Senin, 23 Mei 2011

CEFIL IV

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sejak tanggal 9 Agustus – 7 September 1999, saya bersama 25 teman lainnya telah mengikuti kegiatan CEFIL IV di Kota Gudeg Yogyakarta. CEFIL adalah singkatan dari Civic Education for Future Indonesian Leader dengan topik diskusi utama: Civil Sociaty, Gerakan Sosial, Analisis Sosial, Manajemen Organisasi, Kepemimpinan, Teknik Negosiasi dan Field Assigment (Kunjungan Lapangan di Masyarakat). Dari namanya maka pelatihan ini bertujuan mempersiapkan para kader muda untuk menjadi pemimpin masa depan yang inovatif, kreatif, progresif, kritis dan professional.

Para peserta yang hadir adalah utusan LSM wilayah Timur Indonesia setelah dinyatakan lulus seleksi tertulis yang bahannya dikirim ke lembaga masing-masing dan diseleksi oleh pihak USC-Canada/Satunama Yogyakarta. Kami mengikuti pelatihan kurang lebih satu bulan penuh.

Para pesertanya adalah Paulus Nong Susar (SANRES-Maumere, Flores, NTT), M. Hasim (LPPI-Aceh), Blasius Metkono (Yayasan Kolo Hunu, TTU-NTT), Evi Nartizan (Forum LSM Aceh), Fransesko Bero (LBH Nusra), Judy Rahardjo (YLK Sulawesi Selatan), John Bosco Rettob (Yayasan Hivlak Tual), Hidayat Palaloi (YTMI Ujungpandang), Iskandar AR (YABDA & FORKLA Aceh), Karel Kumbala (YBS Lembata), Januarius Jamtje (YKS Maluku Tenggara), Nurdin El Jodas (Suloh Aceh), Yohanes Kun (YBM Atambua), Mutiara (LKPM Ujungpandang), Sanusi M. Syarif (YRBI Aceh), Siprianus Nerius (Yayasan Kasimo Cabang Sikka), Andreas Rettob (Yayasan Lus Doan), Teuku Muhamad Zulfikar (Forum LSM Aceh), Christanda Ngameluben (Yayasan Bina Mandiri Fakfak Irian Jaya), Golda M. Aronggear (Forum Kerjasama LSM Irian Jaya), Fajar Alam (FIK-LSM Sulsel), Tasmiati Emsa (KKTGA Aceh), Thobias Malioy (Yakarmani), Hindijani Novita (USC-Canada/Satunama yogya), Blasius Urikame Udak (alm. SANLIMA- Kupang) dan Daniel Parande (Yayasan Tengko Situru Sulsel).

Kami ditempa untuk menjadi calon pemimpin masa depan dengan berbagai narasumber yang telah malang melintang sebagai aktivis LSM maupun di bidang pemerintah atau swasta lainnya. Isi seluruh materi tidak bisa dipaparkan di sini lantaran saya hanya mengambilnya dari Buletin GEMMA (Media Komunikasi Penguatan Masyarakat Sipil, Edisi 2 Thn I Sept-Nop 1999) dengan satu harapan bisa menemui teman-teman yang menghadirinya.

Setelah kegiatan dimaksud, saya tidak memiliki kontak sama sekali dengan mereka. Ada kerinduan untuk berbincang dan berdiskusi. Untuk itu sengaja saya tampilkan dalam blog www.kosmaslawa.blogspot.com agar teman-teman yang sempat membacanya bisa saling kontak melalui email kbagho@yahoo.com termasuk melalui media facebook dengan akun Kosmas Lawa Bagho.

Untuk mendapatkan sedikit gambaran tentang kegiatan dimaksud, saya mengutif kembali pesan-kesan yang dimuat pada bulletin di atas. Sesungguhnya semua peserta menulis pesan-kesan pribadi setelah sesi pelatihan tetapi saya hanya mengambil komen pribadi yang dimuat pada bulletin GEMMA. Dari ke-26 peserta yang belum memberikan komen adalah saudara Blasius Urikame Udak (alm) dan Daniel Parende. Khusus saudaraku Blasius Urikame Udak, saya ucapkan selamat berbahagia di sisi kanan Tuhan Yesus yang bangkit dan seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan mendapat kekuatan iman.

Inilah penggalan komen yang diambil secara lengkap. “Kosmas Lawa Bagho. Satu tahun ini, Cosmas aktif di Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada. Materi pelatihan yang menurutnya menarik adalah analisis sosial dan manajemen. Ia menyatakan bahwa menganalisis realitas sosial membutuhkan strategi yang jitu dan pendekatan yang njelimet agar bisa melakukan perubahan atau gerakan sosial secara tepat menuju suatu “bonum commune” atau kebaikan bersama yang dicita-citakan.

Untuk mencapai “bonum commune” itu suatu masyarakat atau organisasi memerlukan suatu manajemen yang baik yang didukung oleh pola kepemimpinan yang berdasarkan hati nurani yang jujur, punya rasa malu dan profesionalisme internasional.

Bagi Cosmas, millennium ketiga ditandai oleh persaingan yang tajam di segala bidang kehidupan manusia. Mereka yang mengusai pasar informasi dan profesionalisme itulah yang mengusai dunia. Oleh karenanya analisis sosial untuk suatu gerakan yang didukung manajemen dan kepemimpinan patut dipahami oleh para calon pemimpin.

Tanpa mengusai informasi dan komunikasi yang efektif, para pemimpin masa depan hanya akan menjadi penonton di negeri sendiri bahkan ia akan menjadi buruh di dapur sendiri. Pelatihan ini sangat mendorong peserta untuk mengantisipasi situasi masa depan dengan profesionalisme manajemen tanpa memandang suku, ras dan agama. Tidak ada lagi KKN melainkan profesionalisme.” GEMMA, hal. 16.

Semoga dengan tampilan tuturan ini bisa membantu apa sesungguhnya CEFIL itu.

Ditulis ulang 23 Mei 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar