Minggu, 17 Agustus 2014

Ada Kebaikan di HUT Kemerdekaan ke-69 Hari Ini

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Bangun pagi-pagi. Mempersiapkan diri seperlunya dan berangkat ke Gereja dengan menggunakan jasa angkot yang berkode ADL. Hingga detik ini saya sendiri belum memahami kepanjangan kode-kode bersangkutan. Yang penting apabila mau ke gereja A, tunggu di tempat C dan naik angkot kode ADL. Apabila mau ke gereja B, tunggu di tempat D dan naik angkot LDG. Kode-kode angkot menjadi langganan ingatan agar tidak salah sasaran. Yang menarik di sini, setiap sopir taat pada PERDA mengenai ongkos.



Angkot tidak menggunakan jasa kondektur. Hanya sopir seorang diri. Rata-rata usia para sopir di atas 30 tahun sehingga taat aturan lalulintas, taat lein dan taat harga yang harus dibayar penumpang. Di sini juga, pemerintah dan polisi tegas dan konsisten dengan aturan harga tersebut sehingga para sopir angkot tidak pernah macam-macam. Para sopir juga senantiasa menyiapkan uang kecil untuk setiap rupiah yang harus dikembalikan kepada penumpang.

Perjalanan menggunakan jasa angkot kurang lebih satu bulan di sini, dirasakan nyaman dan tanpa ada keributan para sopir apalagi sopir dengan penumpang. Orangnya juga ramah-ramah meski ada satu dua sopir yang larinya wah kadang-kadang saya mengingat sopir bemo di kota saya sendiri.

Saya melukiskan ini sebagai kenangan dengan apa yang saya alami di kota kita. Para sopir lari antar penumpang meski bukan jalurnya dan meminta harga yang hujan angin terutama penumpang muka baru apalagi yang baru dari kota-kota besar. Tarif yang seharusnya 3-4,000 bisa naik 100 kali lipat ada yang 10,000 hingga 50,000 per penumpang. Dampak yang ada, kebanyakan orang enggan atau acuh dengan acuh dengan bemo atau angkot kecuali memang sudah kesasar tanpa kendaraan lain. Belum lagi satu bemo dengan kondekturnya bisa lebih dari satu atau bahkan melebih penumpang maka ini juga menjadi salah satu sebab melebih-lebihkan harga dari tarif yang sesungguhnya.

Ok. Tidak apa-apa, lain ladang lain ikannya. Namun kita berharap pemerintah kita serius mulai menata hal-hal seperti ini apalagi kota kita juga sebagai kota pelajar. Kasihan para pelajar yang baru masuk atau keluarga yang mau mengunjungi anak-anak mereka, kadang mereka harus mempersiapkan biaya lebih yang tidak perlu atau biaya yang tidak sesuai tarif apabila tidak mau bertengkar atau ribut-ribut sama sopir atau kondektur bemo kota kita.

Hari ini, hari ulang tahun proklamasi kita yang ke-69. Saya berangkat ke gereja bersama sejumlah ibu-ibu yang sudah ada di dalam angkot. Pikir saya, mereka ibu-ibu ini akan melakukan apel bendera. Oh, ternyata mereka satu tujuan dengan saya, mau mengikuti perayaan ekaristi (katolik, red) yang juga mempersembahkan secara khusus tentang HUT Kemerdekaan bangsa kita yang ke-69.

Usia ibu-ibu dan bapak yang ada di dalam angkot, lebih dari 50 tahun. Saya pun mendekati. Kurang dari 3 tahun kemudian hehehe. Waktu angkot menyamping di pinggir jalan dan berhenti, kami semua bergegas turun dan saya turun paling awal karena duduk di dekat pintu keluar. Saya mengambil uang lima ribuan untuk menyerahkan kepada sopir.

Spontan seorang ibu dari dalam angkot, biar mas, sudah dibayar. Saya spontan mengatakan biar bu, masih ada uang koq. Tidak apa-apa mas. Saya berpikir hanya saya yang dibayar, masih memegang uang lima ribuan tadi, ternyata semua penumpang satu angkot dibayar oleh ibu tadi.

Wah, HUT dan hari Minggu yang spesial. Ke gereja untuk mendapatkan kekuatan lahir batin serta ada donatur yang membantu membayar ongkos angkot lagi. Ternyata, kebaikan itu masih ada di kota-kota besar. Pengorbanan seorang ibu patut menjadi contoh. Di tengah hiruk pikuknya angka belanjaan keluarga, namun ia masih sempat berbuat baik meski kecil angkanya, iya setiap orang Rp3,000. Namun nilai sungguh luar biasa apalagi di tengah kehidupan kota yang makin individualistis dan hedonistis ini.

Oh Tuhan, terima kasih, kebaikan dan cinta-MU kami rasakan melalui getaran-getaran kebaikan seorang ibu hari ini. Saya mengucapkan terima kasih sambil mengancungkan ibu jari kepada ibu tadi. Ia tersenyum dan mungkin bangga di dalam hati.

Mudah-mudahan tindakan ibu hari ini menginspirasi kita kaum muda untuk melakukan nilai-nilai kebaikan meski kehidupan pribadi dan keluarga kita masih pas-pasan. Kebaikan Tuhan akan melimpahkan kepada orang yang senantiasa berbuat baik dan berbagi secara bertanggungjawab.

Merdeka. Dirgahayu ke-69 Kemerdekaan RI. Masih ada kebaikan di dalamnya.

Malang, 17 Agustus 2014

Tidak ada komentar:

Posting Komentar