Jumat, 13 Maret 2015

Menganalisis Lingkungan Pemasaran 3

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang



3.2       Lingkungan Makro Perusahaan
 Perusahaan dan pelaku lain beroperasi dalam kakuatan lingkungan makro yang lebih besar yang membentuk peluang sekaligus menempatkan ancaman bagi perusahaan. Gambar berikut memperlihatkan enam kekuatan utama dalam lingkungan makro perusahaan.


 3.2.1. Lingkungan Demografis
        Demografi adalah studi kependudukan manusia menyangkut ukuran, kepadatan, lokasi, usia, jenis kelamin, ras, lapangan kerja dan data statistik. Lingkungan demografis menjadi minat utama pemasar karena lingkungan demografis menyangkut masyarakat dan masyarakat membentuk pasar. Sekarang populasi dunia melebihi 6,5 miliar orang dan akan melebihi 8,1 miliar pada tahun 2030. Populasi dunia yang besar dan sangat beragam akan memberikan peluang dan acaman.
        Perubahan lingkungan demografis dunia mempunyai implikasi besar bagi bisnis. Sebagai contoh, Negeri Cina. Lebih dari seperempat abad yang lalu, untuk mengendalikan populasinya yang meroket, pemerintah Cina mengeluarkan peraturan yang membatasi jumlah anak dalam keluarga menjadi satu anak saja. Akibatnya, anak-anak Cina disebut “kaisar dan permaisuri kecil” yang dilimpahi perhatian dan kemewahan yang dikenal sebagai “sindrom enam saku”. Enam orang dewasa yakni dua orang tua dan empat kakek nenek melimpahkan perhatian pada setiap “anak tunggal” yang dimiliki. Orang tua di rumah tangga Beijing sekarang menghabiskan 40% pendapatan untuk menyejahterakan anak satu-satunya. Di antara hal lainnya, tren ini menciptakan peluang pasar yang besar untuk produk pendidikan anak-anak.
      Dalam masyarakat Cina yang makin kompetitif, orang tua berusaha keras untuk memberikan pendidikan dini bagai anak yang mereka lahirkan. Hal ini menciptakan peluang bagi perusahaan untuk menawarkan produk pendidikan bagi anak-anak. Disney misalnya bergerak dengan kecepatan penuh ke produk pendidikan. “Magic English” kemasan Disney seharga $225 yang mencakup buku latihan, kartu bergambar dan 26 videodisk meraup sukses yang fenomenal. Namun Disney tidak sendirian. Ada Time Warner menguji pasar di Shangai dengan kursus bahasa interaktif yang disebut “English Time”.
      Menariknya, kebijakan satu anak menciptakan perkembangan demografis masyarakat Cina lainnya yakni populasi tua yang tumbuh cepat. Dalam sejumlah penilaian tentang “gempa bumi demografis” yang potensial terjadi, pada tahun 2024 diperkirakan 58% populasi Cina akan berusia lebih dari 40 tahun. Kebijakan satu anak hamper 75% dari semua rumah tangga Cina akan tidak memiliki anak baik karena mereka memilih tidak mempunyai anak maupun karena satu-satunya anak telah meninggalkan rumah. Hasilnya adalah masyarakat tua yang harus menjadi lebih mandiri dan mengakibatkan pertumbuhan pasar jasa yang besar seperti pendidikan senior, klub bersantai dan rumah jompo.
 Oleh karena itu, pemasar terus mengikuti trend an perkembangan demografis dalam pasar baik di negaranya maupun di luar negeri. Mereka melacak usia dan struktur keluarga yang berubah, perubahan populasi demografis, karateristik pendidikan dan keanekaragaman populasi.
  Pengalaman negeri Cina juga terjadi di Amerika Serikat. Populasi AS melebihi 300 juta orang pada tahun 2006 dan mungkin hamper mencapai 364 juta pada tahun 2030. Pemasaran yang penting dari sisi demografis AS adalah lahirnya tiga generasi yang disebut dengan baby boomers (ledakan bayi), Generasi X dan Generasi Y. Baby boomers adalah kelompok AS yang paling kaya. Mereka berkisar antara 27,5% dan lahir antara tahun 1946 dan 1964. Baby boomers meski dari golongan kaya namun ada yang mau hidup sederhana terutama dari etnis minoritas. Generasi boomers termuda sekarang berusia 40 tahun sementara generasi tertua memasuki usia 60-an. Boomers yang matang sedang memikirkan kembali tujuan dan nilai pekerjaan, tanggungjawab dan hubungan. Ketika mereka mencapai tahun-tahun pendapatan dan pengeluaran puncak, boomers membentuk pasar yang menguntungkan untuk perumahan baru dan renovasi rumah, jasa keuangan serta produk-produk lainnya.
   Generasi X. Baby boomers diikuti generasi “kekurangan bayi” menciptakan generasi lain yang lahir sekitar tahun 1965 dan 1976 ada kurang lebih 49 juta orang. Generasi X versi Douglas Capeland mengatakan bahwa generasi ini dibawah bayang-bayang boomers dan tidak berkarakter. Yang lain menyebutnya “baby buster” atau generasi yang terjebak di antara generasi baby boomers yang lebih besar dengan generasi Y berikutnya. Generasi X banyak didefenisikan menurut pengalaman bersama dan menurut umurnya. Tingkat perceraian orang tua dan ibu bekerja yang semakin meningkat membuat mereka menjadi generasi pertama anak-anak kesepian. Tumbuh selama resesi dan penyusutan perusahaan, mereka mengembangkan pandangan ekonomi yang lebih hati-hati. Mereka peduli terhadap lingkungan dan senang merespons perusahaan yang mempunyai tanggungjawab social. Meski mencari kesuksesan, mereka tidak terlalu materialistis dan menginginkan kualitas kehidupan yang lebih baik dan tertarik pada kepuasan kerja dibandingkan mengorbankan kebahagiaan dan pertumbuhan pribadi untuk promosi. Untuk sebagian besar dari 30 juta generasi X yang sudah menjadi orang tua, keluarga adalah prioritas pertama, karier berada prioritas kedua. Generasi X adalah generasi skeptis sehingga agak sulit memasarkan produk pada generasi ini. Mereka tidak terlalu berminat atau silau dengan brosur pemasaran yang berkilau. Walau pun demikian, mereka juga menjadi segmentasi pasar yang menguntungkan.
   Generasi Y. Baik baby boomers maupun generasi X pada satu hari akan mewarisi uang kepada generasi Y atau yang disebut juga echo boomers yang lahir antara tahun 1977 dan 1994 yang berjumlah 76 juta mengerdilkan generasi X dan hampir sama jumlah baby boomers. Echo boomers telah menghasilkan pasar remaja dan orang dewasa yang besar. Pengeluaran remaja telah meningkat 39% dalam delapan tahun terakhir naik sampai $159 miliar tahun lalu. Generasi Y yang lebih tua sekarang telah lulus kuliah dan mulai menapaki karier. Salah satu karakter generasi Y adalah kesiapan dan kenyamanan yang luar biasa terhadap teknologi computer, digital dan internet. Sekitar 87% remaja menggunakan internet meningkat 24% selama empat tahun terakhir. Lebih dari 87% melakukan kegiatan on-line setiap hari dan 84% remaja memiliki setidaknya satu alat jaringan seperti telepon seluler, blackberry atau komputer. Generasi Y menjadi sasaran yang atraktif untuk pemasar. Namun demikian untuk mengjangkau segmen jenuh ini secara efektif, pesan yang akan disampaikan memerlukan pendekatan pemasaran yang kreatif. Sebagai contoh, popularitas olahraga aksi dengan generasi Y telah memberikan peluang pemasaran yang kreatif untuk produk mulai dari pakaian hingga video games, bioskop dan bahkan minuman. Positioning Mountain Dew yang unik dan tajam membuatnya tampak alami bagi penggemar olahraga aksi. Mountain Dew juga mengsponsori olahraga aksi seperti ESPN XGames, Vans Triple Crown juga tur taman skate akar rumput “Mountain Dew Free Flow Tour”. Hasilnya Mountain Dew telah menjadi minuman pilihan pria usia 18 sampai 24 tahun. Demikian juga dengan industri otomotif yang membidik pembeli masa depan ini secara agresif.
   Pemasaran Generasi. Menjadi pertanyaan kritis, apakah pemasar harus menciptakan produk tersendiri dan program pemasran untuk setiap generasi? Beberapa ahli mengingatakan bahwa pemasar harus berhati-hati tentang meminggirkan satu generasi setiap kali merancang suatu produk atau pesan yang tampak efektif untuk generasi lainnya. Kehati-hatian lainnya adalah bahwa setiap generasi mempunyai decade waktu dan tingkat sosio-ekonomi yang berbeda. Contohnya, pemasar sering memisahkan baby boomers menjadi tiga kelompok kecil yakni boomers pemimpin, boomers inti, boomers pengikut dengan masing-masing memiliki keyakinan dan perilaku sendiri. Generasi Y dipisahkan menjadi Gen Y dewasa dan Gen Y remaja. Oleh karena itu, pemasar harus membentuk segmen usia khusus yang lebih tepat di dalam masing-masing kelompok. Lebih penting lagi mendefenisikan generasi berdasarkan tanggal lahir tidak seefektif berdasarkan segmen berdasarkan gaya hidup dan tahap kehidupan.
     Keluarga Amerika yang berubah. Gambaran keluarga ideal AS yang terdiri ataas dua anak dan dua mobil keluarga suburban telah kehilangan pamornya. Saat ini di AS, pasangan menikah hanya sebesar 23% dari 111 juta rumah tangga di seluruh negeri, pasangan menikah tanpa anak 28%, dan orang tua tunggal 16% sementara 32% lainnya adalah rumah tangga non keluarga yakni bujangan yang tinggal sendirian atau orang dewasa yang tinggal bersama baik sesame jenis maupun berlawanan jenis. Semakin banyak orang bercerai, memilih tidak menikah, menunda perkawinan atau menikah tanpa mempunyai anak, pemasar harus terus mempertimbangkan kebutuhan khusus rumah tangga tradisional. Masing-masing kelompok mempunyai kebutuhan dan kebiasaan yang berbeda.  Jumlah wanita berkerja juga meningkat pesar tumbuh dari dibawah 40% dari angkatan kerja AS pada akhir tahun 1950-an sampai sekitar 77% pada tahun 2000. Peningkatan jumlah wanita AS bekerja ini meningkatkan bisnis penitipan anak dan konsumsi pakaian wanita karier, jasa keuangan dan makanan cepat saji.
         Pemasar juga harus jeli membaca perubahan-perubahan lain warga AS sperti perubahan geografis dalam populasi, populasi kerah putih yang lebih terdidik dan prfesional dan keragaman yang makin meningkat. Perubahan demografis ini juga perubahan kebutuhan, keinginan dan gaya hidup. Untuk itu, pemasar berusaha merancang dan memasarkan produk sesuai perubahan-perubahan dimksud agar produk yang dipasarkan tepat sasaran dan mendatangka keuntungan (laba) bagi perusahaannya.

***
Diposting Malang, 13 Maret 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar