Aktualisasi Jati Diri Koperasi 1

Oleh Kosmas Lawa Bagho, S. Fil., M.M
Alumni Mahasiswa S2 Manajemen
Universitas Negeri Malang

Catatan:
Kali ini, saya akan memposting secara berseri tulisan tesis untuk memenuhi persyaratan meraih gelar magister manajemen konsentrasi pemasaran. Terima kasih kepada Tuhan dan semua yang telah mendukung sehingga proses penyelesaian tulisan sesuai rencana. Saya sendiri sudah dinyatakan lulus dan boleh mengenakan gelar M.M pada tanggal 1 Juli 2016 dan akan dikukuhkan pada tanggal 3 September 2016 dalam sebuah acara wisuda. Tulisan ini masih banyak kekurangan sehingga diposting di dalam blog untuk mendapatkan saran, masukan dan kritik demi penyempurnaan penelitian dan tulisan pada masa yang akan datang dengan metode penelitian yang lain. Saya menggunakan metode penelitian kualitatif-studi kasus dan subjek penelitian di Koperasi Kredit Sangosay, Ngada, Flores, NTT. Judul tesis "Aktualisasi Jati Diri Dalam Pengembangan Koperasi dan Peningkatan Partisipasi Anggota (Studi Kasus pada Koperasi Kredit Sangosay, Ngada, Flores, NTT).

BAB I PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah

Koperasi adalah organisasi ekonomi  yang memiliki ciri  berbeda dengan organisasi ekonomi lainnya. Perbedaan terletak pada jatidiri koperasi yakni definisi, prinsip dan nilai yang menjadi nilai etis tata pengelolaan koperasi. Ciri utama koperasi adalah kerjasama dan partisipasi anggota dengan tujuan untuk mencapai kesejahteraan bersama. Salah satu jenis koperasi adalah koperasi simpan pinjam atau koperasi kredit. Koperasi kredit merupakan terjemahan dari kata bahasa Latin “credit union”. Credit Union berasal dari dua kata yaitu Credit dan Union. Credit dalam bahasa Latin adalah credere artinya saling percaya, sedangkan union (unio) berarti kumpulan. Jadi, Credit Union artinya kumpulan orang-orang yang saling percaya (Munaldus., et al, 2012: 3).

Gerakan koperasi kredit atau credit union dilahirkan pertama kali oleh dua tokoh yang cukup berpengaruh di Jerman yaitu Herman Schulze-Delitzsch dan Friedrich Wilhelm Raiffeisen. Herman Schulze lahir di kota Deltzch, Berlin-Jerman pada tahun 1808 dari keluarga kaya. Tahun 1850, beliau menggerakkan orang-orang perkotaan untuk saling membantu dalam wadah koperasi kredit yang terkena dampak gagal panen dan kelaparan yang terjadi pada tahun 1848.

Tahun 1952, Schulze mendirikan “bank rakyat” atau Credit Union pertama di Jerman dengan prinsip: a) anggota memberikan pinjaman satu sama lain dengan suku bunga yang wajar; b) semua anggota terikat dalam ikatan pemersatu (common bond); c) anggota didorong untuk menabung dengan hadiah berupa deviden; d) pinjaman yang diberikan semata-mata untuk tujuan produktif dan diberikan berdasarkan watak peminjam; e) keanggotaan didasarkan pada karakter; f) tekanan utama pada kontrol yang demokratis; g) semua anggota diminta untuk berpartisipasi dalam organisasi dan usaha koperasi kredit; h) komite khusus ditunjuk saat pembentukan untuk mengelola aspek tertentu asosiasi dan i) sebuah komite umum terdiri atas presiden, bendahara, sekretaris dan sembilan anggota dipilih pada rapat anggota tahunan (Munaldus., et al, 2012: 8-9). 

Tokoh koperasi kredit dunia kedua yang dikenal dengan “The Father of the Credit Union Movement” adalah Friedrich Wilhelm Raiffeisen. Raiffeisen lahir pada tanggal 30 Maret 1818 di Jerman. Ia seorang Lutheran dan wali kota Flammersfield, Jerman. Beliau berkeyakinan bahwa gagasan koperasi dapat membantu diri sendiri. Ia memiliki dorongan kuat untuk membantu petani miskin di daerah pedesaan yang berada dalam cenngkeraman rentenir. Tahun 1864, Raiffeisen mendirikan “Heddesdorf Credit Union” bank koperasi simpan pinjam yang pertama. Tujuannya memberikan kredit kepada petani guna membeli ternak, peralatan, benih dan kebutuhan petani lainnya. Raiffeisen didasarkan pada prinsip kasih persaudaraan sementara Schulze lebih pada promosi swasembada. Schultze percaya anggota yang beragam dan fokus pada daerah perkotaan sementara Raiffeisen lebih membatasi diri pada kabupaten dan lebih tertarik membantu petani kecil (Munaldus., et al, 2012: 10-11).

Dari Jerman, koperasi kredit berkembang bagaikan angin laut membawa berita cinta ke seluruh dunia. Di Kanada, gerakan ini dipelpori seorang wartawan Alphonse Desjardin pada abad ke-20. Dari Kanada ke Amerika Serikat oleh seorang pengusaha Mr. Edward Filene. Pengaruhnya cukup besar sehingga lahirlah UU Koperasi Kredit tahun 1934 dan tahun 1971, Biro Pengembangan Sedunia diresmikan menjadi Dewan Koperasi Kredit Sedunia yang berpusat di Madison, Winscounsin, Amerika Serikat. Gerakan koperasi kredit sedunia juga hadir di Indonesia. Tahun 1970, para penggerak koperasi kredit Indonesia mengundang A.A. Bailey dari Dewan Koperasi Kredit Sedunia datang ke Indonesia untuk mendesiminasi ide koperasi kredit di Indonesia yang sesungguhnya sudah ada tahun 1950-an. Pengembangan koperasi kredit Indonesia disponsori Albrecht Karin Arbie, SJ. Tahun 1976, Ir. Haji Ibnoe Soedjono, Direktur Jendral Koperasi Indonesia merestui Dewan Koperasi Kredit Indonesi (CUCO) untuk mengembangkan koperasi kredit (credit union) dibawah payung UU Koperasi Nomor 12/1967 (Inkopdit, 2003: 16-17).

Gerakan koperasi kredit di Jakarta melebarkan sayapnya hingga ke Flores yang disponsori B.J. Baack, SVD dan juga sampai ke Bajawa, Ngada. Ada banyak koperasi kredit atau credit union waktu itu dan yang bertahan hingga kini, salah satunya Koperasi Kredit Sangosay Koperasi Kredit Sangosay merupakan salah satu jenis koperasi simpan pinjam yang berkedudukan di Bajawa, Kabupaten Ngada, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dibentuk pada tanggal  6 Juni 1977 dengan anggota awal  21 orang dan modal  Rp35.000.

Kata Sangosay berasal dari dua kata bahasa daerah Bajawa. “Sango” artinya semoga semua dan “Sai” artinya sampai ke tujuan. Sangosai atau Sangosay artinya berjuang sampai cita-cita tercapai atau berjuang sampai semua orang berhasil mencapai tujuan hidup sejahtera (Lenga dalam Jawa., et al, 2011: 95-96). Perjalanan Koperasi Kredit Sangosay tidak selamanya lancar apalagi ada tantangan dari pemerintah dengan dikeluarkannya Inpres Nomor 4 Tahun 1984 yang mewajibkan semua jenis koperasi kredit di daerah pedesaan bernama dan bergabung dengan Koperasi Unit Desa (KUD). Namun para aktivis koperasi kredit pada umumnya di Flores dan khususnya Koperasi Kredit Sangosay Bajawa terus berjuang dan menggunakan nama Koperasi Kredit atau Credit Union.

Koperasi Kredit Sangosay mendapatkan status badan hukum pada tanggal 18 Juni 1988 Nomor 516/BH/XIV dan dikukuhkan lagi tanggal 10 April 1997 Nomor 13/PAD/KWK.24/IV/1997 dan menjadi primer tingkat provinsi tanggal 25 September 2008 Nomor 02/PAD/BH/XXIX/IX/2008. Perjuangan tanpa kenal lelah tersebut mendasarkan diri pada keuntungan koperasi kredit atau credit union. Seorang Bupati Melawi dan penulis buku, “Membangun Ekonomi Kerakyatan”  menyatakan secara transparan bahwa Credit Union atau Koperasi Kredit merupakan sarana ekonomi yang memiliki masa depan yang bagus dan dibutuhkan di dalam membangun masyarakat yang maju, mandiri dan bermartabat.

Menurutnya, ada tiga alasan yakni Pertama, Credit Union atau Koperasi Kredit merupakan wahana pembelajaran ekonomi kerakyatan bagi masyarakat yang dikelola secara mandiri dan transparan serta mengarahkan semua pengelolaannya bagi kesejahteraan anggota. Kedua, Credit Union atau Koperasi Kredit sebagai wahana membangun kesadaran untuk mandiri, berdiri di atas kaki sendiri dalam bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Ketiga, melalui Credit Union atau Koperasi Kredit, masyarakat belajar untuk bertindak  produktif dan menabung (Kurik, 2008:128-129). 

***