat pelayanan yang nyaman meski ada sedikit masukan atau input kritis bahwa koperasi kredit sekarang ini makin elitis, inovasi program pendidikan kritis, inovasi pelayanan kedukaan dan lain sebagainya.

Salah satu terobosan yang coba dibuat Puskopdit Flores Mandiri dengan mendirikan investasi alternatif yakni Hotel Puskopdit Flores Mandiri serta menjadikan Hotel Flores Mandiri sebagai pusat pembelajaran ilmu praktis bagi seluruh aktivis 46 koperasi kredit primer. Untuk mewujudkan ide atau terobosan besar itu, manajer dengan persetujuan pengurus berusaha mengirimkan tenaga-tenaga fasilitator (staf senior) Puskopdit Flores Mandiri untuk melanjutkan studi ke jenjang S2 dengan spesifikasi juga sesuai kebutuhan lembaga namun tetap memfokuskan diri pada manajemen. Ada yang mengambil manajemen kosentrasi keuangan, SDM dan pemasaran.

Tentu dengan harapan, teman-teman yang telah melakukan studi ke jenjang S2 lebih memberi daya ungkit perubahan program dan pelayanan koperasi kredit ke arah yang lebih profesional dalam rangka mencipta keunggulan daya saing sehingga keberlanjutan lembaga dapat tetap terjaga.

Untuk merealisasikan semua ide besar tersebut tentu berangkat dari keprihatinan atau permasalahan yang dihadapi. Kita butuh suatu kajian mendalam agar permasalahan yang nampak itu dicari akarnya sehingga persoalan tersebut bisa dipecahkan secara tepat, cepat dan jitu. Untuk mencapai hal itu, butuh penelitian yang lebih komprehensif dengan metode-metode yang lebih ilmiah  yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmu pengatahuan.

Oleh karena itu, sudah saatnya, koperasi kredit atau pun puskopdit melihat dan menyadari bahwa aktivitas penelitian sesuatu yang urgen untuk dilakukan. Kehadiran aktivitas penelitian bisa membantu menemukan masalah dan juga memberikan solusi alternatif yang lebih cerdas dan akuntabel. Aktivitas penelitian membantu para manajer dan pengurus mengambil keputusan yang juga tepat sebab para ahli mengatakan bahwa "Apabila sudah menemukan masalah secara tepat maka 90% sudah ada solusinya".

Menyangkut masalah, Prof. Dr. Sugiono dalam bukunya, "Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D" Alfabeta Bandung, 2012 menyatakan bahwa penelitian hendaknya berangkat dari masalah atau adanya permasalahan. Masalah adalah menurut Sugiono, suatu bentuk penyimpangan dari apa yang seharusnya dengan apa yang terjadi, penyimpangan antara rencana dengan pelaksanaan, penyimpangan antara teori dengan praktek serta penyimpangan antara aturan dengan pelaksanaan. Masalah itu muncul pada ruang dan waktu tertentu, tambahnya.

Oleh karenanya, seorang peneliti hendaknya dalam melakukan penelitian:
1. Menentukan masalah/fokus.
2. Memasuki lapangan penelitian.
3. Menentukan sumber data.
4. Melakukan analisis data.
5. Melakukan uji keabsahan data.
6. Membuat kesimpulan: rinci, jelas, sistematis dan dapat dipercaya.

Koperasi kredit mampu melakukannya secara baik.
Semoga!

Malang, 8 Agustus 2014


Tidak ada komentar:

Posting Komentar