Rabu, 15 Juni 2016

Pemberdayaan Wirausaha Anggota Koperasi Kredit Sangosay 3

Oleh Kosms Lawa Bagho
Mahasiswa S2 Manajemen Universitas Negeri Malang



PEMBAHASAN
Di tengah berbagai tantangan itu ada satu spirit atau antusiasme bahwa Koperasi Kredit Sangosay sejak awal pembentukannya sudah mengarahkan visi dan misinya untuk pemberdayaan usaha anggota. Dari berbagai wawancara, para informan kunci menyatakannya secara jelas dan transparan bahwa memang kehadiran koperasi kredit membebaskan mereka dari persoalan-persoalan kehidupan rumah tangga, saling membantu satu sama lain, meningkatkan derajat hidup yang lebih bermartabat, membebaskan mereka dari utang serta melatih mereka mengembangkan usaha produktif.

Berangkat dari tantangan-tantantangan pemberdayaan wirausaha yang ada selalu ada jalan keluarnya. Ketika mewawancarai anggota tentang bagaimana koperasi kredit mengembangkan usaha-usaha produktif anggota dan jalan keluar yang ditempuh, anggota muda, Rudolf A. Wogo (RAW) pun menyatakan, “Saya suka dengan koperasi kredit ini yang sangat memperhatikan modal usaha melalui pinjaman produktif dengan plafon yang semakin tinggi. Saya simpan dan pinjam hanya di koperasi kredit ini. Sebagai seorang pengusaha atau wirausaha, saya pinjam untuk usaha-usaha produktif seperti foto copy, rumah makan, studio rekaman dan percetakan. Saya pinjam terakhir senilai Rp200 juta sejak awal pinjam kecil-kecil. Untuk jalan keluar yang bisa saya sampaikan adalah (1) tetap melakukan pendidikan, pelatihan dan pendampingan; (2) tingkatkan terus sharing usaha anggota sukses; (3) konsisten membawa anggota pada kunjungan usaha sukses dan (4) ikutkan kami lebih sering pada pameran-pameran usaha atau kalau boleh di kantor ada ruangan khusus untuk pamer usaha anggota dan terakhir (5) kalau boleh bisa menaikkan lagi plafon pinjaman usaha produktif (agak sedikit malu-malu) menyebut angka 400 sampai 500 juta rupiah. Saya yakin, usaha-usaha produktif anggota dikembangkan secara baik maka anggota akan lebih cepat dan lancar mengembalikan angsuran dan mau pinjam lagi di koperasi kredit. Apa pun, saya berterima kasih banyak kepada koperasi kredit sehingga menghantar saya, keluarga dan usaha saya sampai sejauh ini. Benar-benar diluar perkiraan saya sebelumnya” (RAW, 7).
Dari paparan wawancara di atas menunjukkan anggota sangat apresiasi terhadap koperasi kredit yang tidak lagi hanya memperhatikan kebutuhan dasar anggota tetapi juga mulai memikirkan dan melakukan tindakan memotivasi atau pun mendukung usaha-usaha produktif anggota yang sudah ada. Anggota masih meminta agar koperasi kredit meningkatkan plafon pinjaman. Ini tentu harus didukung dengan kajian mendalam dan regulasi yang mendukungnya. Peningkatan plafon ini baik namun harus juga memperhatikan distribusi pinjaman kepada semua anggota secara adil.
Dukungan untuk pemberdayaan wirausaha anggota juga diungkapkan anggota lama atau anggota tua, Theresia Ngewi (TN). Beliau mengungkapkan kepada peneliti, “Mungkin pengurus dan manajemen koperasi kredit perlu memikirkan untuk menginventarisasi potensi usaha atau usaha anggota yang sudah jalan. Setelah inventarisasi, anggota perlu diberi pelatihan keterampilan berdasarkan kategori usaha dengan memberikan pinjaman pada usaha yang cepat menghasilkan. Perlu juga beri penjelasan lanjutan tentang pembukuan usaha anggota meski waktu pendidikan dasar koperasi kredit, kami sudah diberikan penjelasan tentang P3K (Perencanaan Pendapatan dan Pengeluaran Keluarga) termasuk buku kas harian. Namun kami sering campur buku kas keluarga dan buku kas usaha bahkan tidak ada sama sekali sehingga tidak tahu untung ruginya. Satu hal yang juga penting adalah damping lebih serius pada usaha-usaha anggota yang cepat menghasilkan dan memberikan pinjaman kepada anggota yang benar-benar mau berusaha” (TN, 6).
Jelas bahwa anggota mau berwirausaha untuk meningkatkan kehidupannya yang lebih sejahtera dan membantu keberlanjutan koperasi kredit melalui pinjaman pada usaha anggota yang cepat menghasilkan dan anggota yang benar-benar mau berusaha. Anggota masih membutuhkan dampingan, pelatihan dan konsultasi yang berkaitan dengan pengembangan usaha  dan pencatatan usaha yang senantiasa masih menjadi titik kritis tantangan untuk berwirausaha secara sukses.
Harapan anggota sepertinya juga menjadi jawaban general manajer, Lodofikus Lenga (LL) yang menyatakan, “Sejak beberapa tahun terakhir, kami mengalokasikan pinjaman modal usaha produktif dengan angka yang semakin meningkat, melakukan pendampingan usaha anggota, meningkatkan pendidikan keterampilan anggota, meningkatkan pendapatan anggota serta meningkatkan kemampuan menyimpan dan mengembalikan pinjaman. Untuk tahun 2015, kemampuan mengembalikan cukup baik dengan prosentasi kredit macet cuma 0,91% dari standar < 5%. Jalan keluar dari tantangan yang kami tempuh adalah terus melakukan pendidikan dan pelatihan, sharing pengalaman usaha, studi banding usaha serta terakhir kami mulai coba seleksi karyawan lintas bidang ilmu sesuai usaha anggota, juga melibatkan para wirausaha anggota koperasi kredit pada pameran yang diadakan pemerintah” (LL, 4 ).
Pernyatan general manajer menunjukkan sekali lagi komitmen dan konsistensi koperasi kredit ini pada upaya pemberdayaan wirausaha anggota. Ada terobosan baru untuk merekrut karyawan dari berbagai lintas bidang ilmu sesuai usaha anggota, tidak hanya terbatas hanya pada akuntansi dan manajemen. Seleksi seperti ini diharapkan manajemen lebih mampu memberi pelatihan, konsulitasi dan pendampingan usaha-usaha anggota yang sangat bervariatif.
Sementara salah seorang manajer cabang, Fransiskus X. Lai (FXL) kepada peneliti berujar singkat tentang bagaimana jalan keluar yang ditempuh terhadap berbagai tantangan pemberdayaan wirausaha anggota. Ia pun menyampaikan, “Memberikan pinjaman anggota yang mempunyai usaha produktif,  melakukan survey usaha sehingga lancar dalam pengembalian dan membuat perputaran modal lebih cepat, pinjaman usaha produktif dengan angka tertentu perlu ada jaminan tambahan selain simpanan pada koperasi kredit. Jaminan terutama apabila ada bencana usaha.” (FXL, 5).
Manajer cabang menambahkan agar pemberdayaan wirausaha anggota lancar dan optimal perlu dilakukan survey usaha anggota terutama bagi anggota yang pinjam untuk usaha produktif dengan angka yang semakin tinggi. Juga perlu ada jaminan tambahan selain simpanan dan dana perlindungan bagi anggota yang mengalami bencana usaha atau pun meninggal dunia. Jaminan perlindungan (Daperma dari lembaga yang lebih tinggi, Inkopdit = Induk Koperasi Kredit di Jakarta) memberikan jaminan hanya plafon tertentu dengan batas usia tertentu.
Upaya pemberdayaan wirausaha anggota oleh koperasi kredit juga disuarakan  penasihat, Thomas Dola Radho (TDR) yang menyatakan, “Yang selama ini kami buat adalah pendidikan untuk memotivasi anggota menggunakan pinjaman berorientasi usaha produktif sesuai potensi dan peluang pasar seperti pertanian, peternakan, kios, jasa kendaraan, jasa hiburan (soundsystem waktu pesta), jasa konstruksi dan toko. Saya lihat juga pengurus menyiapkan prosentasi pinjaman investasi lebih besar sehingga anggota bisa melakukan pinjaman investasi demi menciptakan rasa aman waktu sudah pension dan tidak kerja lagi” (TDR, 3).
Wawancara di atas menunjukkan bahwa wirausaha anggota tak perlu memikirkan yang tinggi-tinggi, cukup kembangkan usaha yang sudah menjadi keseharian. Apabila itu bisa dikembangkan maka pendapatan anggota akan meningkat dan meningkat pula pendapatan koperasi kredit karena anggota bersangkutan lancar mengembalikan pinjaman. Untuk prosentasi pinjaman investasi atau produktif berdasarkan regulasi (pola kebijakan koperasi kredit) dan laporan keuangan yang peneliti peroleh memang angka plafon pinjaman produktif bisa sampai Rp200 juta sementara pinjaman umum atau kesejahteraan hanya dengan plafon tertinggi Rp150 juta. Ini menunjukkan bahwa Koperasi Kredit Sangosay Ngada benar-benar berupaya memberdayakan wirausaha anggota.
Pemberdayaan wirausaha anggota lebih lantang disuarakan pengurus koperasi kredit, Philipus Lusi (PL). Beliau menyatakan kepada peneliti ketika menyinggung bagaimakah koperasi kredit Bapak mengembangkan usaha-usaha produktif anggota, “Baik. Ini pertanyaan yang sulit dan saya berusaha menjawab satu persatu, mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran atau rasa ingin tahu peneliti. Saya pikir pertanyaan ini sangat penting demi pertumbuhan, perkembangan koperasi kredit kami secara berkelanjutan. Seharusnya, kami terus melakukan evaluasi bagian yang penting ini. Yang kami lakukan adalah pertama, menginventarisir usaha ataupun potensi usaha anggota yang perlu dikembangkan. Berdasarkan inventarisasi tersebut kami berikan pendampingan dan pelatihan dan juga menyiapkan pinjaman khusus untuk usaha produktif mulai dari kecil, menengah dan besar sesuai kebutuhan usaha anggota. Kami juga mulai merekrut calon karyawan berdasarkan usaha anggota sehingga mereka kelak bisa menjadi konsultan usaha anggota sebab kami percaya bahwa apabila usaha produktif anggota berhasil akan meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga anggota, anggota sejahtera dan koperasi kredit dapat mengurangi kredit macet sebab anggota tertib mengangsur pinjaman, juga melalui usaha ini dapat memperluas segmen anggota dan meningkatkan partisipasi anggota yang tinggi terhadap koperasi kredit. Jalan keluar yang kami tempuh memberikan pelatihan, pendampingan kepada kelompok-kelompok kategori usaha, sharing usaha bagi wirausahawan/i yang berhasil dalam pra-RAT, RAT (Rapat Anggota Tahunan) maupun pertemuan-pertemuan serta usaha pada masing-masing anggota. Saya mau katakan bahwa usaha produktif anggota sukses, koperasi kredit berkelanjutan” (PL, 1).
Wawancara di atas berkali-kali menegaskan komitmen Koperasi Kredit Sangosay memberdayakan wirausaha anggota dengan berbagai kegiatan yang dilakukan. Koperasi Kredit Sangosay melihat tantangan sebagai peluang untuk lebih memberdayakan wirausaha anggota. Pendidikan, pelatihan dan pendampingan terus berulang-ulang diutarakan para informan kunci dan yakin bahwa wirausaha atau usaha produktif anggota sukses, koperasi kredit ini akan berkelanjutan.
Pendidikan, pelatihan dan pendampingan yang menjadi solusi atas tantangan pemberdayaan wirausaha anggota disampaikan lagi secara singkat oleh pengawas yang adalah juga dokter bagi koperasi kredit, Wenslaus Naru (WN). Beliau berkata singkat, “Solusi yang bisa ditawarkan adalah sekali lagi ‘jangan bosan-bosan’ melakukan pendidikan dan pendampingan, sharing pengalaman usaha dan dilibatkan dalam pameran usaha” (WN, 2).
Pentingnya pendidikan, pelatihan dan pendampingan dan pembinaan anggota selaras dengan penelitian Sutrisno (2011) dengan judul “Makna Pendidikan Koperasi Dalam Tahapan Pengembangan Untuk Mewujudkan Peran Anggota Sebagai Partisipan (Studi Kasus pada Koperasi Serba Usaha Makmur Sejati Malang). Sutrisno meneliti faktor-faktor yang mendukung makna pendidikan anggota dalam mewujudkan peran anggota sebagai partisipan koperasi. Dengan pendekatan kualitatif, penelitian Sutrisno memberikan hasil bahwa ada empat faktor yang mempengaruhi yakni kekuatan internal koperasi, tahapan pendidikan anggota, pengembangan model praktik terbaik dan pengembangan dimensi layanan yang mengembangkan koperasi. Pendidikan koperasi bisa mengembangkan koperasi dan pemberdayaan anggota sebagai kekuatan utama.
Hal yang hampir senada juga diungkapkan peneliti Nirbito (2001) dengan judul “Pembinaan Anggota Untuk Memberdayakan Koperasi di Koppas dan Kopwan Jawa Timur”. Nirbito meneliti anggota koperasi berposisi sebagai pengguna-pemilik, pengguna-pengendali dan pengguna-penikmat. Dengan menggunakan metode kualitatif empiris menunjukkan bahwa kualitas program pembinaan anggota secara signifikan berpengaruh positif pada kualitas individu anggota, kualitas kinerja organisasi, kualitas kinerja usaha dan kualitas keberhasilan pencapaian tujuan koperasi.
Dari berbagai hasil wawancara pada informan kunci menegaskan bahwa Koperasi Kredit Sangosay sangat berupaya keras memberdayakan wirausaha anggota untuk peningkatan kualitas hidup sebagai pribadi, keluarga dan masyarakat dan juga memberdayakan koperasi kredit secara berkelanjutan.
Secara keseluruhan usaha pemberdayaan wirausaha anggota sejak awal pembentukan sudah dilakukan dan diniatkan Koperasi Kredit melalui program motivasi, pendidikan, pelatihan, berbagai sharing serta pameran usaha dan pengalokasian plafon pinjaman usaha produktif yang lebih besar. Namun demikian, tujuan atau misi pemberdayaan wirausaha anggota belumlah optimal. Hal ini bukan berasal dari koperasi kredit semata seperti kemampuan dan ketrampilan usaha pendampingan melainkan juga berasal dari tantangan pribadi anggota itu sendiri seperti masih ada pola hidup boros, mau cepat dapat hasil tanpa berusaha lebih keras atau budaya instan, belum ada ketekunan membuat atau mencatat buku kas keuangan keluarga dan buku kas usaha serta belum membedakan keduanya atau pun berwirausaha hanya mau mengikuti tetangga sehingga wirausaha anggota bersangkutan belum dikembangkan secara optimal.
Walapun demikian, Koperasi Kredit Sangosay telah memberikan capaian-capaian yang nyata melalui tambahan anggota keseluruhan serta anggota pinjaman produktif juga meningkat, ada tambahan simpanan, tabungan, pinjaman, pendapatan, SHU dan aset di dalam koperasi kredit. Belum lagi prosentasi kredit lalai yang kecil menunjukkan kinerja kerja organisasi cukup positif. Untuk berbagai perkembangan atau pertambahan Koperasi Kredit Sangosay tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik-grafik berikut ini:

Grafik  3:

Grafik 4:

Grafik 5:
Keterangan: dalam Ribuan.

Data-data diatas menjelaskan bagaimana upaya Koperasi Kredit Sangosay berupaya keras memberdayakan wirausaha anggota sehingga tiga tahun terakhir,  pertumbuhan anggota secara keseluruhan, pertumbuhan anggota pinjaman produktif dan jumlah pinjaman produktif terus meningkat meski prosentasinya masih kalah dengan pinjaman kesejahteraan. Pertumbuhan-pertumbuhan itu menyebabkan masyarakat mau menjadi anggota dan menginvestasi uangnya pada Koperasi Kredit yang terus meningkat tiga tahun terakhir dapat dilihat pada grafik pertumbuhan simpanan, tabungan anggota dan aset koperasi kredit berikut ini:

Grafik 6:
Keterangan: dalam Ribuan

Tabungan anggota merupakan investasi semakin percayanya anggota dan masyarakat kepada Koperasi Kredit Sangosay sementara simpanan anggota terdiri atas simpanan pokok dan simpanan wajib yang juga terus meningkat tiga tahun terakhir. Aset dan kekayaan Koperasi Kredit Sangosay mendekati angka 0,4 triliun rupiah. Suatu angka yang tidak kecil bagi koperasi kredit primer di daerah Flores, Nusa Tenggara Timur yang terkenal dengan provinsi miskin itu.
Capaian-capaian angka-angka statistik di atas menunjukkan sekali lagi komitmen dan konsistensi Koperasi Kredit Sangosay, Ngada, Nusa Tenggara Timur berusaha keras memberdayakan wirausaha anggota sehingga pertumbuhannya cukup signifikan.

KESIMPULAN

            Koperasi Kredit Sangosay, Ngada, Nusa Tenggara Timur sejak pembentukannya sudah memiliki komitmen, arah pemberdayaan wirausaha anggota melalui program pendidikan, pelatihan dan pendampingan. Program ini membangkitkan dan memotivasi anggota untuk berwirausaha secara optimal. Pendidikan, pelatihan dan pendampingan menjadi roh utama dalam pengembangan Koperasi Kredit Sangosay sehingga mampu memberdayakan wirausaha para anggotanya.
            Selain program pendidikan, pelatihan dan pendampingan, Koperasi Kredit Sangosay juga memberdayakan anggota melalui sharing pengalam sukses, melakukan kunjungan pada anggota sukses berwirausaha, mengikutsertakan para wirausahawan/i pada pameran usaha baik yang dilakukan pemerintah maupun swasta serta yang juga mengemuka adalah meningkatnya pengalokasian plafon pinjaman produktif bagi anggota yang benar-benar melakukan wirausaha melalui berbagai survey dan inventarisasi.  Paling akhir, koperasi kredit ini mulai seleksi calon karyawan dari berbagai lintas disiplin ilmu sesuai kategori usaha anggota yang selama ini lebih mempriritaskan bidang akuntansi dan manajemen keuangan.
            Di tengah perjuangan dan program yang mendatangkan antusiasme bagi pemberdayaan anggota, masih terdapat juga berbagai tantangan. Tantangan itu bisa datang dari koperasi kredit dan anggota itu sendiri. Tantangan dari koperasi kredit seperti pelatihan dan pendampingan yang belum optimal, ketrampilan atau kompetensi staf yang masih terbatas serta pengalokasian pinjaman produktif yang masih terus ditingkatkan disesuaikan dengan kemampuan dan volume usaha anggota.
            Tantangan dari anggota itu sendiri seperti pola hidup boros, pesta, pinjam lebih banyak untuk usaha memenuhi kebutuhan dasar (kesejahteraan), kurang tekun berusaha, berwirausaha hanya karena ikut-ikutan, kurang tekun mencatat buku kas usaha dan belum memisahkan buku kas rumah tangga keluarga dan buku kas usaha bahkan ada yang mengatakan bahwa tidak ada buku catatan keuangan sama sekali. Berbagai tantangan ini sekaligus menjadi peluang baik bagi anggota maupun pihak koperasi kredit untuk mengatasinya secara efektif.

SARAN

            Berangkat dari pembahasan dan kesimpulan di atas maka penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut:

1.    Pengurus Koperasi Kredit Sangosay tetap menjalankan program motivasi, pendidikan dan pelatihan dengan materi-materi yang lebih menukik pada pemberdayaan wirausaha anggota. Pengalokasian plafon pinjaman usaha produktif atau wirausaha anggota lebih ditingkatkan lagi sesuai dengan kemampuan dan volume usaha anggota serta disertai jaminan yang memadai.
2.    Anggota Koperasi Kredit Sangosay hendaknya wirausaha atau menjadi pengusaha itu menjadi nilai lebih bagi anggota untuk peningkatan pendapatan ekonomi rumah tangga terutama pada masa pension atau tak bekerja lagi dan demi keberlanjutan koperasi kredit sebagai wadah pemberdayaan wirausaha.
3.    Peneliti. Tema ini menarik untuk digarap lebih lanjut sebab ada jenis koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit yang memiliki daya andal untuk memberdayakan wirausaha anggota. Pertumbuhan dan perkembangan secara statistik tiga tahun terakhir cukup signifikan menjadi ulasan atau penelitian yang menarik baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Bisa juga menerapkan metode penelitian pengembangan.

DAFTAR RUJUKAN

Barombo, A; Asori; Donatianus. 2012. Pemberdayaan Masyarakat Melalui Koperasi Credit Union (CU): Studi Pada CU, Khatulistiwa Bakti Pontianak. PMIS-Untan-Jurnal Tesis 2012.
Creswell. J. W. 2015. Penelitian Kualitatif & Desain Riset: Memilih Di Antara Lima Pendekatan. Terjemahan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Hendrojogi. 2012. Koperasi: Asas-asas, Teori dan Praktik. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Hidayah, R.D. 2013. Kerangka Pikir Pemberdayaan. Alamat. http://eprints.uny.ac.id/18096/4/PDF%20BAB%202%2009.10.040%20Rif%20p.pdf . Diakses tanggal 15 April 2016.
Hutasuhut. D. A. 2001. Manajemen Koperasi Menuju Kewirausahaan Koperasi. Jurnal Ilmiah, Manajemen & Bisnis, Universitas Muhammadiyah Sumatra Utara, Vol. 01 No. 01 Oktober 2001.
Induk Koperasi Kredit. 2003. Manajemen Profesional Koperasi Kredit. Jakarta: Inkopdit.
Jawa, M. H. Obon, F. Bagho, K. L. dan Hurint, P. X. Ed. 2011. Koperasi Kredit: Membangun Peradaban Bermartabat. Jakarta: Accacia.
Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta: Kencana.

Koperasi Kredit Sangosay. 2013. Profil, AD,ART, Road-Map, Pola Kebijakan, SOP. (manuskrip, tidak diterbitkan). Bajawa-Flores-NTT.

Limbong, B. 2010. Pengusaha Koperasi: Memperkokoh Fondasi Ekonomi Rakyat. Jakarta, CV Rafi Maju Mandiri.

Moleong J. L. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif, Edisi Revisi. Bandung: Penerbit PT Remaja Rosdakarya.

Nirbito, J. G. 2001. Pembinaan Anggota Untuk Memberdayakan Koperasi di Koppas dan Kopwan Jawa Timur. Disertasi. Malang: PPS UM

Supardi. 2005. Metodologi Pnelitian Ekonomi dan Bisnis. Yogyakarta: UUI Press.

Sutrisno. 2011. Makna Pendidikan Koperasi Dalam Tahapan Pengembangan Untuk Mewujudkan Peran Anggota Sebagai Partisipan (Studi Kasus Pada Koperasi Serba Usaha Makmur Sejati Malang). Disertasi. Malang: PPS UM

Tere, K. 2014. Pengaruh Ukuran Aset, Piutang, Utang, Modal Sendiri dan Jumlah Anggota Terhadap Kinerja Keuangan dan Kebijakan SHU Koperasi Kredit (Studi Pada Koperasi Kredit Anggota Puskopdit Flores Mandiri). Tesis (tidak terbit). Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya Malang.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian.

Universitas Negeri Malang. 2012. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah: Skripsi, Tesis, Disertasi, Artikel, Makalah, Tugas Akhir, Laporan Penelitian. Edisi Kelima, Cetakan Ketiga, UM


1 komentar:


  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus