Kamis, 05 Januari 2017

Transkrip Wawancara 2 untuk Tesis

Oleh Kosmas Lawa Bagho, S.Fil; M.M
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Catatan:
Penulis telah menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Malang dengan judul tesis "Aktualisasi Jati Diri Dalam Pengembangan Koperasi dan Peningkatan Partisipasi Anggota: Studi Kasus pada Koperasi Kredit Sangosay, Ngada, NTT". Penyelesaian penggarapan tesis tepat waktu sekaligus  tepat waktu penyelesaian keseluruhan studi pascasarjana juga sangat bergantung pada kesediaan narasumber dalam memberikan data dan fakta mereka secara pribadi. Dalam aras penghargaan khusus kepada para narasumber maka saya akan memposting semua hasil wawancara lengkap penulis dengan 18 narasumber secara berseri dan berurutan:



TRANSKRIP WAWANCARA
Nomor
2
Hari/Tanggal
Rabu, 17 Februari 2016
Nama Informan
Philipus Lusi/PL
Waktu
13.30 – 15.00 Wita
Jabatan
Wakil Ketua Pengurus
Tempat
Kantor Kopdit Sangosay
Topik
1.         Jati Diri Koperasi                  
2.         Pengembangan Kopdit


Hasil wawancara antara peneliti (P) dengan Bapak Philipus Lusi (PL) sebagai berikut:
P            : Terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk mendalami jati diri koperasi dan pengembangan koperasi kredit Bapak. Sejak kapan mengenal koperasi dan Koperasi Kredit Sangosy? Siapa yang memperkenalkan kepada Bapak?
PL          : Terima kasih pak. Saya mengenal koperasi umumnya pada tahun 1986 ketika duduk di SMA. Waktu itu ada koperasi sekolah dan kebetulan dipercayakan sebagai pengurus. Saya kenal koperasi dari penjelasan para guru dan terlibat sebagai pengurus. Sementara Koperasi Kredit Sangosay, saya kenal awal tahun 1989 ketika mengikuti kursus dasar (kurdas) credit union waktu itu yang bersertifikat. Para pemberi seperti Bapak Blas Sawu Nono, Bapak Moses Mogo dan Bapak Theodorus Dekresano. Mereka semua adalah pengurus Koperasi Kredit Sangosay dan Bapak Moses dari BK3D NTT Barat (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah NTT Bagian Barat) sebuh lembaga sekunder saat itu dan kini dikenal dengan Puskopdit (Pusat Koperasi Kredit) Flores Mandiri yang berkedudukan di Ende.
P            : Bagaimana cara mereka memperkenalkan koperasi kepada Bapak ?
PL          : Jika koperasi pada umumnya melalui materi dalam kelas dan terlibat langsung sebagai pengurus sementara Koperasi Kredit Sangosay, ia melalui kursus dasar bersertifikat selama 5 hari. Oleh karena selama 5 hari tersebut, kami mendalami kegiatan dan produk pelayanan credit union cukup menarik sehingga saya langsung menjadi angggota dan ini terlibat sebagai pengurus (wakil ketua).
 P            : Kalau begitu menurut Bapak, apa itu koperasi?
PL          : Kumpulan orang secara sukarela dan otonom, berusaha bersama-sama memenuhi kebutuhan. Intinya koperasi itu kumpulan orang dan modal sebagai sarana pemberdayaan. UU Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 mendefinisikan sebagai badan usaha yang membedakan dengan PT atau pun CV.
P            : Bagaimana Bapak sebagai pengurus menerangkan definisi kepada anggota? Bagaimana tanggapan anggota?
PL          : Pendidikan dan desiminasi disesuaikan dengan kondisi riil yang dapat dipahami masyarakat. Dalam proses pendidikan ada materi khusus tentang jati diri koperasi (definisi, nilai dan prinsip) dan poin-poinnya harus kontekstual agar memudahkan pemahaman anggota ataupun calon anggota. Dengan demikian para pendengar memahami, tentu mereka akan melaksanakannya atau bahasa keren sekarang ‘mengaktualisasikan’.
P            : Sejauh mana pelaksanaan defenisi koperasi dalam keseluruhan lembaga koperasi kredit Bapak?
PL          : Koperasi Kredit kami cukup berusaha menerapkan definisi koperasi dalam pengelolaan. Misalnya, kami melakukan pengelolaan ini secara bersama-sama baik sebagai pengurus maupun anggota di atas dasar saling percaya yang menjadi landasan filosofi koperasi termasuk koperasi kredit. Dalam koperasi kredit ini, kesulitan masing-masing orang diatasi secara bersama-sama melalui upaya-upaya menyetor simpanan, tabungan dan lainnya serta uang hasil simpanan dipinjamkan kepada sesama anggota yang membutuhkan. Anggota peminjam menyetor kembali pinjaman secara tertib sehingga dapat dipinjamkan kepada yang lain. Unsur kebersamaan dan saling percaya menjadi dasar pelaksanaan definisi koperasi atau pun koperasi kredit.  Ada saling meneguhkan sebagai sesama anggota yang bermartabat. Itu pikiran saya pak.
P            :  Apa saja tantangan penerapannya? Apa jalan keluar yang Bapak usahakan sebagai pengurus?.
PL          : Tantangan yang kami hadapi adalah salah pemahaman atau persepsi pada lembaga koperasi pada masa lalu. Koperasi dipersepsikan sebagai lembaga sosial yang bertugas untuk meminjamkan uang tanpa usaha mengembalikan. Hal ini juga dipengaruhi pengalaman masa lalu sehingga koperasi kurang berkembang lantaran tidak berbasiskan pada jati dirinya yang sesungguhnya. Usaha yang kami lakukan adalah pendidikan, motivasi dan militansi. Peningkatan SDM fungsionaris juga menjadi titik sentral perhatian koperasi kredit. Melalui kegiatan-kegaitan penyadaran yang terprogram dan teratur diharapkan anggota maupun fungsionaris bisa memahami secara benar definisi koperasi dan diterapkan secara konsisten dan komitmen.
P            : (Terima kasih Bapak, mari kita melangkah pada nilai). Menurut Bapak, apa nilai koperasi?
PL          : Sesuatu yang penting, semangat serta arah pengelolaan. Nilai menjadi roh bagi pengurus dan anggota untuk bertanggungjawab secara bersama-sama mengembangkan koperasi kredit menjadi wadah bagi anggota dalam meraih kesejahteraan lahir dan batin. Nilai sebagai roh utama pengelolaan koperasi kredit yang berintegritas.
P            : Sebutkan nilai-nilai koperasi yang Bapak ketahui?
PL          : Solidaritas, kejujuran, tanggungjawab, kemandirian, keadilan dan kebebasan.
P            : Apakah ada manfaat nilai-nilai koperasi bagi koperasi kredit Bapak?
PL          : Sangat bermanfaat dan sangat penting. Nilai-nilai menjadi fundamen pelaksanaan koperasi kredit sehingga koperasi kredit kami bisa berkembang sejauh ini. Bayangkan koperasi kredit tanpa nilai-nilai “bagaikan membangun rumah di atas pasir, sehingga datang angin tantangan dan ujian, koperasi kredit akan cepat jatuh”. Nilai menjadi rambu-rambu pengelolaan sehingga tujuan utama koperasi kredit dapat tercapai.
P            : Bagaimanakah Bapak menerangkan nilai-nilai koperasi kepada anggota? Apa kendalanya? Bagaimana solusinya?
PL          : Pendidikan dan pelatihan serta motivasi kepada anggota, kami terus menjelaskan nilai-nilai koperasi yang harus dilaksanakan semua komponen koperasi kredit kami. Baik sebagai anggota apalagi fungsionari (pengurus dan manajemen). Selain itu, kami menginternaliasi melalui forum ritual visi, misi, nilai dan gambaran masa depan dalam forum RAT atau pertemuan lainnya. Ini merupakan proses internalisasi dan penyadaran nilai-nilai koperasi agar terus diingatkan dan dihayati secara lebih baik. Tantangan: belum ada tantangan besarnya, hal yang biasa adalah sebagian anggota atau fungsionaris belum memahami dan menghayati dalam operasionalnya misalnya pelayanan kepada anggota belumlah sempurna. Solusi: Lebih sering melakukan pendidikan, pelatihan dan motivasi dengan lebih meningkatkan partisipasi anggota; melakukan seminar atau forum sharing pengalaman; melakukan kunjungan anggota yang lebih intensif meski harus menghitung biaya yang dikeluarkan harus seimbang dengan hasil yang diraihnya.
P            : Apa tanda-tanda anggota melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam partisipasinya sebagai anggota?
PL          : Anggota memenuhi hak dan kewajibannya; anggota termotivasi menyimpan, meminjam dan mengembalikan secara teratur; terus meningkatnya kehadiran dalam kegiatan pelatihan, pertemuan dan RAT serta melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya secara bertanggungjawab.
 P           :  (Terima kasih Bapak, kita beralih pada prinsip koperasi). Menurut pendapat Bapak, apa itu prinsip koperasi?
PL          :  Prinsip menurut saya dasar-dasar yang harus ditaati komponen koperasi yang menjadi arah, pedoman ke mana koperasi melangkah sebagai wadah pemberdayaan masyarakat akar rumput. Ada 7 prinsip namun yang saya ingat dan kami laksanakan adalah pendidikan, kemandirian, demokrasi, partisipasi, keterbukaan, kerjasama antar koperasi dan lain sebagainya. Koperasi Kredit Sangosay cukup disiplin dalam melaksanakannya apalagi ada materi khusus dalam program pendidikan dasar yang terus diperkenalkan dan berusaha untuk dihayati baik dalam kelompok koperasi kredit maupun secara perorangan. Tujuh prinsip menjadi lokomotif bagi individu dan koperasi kredit untuk berkembang lebih maju dan semakin bermartabat sebagai manusia. Sekali lagi uang atau modal hanya sarana pemberdayaan, manusialah yang menjadi prioritas dalam sepak terjang pengelolaan Koperasi Kredit Sangosay sejak berdiri hingga kini dan diharapkan menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya.
P            :  Seberapa pentingkah prinsip-prinsip koperasi dalam meningkatkan pengelolaan koperasi kredit Bapak?
PL          : Sudah berulang kali saya katakan bahwa prinsip itu sangat penting dalam lembaga koperasi kredit dan perorangan. Tanpa prinsip, orang atau lembaga bagaikan membawakan kapal kehidupan tanpa kompas yang jelas. Tanpa prinsip, tujuan, visi, misi koperasi kredit ini tak akan tercapai. Hanya berputar-putar ditempat bahkan ada peluang untuk diselewengkan. Dengan demikian kemajuan yang kami rasakan saat ini, tidak akan pernah terjadi.
P            : Prinsip-prinisip manakah yang Bapak ingat dalam pelaksanaannya?
PL          : Hampir semua 7 prinsip, kami laksanakan dalam pengelolaan koperasi kredit kami. Keanggiotaan yang terbuka dan sukarela. Koperasi kredit terbuka bagi semua orang yang mau menjadi anggota tanpa melihat latar belakang, suku ras dan agama. Apapun yang penting orang bersangkutan mengikuti berbagai aturan yang berlaku yang telah disepakati dalam Rapat Anggota Tahunan maupun forum pertemuan lainnya. Otonomi dan kemandirian, koperasi kredit kami sangat mengandalkan apa yang dipunyai pada anggota untuk dikembangkan bersama. Fasilitasi pemerintah hanya dalam regulasi dan pengawasan. Partisipasi anggota sangat transparan dalam memberikan berbagai saran, kritik dan pengambilan keputusan dalam Rapat Anggota serta menerima berbagai pelayanan koperasi kredit termasuk SHU. Kerjasama antar koperasi, kami lakukan dengan berbagai kegiatan bersama meski kadang ada persaningan yang tidak sehat dalam implementasi menggarap anggota. Pendidikan dan pelatihan telah menjadi roh yang menggerakkan semua kegiatan pengelolaan koperasi kredit sehingga koperasi kredit kami dapat bertahan dan berkembang maju hingga saat ini sejak tahun 1977.
P            : Apa tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan prinsip-prinsip dimaksud?
PL          : Tantangan yang kami hadapi semakin banyak anggota juga semakin banyak persepsi. Kadang persepsi atau pun pemikiran tidak lagi sejalan dengan prinsip dan nilai koperasi kredit. Kesalahan persepsi yang bersifat spekulatif seperti dalam pengajuan pinjaman kadang merugikan koperasi kredit (kredit macet) tetapi juga diri angggota sendiri. Anggota tenggelam dalam aroma ketidakjujuran dengan diri sendiri dan keluarga maupun masyarakat secara kelembagaan koperasi kredit. Kadang keinginan atau kebutuhan indivisu lebih dipentingkan dari pada kepentingan bersama dalam satu ikatan kekeluargaan sebagai keluarga besar koperasi kredit.
P            : Bagaimanakah jalan keluar yang Bapak tempuh agar prinsip-prinsip koperasi dapat diterapkan secara konsisten dan komitmen?
PL          : Pendidikan, pelatihan dan motivasi harus terus dilaksanakan dengan metode-metode yang lebih menyakinkan. Anggota harus terus diberi pencerahan dan penyadaran bahwa anggota adalah pengguna sekaligus pemilik koperasi kredit sehingga mati hidupnya koperasi kredit sangat bergantung pada pemahaman dan penghayatan anggota terhadap prinsip-prinsip koperasi. Di luar prinsip, koperasi kredit tidak akan berkembang dan tidak akan berkelanjutan.
P            : (Baik Bapak, kita berdiskusi agak marathon. Kini kita beralih pada proses pengembangan Koperasi Kredit Sangosay). Menurut Bapak, apa alasan mendasar sehingga Bapak dan kawan-kawan membentuk Koperasi Kredit ?
PL          : Kami tidak memiliki impian yang muluk-muluk pada waktu awal. Alasan kami membentuk koperasi kredit ini pertama, membantu meringankan beban para guru dan pegawai di lingkungan Yasukda (Yayasan Persekolahan Katolik Ngada) yang mengalami kesulitan biaya anak sekolah, biaya rumah sakit dan terlibat utang. Kedua, saling membantu pada lingkungan kecil. Ketiga, membebaskan anggota dari rentenir dan keempat, membantu anggota membuka usaha produktif.
P            : Bagaimana Bapak mengembangkan koperasi kredit?
PL          : Suatu pertanyaan yang bagus, membuat saya dan kawan-kawan sebagai pengurus yang mendapatkan mandat langsung dari anggota melalui RAT (Rapat Anggota Tahunan) untuk terus mereflesikan diri dalam mengembangkan koperasi kredit ini. Yang kami lakukan adalah motivasi melalui para guru dengan cara cerita dari mulut ke mulut, para pengurus (fungsionaris) mengembangkan kapasitas diri melalui pelatihan dan sharing pengalaman; melakukan studi banding (sejak muncul program kopdit model 2000 kerjasama dengan CCA-Kanada dengan Inkopdit dan BK3D kini Puskopdit Flores Mandiri; pengeloalaan manajerial harus mengarahkan pada manajemen profsional; menciptakan variasi produk pelayanan; pengenalan koperasi kredit pada anak usia dini dan merangsang jiwa wirausaha anggota melalui pelatihan, sharing usaha berhasil dan pendampingan.
P            : Capaian-capaian apa saja yang telah dihasilkan?
PL          : Ada dua jenis capaian yang saya lihat dan saksikan. Pertama, capaian-capaian yang bersifat kuantitatif seperti pertumbuhan jumlah anggota, peningkatan jumlah simpanan anggota, pertambahan modal kerja, pertambahan pendapatan, peningkatan perputaran pinjaman anggota, penurunan kredit macet dan pertambahan aset atau kekayaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk yang ini pak Kosmas (peneliti) dapat dilihat pada statistic Koperasi Kredit Sangosay yang termuat pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas pada setiap akhir tahun pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Yang kedua adalah capaian kualitatif yang memang agak sulit diukur secara kuantitatif tetapi dapat dilihat dan dirasakan yaitu tingkat kesadaran anggota dalam menabung, pola hidup hemat dan ada perencanaan usaha meski dalam ukuran yang masih sederhana dan kecil-kecil. Kehadiran koperasi kredit ini cukup membantu anggota dan masyarakat semakin tidak bergantung pada orang lain tetapi mulai percaya diri untuk membangun ekonomi sendiri dalam kebersamaan.
P            : Tantangan apa yang paling Bapak rasakan ketika membentuk, menumbuhkan dan mengembangkan koperasi kredit Bapak?
PL          : Setiap usaha apa saja pasti ada tantangan. Demikian juga dengan koperasi kredit. Tantangan awal yang paling saya rasakan adalah setiap orang merasa awam dengan koperasi apalagi koperasi model pemerintah (Koperasi Unit Desa) pernah ada lalu bubar atau kurang berkembang positif; yang kedua, setiap orang merasa ragu khususnya pengelolaan koperasi yang semakin besar takutnya bubar seperti yang lain, ketiga kurangnya pemahaman anggota terhadap koperasi kredit sebagai lembaga keuangan dan lebih dimengerti sebagai lembaga sosial; respon pesimistis dari masayarakat untuk menjadi anggota koperasi kredit karena trauma masa lalu seta perilaku instan sekelompok masyarakat dan sebagian anggota menjadi tantangan tersendiri.
P            :  Usaha-usaha apa yang Bapak lakukan untuk mengatasi tantangan di atas agar koperasi kredit Bapak tetap bertumbuh dan berkembang hingga saat ini?
PL          :  Kami tetap memperhatikan pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan pelatihan menjadi kunci utama baik tingkat dasar maupun tingkat lanjutan. Juga peningkatan kemampuan SDM para pengelola baik pengurus, pengawas, penasihat, general manajer, para manajer cabang dan staf serta melakukan ekspansi wilayah pengembangan dan pelayanan kepada anggota dan masyarakat.
P            : Bagaimana koperasi kredit Bapak menarik minat kaum muda dan anak-anak untuk menjadi anggota? Apa alat ukurnya? Mengapa memilih segmentasi anak-anak dan kaum muda?
PL          : Anak-anak penabung Sipinar (Simpanan Ingin Pintar) mempersiapkan anak-anak ketika usia produktif mereka akan menjadi anggota. Anak-anak itu ketika usia 17 tahun, secara otomatis menjadi anggota. Anak-anak dan kaum muda merupakan cara kami membuat kaderisasi anggota agar koperasi kredit berkelanjutan. Anak-anak dan kaum muda dilatih hidup hemat sejak usia dini dan muda.
P            :  Apa saja produk dan pelayanan koperasi kredit Bapak?
PL          :  Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada brosur. Yang saya ingat ada macam-macam simpanan seperti simpanan pokok, simpanan wajib, simpanan kapitalisasi, simpanan bunga harian, simpanan berjangka, simpanan untuk pendidikan, simpanan pensiunan dan simpanan pelajar-mahasiswa. Untuk pinjaman ada pinjaman umum khusus untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, beli tanah, beli kendaraan, bangun rumah dll serta pinjaman khusus untuk usaha produktif anggota baik menengah dan besar. Satu lagi pinjaman microfinance untuk anggota atau kelompok usaha yang masih kecil. Selain simpanan dan pinajaman ada juga program pendidikan dan pelatihan baik untuk anggota maupun pengelola serta perlindungan baik yang sakit maupun meninggal dunia.
P            :  Bagaimana koperasi kredit Bapak mengembangkan usaha-usaha produktif anggota? Mengapa koperasi kredit Bapak membidik bagian ini? Apa tantangannya dan apa solusinya?
PL          : Baik. Ini pertanyaan yang sulit dan saya berusaha menjawab satu persatu, mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran atau rasa ingin tahu peneliti hehehe. Saya pikir pertanyaan ini sangat penting demi pertumbuhan, perkembangan koperasi kredit kami secara berkelanjutan. Seharusnya, kami terus melakukan evaluasi bagian yang penting ini. Yang kami lakukan adalah pertama, menginventarisir usaha ataupun potensi usaha anggota yang perlu dikembangkan. Berdaasrkan inventarisasi tersebut kami berikan pendampingan dan pelatihan dan juga menyiapkan pinjaman khusus untuk usaha produktif mulai dari kecil, menengah dan besar sesuai kebutuhan usaha anggota. Kami juga mulai merekrut calon karyawan berdasarkan usaha anggota sehingga mereka kelak bisa menjadi konsultan usaha anggota sebab kami percaya bahwa apabila usaha produktif anggota berhasil akan meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga anggota, anggota sejahtera dan koperasi kredit dapat mengurangi kredit macet sebab anggota tertib mengangsur pinjaman, juga melalui usaha ini dapat memperluas segmen anggota dan meningkatkan partisipasi anggota yang tinggi terhadap koperasi kredit. Tantangan yang kami hadapi adalah prosentasi pinjaman usaha produktif masih belum optimal sebab anggota masih lebih ke pinjaman pendidikan dan kesejahteraan, pendampingan dari kopdit masih kurang optimal juga ditambah lagi pemahaman berwirausaha baik pengurus maupun anggota masih rendah serta perilaku kurang konsisten terhadap usaha dan pembukuan usaha masih campur dengan pembukuan rumah tangga bahkan sebagian anggota yang berusaha belum ada catatan sama sekali hehehe. Ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kami untuk mengatasinya. Caranya, memberikan pelatihan, pendampingan kepada kelmpok-kelompok kategori usaha, sharing usaha bagi wirausahawan/I yang berhasil dalam pra-RAT, RAT maupun pertemuan-pertemuan serta sharing usaha pada masing-masing anggota. Saya mau katakan bahwa usaha produktif anggota sukses, koperasi kredit berkelanjutan.














Tidak ada komentar:

Posting Komentar