Sabtu, 18 April 2015

Praktik Ekspor Impor 3

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang



2.3 Manfaat Ekspor Impor
Ekspor impor dilakukan sebuah Negara apabila membawa asas manfaat baik bagi Negara maupun bagi masyarakat pada suatu Negara dimaksud. Untuk apa, orang melakukan ekspor impor apabila tidak mendatangkan manfaat atau keuntungan bagi kedua atau lebih Negara yang melakukannya.
Manfaat ekspor impor dibicarakan secara gamblang oleh Djamin, 1994:5 dalam Dini Ayu Novianingsih, 2011 sebagai berikut:
  1. Keuntungan komparatif (comparative advantage). Keuntungan ini didasarkan pada hukum keuntungan komparatif yaitu suatu Negara akan mengekspor hasil produksi yang darinya terdapat keuntungan lebih besar dan mengimpor barang-barang yang darinya terdapat keuntungan lebih kecil.
  2. Sektor ekspor menjadi penggerak dari kebijakan perekonomian (leading sector).
  1. Ekspor merupakan sumber devisa bagi Negara apabila ekspor naik akan mengakibatkan penerimaan dalam negeri meningkat.
  2. Ekspor menciptakan permintaan efektif yang baru. Akibat permintaan barang-barang di pasar dalam negeri meningkat terjadi persaingan yang mendorong industri-industri dalam negeri melakukan inovasi dan efisiensi yang meningkatkan produktivitas.
  3. Perluasan kebijakan ekspor memudahkan pembangunan lantaran industri tertentu tumbuh dengan pesat.
  4. Kebijakan impor untuk memenuhi kebutuhan dasar masyarakat dalam negeri serta menstabilkan harga pasar sehingga menekan lajunya tingkat inflasi yang akan melemahkan sektor industri atau sektor riil dalam negeri.


2.4  Strategi Ekspor Impor bagi Pertumbuhan Ekonomi
Strategi ekspor impor bagi pertumbuhan ekonomi dikemukan oleh Rony Salomo, 2007 dalam Dini Ayu Novianingsih, 2011 menyatakan bahwa perekonomian di seluruh belahan dunia yang terjadi saat ini mengacu paa perekonomian terbuka, setiap Negara melakukan ekspor impor untuk peningkatan kesejahteraan dan kemandirian. 

Untuk itu, menurutnya ada dua strategi Negara dalam melakukan ekspor impor sebagai berikut.
1.      Strategi Industrialisasi Substitusi Impor. Penerapan strategi ini umumnya terjadi pada Negara-negara berkembang terutama di Amerika Latin, Asia Selatan, Asia Timur dan Asia Tenggara.

Strategi ini berorientasi pada penciptaan output untuk memenuhi pasar dalam negeri lantaran pasar luar negeri sudah dikuasai oleh Negara-negara maju. Penerapan substitusi impor didasarkan pada alasan bahwa secara hostroris ekspor impor berlangsung sebagai mekanisme ketimpangan internasional yang merugikan Negara berkembang dan menguntungkan Negara maju. Hal tersebut diatasi dengan membangun industri substitusi impor yang diproteksi melalui fasilitas bea masuk terhadap bahan-bahan mentah dan barang-barang modal. Ini dimaksudkan untuk mencukupi kebutuhan domestik dalam jangka panjang dan menghemat devisa melalui penggantian barang-barang impor dengan produksi dalam negeri.
2.      Strategi Industrialisasi Promosi Ekspor. Penerapan strategi ini memungkinkan terciptanya arus modal internasional dan jariangan pertukaran ketrampilan, teknologi dan manajemen. Juga untuk menciptkan kesempatan kerja lebih besar dibandingkan dengan substitusi impor. Mekanisme strategi promosi ekspor adalah melalui kebijakan ekspor yang netral yang mengandung liberalisasi perdagangan. Inti dari strategi ini meningkatkan keunggulan bersaing untuk menaikkan ekspor dengan memberikan perangsangan pada sektor ekspor dengan kualitas barang dan jasa yang bersaing secara komparatif pada perdagangan intenasional.

2.5    Hambatan Ekspor Impor
            Pekerjaan apa pun di planet bumi ini, meski memiliki tujuan dan manfaat yang mulia senantiasa menemukan kerikil-kerikil tantangan di dalam pelaksanaannya. Demikian pula dengan kegiatan ekspor impor. Ada berbagai tantangan atau hambatan yang menghadangnya. Untuk berbicara tentang habatan atau tantangan ekspor impor dibicarakan Donall A. Ball et al., 2014:134-135 dengan istilah dua belas kesalahan paling umum dilakukan pengekspor baru:
1.      Gagal dalam meraih konseling ekspor berkualitas dan mengembangkan strategi internasional utama dan penrencanaan pemasaran sebelum mulai sebuah bisnis ekspor.
2.      Komitmen manajemen puncak yang tidak memadai untuk mengatasi kesulitan-kesulitan awal dan kebutuhan pendanaan untuk ekspor.
3.      Tidak cukup hati-hati dalam memilih perwakilan penjualan dan distributor asing.
4.      Mengejar pesanan dari seluruh dunia, bukannya membangun suatu basis operasi yang menguntungkan dan pertumbuhan yang teratur.
5.      Mengabaikan bisnis ekspor saat pasar domestik meningkat.
6.      Gagal untuk melakukan distributor dan pelanggan internasional setara dengan yang ada di dalam negeri.
7.      Mengasumsikan bahwa teknik dan produk pemasaran yang sudah ada akan berhasil di semua Negara secara otomatis.
8.      Ketidakinginan untuk memodifikasi produk untuk memenuhi peraturan atau preferensi budaya di Negara lain.
9.      Kegagalan untuk menyediakan informasi layanan, penjualan dan garansi dalam bahasa yang dipahami secara lokal.
10.  Kegagalan untuk mempertimbangkan penggunaan perusahaan manajemen ekspor.
11.  Kegagalan untuk mempertimbangkan lisensi atau perjanjian usaha patungan.
12.  Kegagalan untuk menyediakan layanan siap tersedia untuk produk.

Sementara Sofjan Wanandi, ketua Apindo (Asosiasi Pengusaha Indonesia) dalam Riendy Astria (Bisnis Indonesia, 28 Februari 2014) menilai berbagai kebijakan industri dan perdagangan untuk menekan impor bahan baku/penolong dan mendorong ekspor produk bernilai tambah tak efektif menekan deficit neraca perdagangan.

2.6     Cara Mengatasi Hambatan Ekspor Impor
Beberapa tawaran untuk mengatasi hambatan atau tantangan ekspor impor. Untuk  bisa berhasil, pertama-tama sebuah perusahaan harus menetapkan arah dan tujuan yang jelas dan spesifik. Dalam mengambil langkah penting ini dibutuhkan bimbingan (konseling) pihak luar yang berkualitas. Membangun perusahaan di pasar asing membutuhkan ketersediaan SDM manajemen puncak dan para stafnya agar mampu melakukan ekspor impor yang mumpuni dan menguntungkan.
Perusahaan hendaknya hati-hati dan selektif dalam memilih distributor asing serta menigkatkan kinerja distributor dengan basis operasi yang lebih memadai. Perusahaan tetap memperhatikan ekspor meski pasar domestik lagi bergairah sebab jika tidak maka perusahaan tidak dapat melakukan ekpor secara menguntungkan ketika pasar dalam negeri lagi lesu. Setiap pasar memiliki karasteristik secara diperlakukan secara khusus. Perusahaan juga menyesuaikan produk dan kemasan sesuai budaya dan kearifan setempat. Perusahaan juga mesti memahami bahasa setempat dan memberikan instruksi dalam bahasa lokal. Apabila perusahaan tidak mampu memenej sendiri departemen di luar negeri maka perlu manajemen ekspor. Penggunaan lisensi dan patungan secara efektif dan efisien bisa mendatangkan keuntungan bagi perusahaan. Layanan yang ramah dan tepat bisa meningkatkan produkivitas dan profitabilitas perusahaan dalam melakukan ekspor dan impor.
            Untuk persoalan impor, saat ini Apindo optimistis dengan kebijakan baru yang dibuat pemerintah apabila diterapkan dan berjalan lebih baik. Kementrian perindustrian merumuskan kebijakan pengurangan impor bahan baku/penolong untuk meningkatkan ekspor. Untuk itu sudah ada langkah-langkah praktis sebagai berikut: pemberian insentif fisikal dengan memudahkan persyaratan, pemberian jaminan ketersediaan pasokan gas, energi, bahan bauku dan sumber daya industry yang dibutuhkan dalam negeri, penghapusan secara bertahap insentif impor, penyertaan modal Negara, penjaminan modal energi listrik dan infrastruktur pendukung, pemberlakuan bea keluar dan fasilitas dukungan pembiayaan yang kompetitif untuk mendorong investasi baru dan pengembangan usaha.
 ***
Diposting Malang, 18 April 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar