Kamis, 22 Juni 2017

PAR (Portofolio at Risk) dan Alternatif Solusi: Sebuah Tawaran Ide

Oleh Kosmas Lawa Bagho, S.Fil.,M.M
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Ketua Koperasi Kredit Serviam Ende

Portofolio at Risk atau disingkat dan dikenal secara luas dalam gerakan koperasi kredit atau credit union sejagad termasuk di Indonesia dan bahkan di Puskopdit Flores Mandiri Ende adalah PAR merupakan suatu persoalan atau masalah serta tantangan yang dihadapi berkenaan dengan risiko kredit atau pinjaman lalai. Gerakan perbankan lebih dikenal dengan istilah atau term "NPL" Non Performing Loan yaitu indikasi kredit bermasalah pada sebuah bank baik bank pemerintah maupun swasta. Apa pun istilah yang digunakan tetap menunjukan adanya potensi pinjaman bermasalah yang apabila tidak segera ditangani secara bijak akan mendatangkan kerugian bagi lembaga perbankan maupun non perbankan atau boleh kita katakan sebagai lembaga keuangan yang menerapkan simpan-pinjam dengan produk utamanya uang.



Melalui postingan ini, penulis tidak membahas NPL yang sering digunakan oleh lembaga perbankan sebagai indikator kinerja keuangannya namun penulis hanya fokus pada pembahasan tentang PAR yang kerap digunakan oleh lembaga simpan-pinjam khususnya koperasi kredit atau credit union.

Tulisan ini juga tidak menggarap dan mengulas secara lengkap dan sempurna namun hanya sebagai curahan ide atau gagasan setelah dua kali mengikuti pertemuan para pengurus, pengawas dan manajer koperasi kredit di kota Ende tanggal 20 Juni 2017 serta pertemuan para manajer dan seluruh (utusan) staf koperasi kredit sekota Ende yang dilaksankan pada tanggal 21 Juni 2017 di aula Hotel Flores Mandiri Ende. Kedua pertemuan ini dilaksanakan oleh manajer dan staf Puskopdit Flores Mandiri Ende menyikapi berbagai fenomena kredit macet pada koperasi kredit dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri apalagi berhadapan berbagai tantangan yang semakin kompetitif akhir-akhir ini. Tulisan ini juga tidak menggunakan draf duluan melainkan langsung dicurahkan ke dalam blog ini apa pun yang terpikirkan dan mampu dimuat pada tulisan sederhana ini.

Dua kali kegiatan dengan agenda utama pembahasan tentang PAR dan bagaimana cara mengatasinya ke depan di dalam koperasi kredit masing-masing. Manajer Puskopdit Flores Mandiri, Drs. Mikhael H. Jawa dalam dua pertemuan menyatakan dengan cukup tegas bahwa apabila koperasi kredit kita tidak segera melakukan hal-hal yang luar biasa dalam menangani PAR yang cenderung meningkat maka sesungguhnya kita sepertinya sedang menggali "liang kubur" bagi koperasi kredit. Apabila itu yang terjadi berarti kita juga menguburkan impian masa depan ribuan bahkan mungkin jutaan anggota yang telah menginvestasi masa depan mereka pada koperasi kredit.

Pernyataan cukup keras dan lantang pada dua kali pertemuan dengan peserta yang berbeda tersebut bukan tanpa alasan atau muncul lantaran rasa keputusasaan melainkan pernyataan atau awan itu bagaikam 'suara nabi di padang gurun" agar segenap fungsionaris (pengurus, pengawas dan manajemen) perlu merasa kegelisahan akibat terus menanjaknya prosentasi maupun angka absolut potensi kredit bermasalah pada setiap koperasi kredit. Mikhael menampilkan data-data PAR dilengkapi usia PAR mulai 0 bulan sampai di atas 12 bulan serta juga menampilkan PAR pada fungsionaris. Hal ini memang cukup transparan untuk menemukan suatu solusi bersama. Penanganan PAR tidak lagi sendiri-sendiri melainkan dalam kebersamaan. "Sebelum proses penanganan, sesungguhnya kesadaran bersama "sense of crisis" harus dimunculkan lebih dahulu. Sebab, kadang orang tidak muncul kegelisahan padahal PAR terus meningkat dan kinerja keuangannya terus merosot. Pengurus, pengawas dan manajemen masih merasa aman-aman saja" katanya tegas.

Ada dua pikiran solusi yang ditawarkan manajer Puskopdit Flores Mandiri baik pada pertemuan pertama maupun pertemuan kedua. Nampak seperti masih bersifat normatif. Namun saya pribadi melihat bahwa ada tawaran solusi yang cukup revolusioner. Pertama, kuratif. Tindakan penyelesaian apa yang sudah terjadi. PAR sebagai masalah. Pengurus dan manajemen diminta tegas untuk mengeksekusi apa yang sudah menjadi regulasi atau tata aturan di dalam koperasi kredit termasuk regulasi "auto-debet". Tindakan pengalihan hak atas tanah misalnya juga hendaknya konsisten dilakukan selain pendidikan, penyadaran, motivasi serta penagihan yang lebih rutin. Fungsionaris juga dalam rapat-rapat, pembahasan data PAR terutama bagi fungsionaris yang dikenal dengan ring 1 harus terus ditampilkan secara transparan dan berani serta dicari strategi penyelesaiannya.

Tindakan yang paling penting menurut Mikhael adalah preventif, pencegahan. Pencegahan selalu lebih baik dan tak berbekas apabila kita cegah sebelum sesuatu itu terjadi. Pencegahan kredit lalai atau PAR itu biayanya murah, mudah dan efektif ketimbang kuratif. "Namun, kita belum optimal melakukannya," tegas Mikhael berkali-kali. Salah satu solusi adalah mengubah regulasi perkreditan. Tidak lagi jumlah pinjaman berbasiskan kelipatan saham melainkan analisis mendalam berdasarkan survei lapangan yang objektif. Itu juga belum lengkap. Regulasi pinjaman hendaknya disesuaikan dengan simpanan dan jaminan simpanan bisa dalam bentuk simpanan maupun tabungan (simpanan non saham) dan konsisten melakukan "auto-debet". Jumlah pinjaman boleh lebih namun harus seiring dengan jaminan yang bisa segera dieksekusi dengan nilai yang tidak merugikan lembaga koperasi kredit. PAR harus sudah menjadi prioritas pertama.

***

Penulis juga sepakat dengan tawaran manajer Puskopdit Flores Mandiri. Penulis juga adalah pengurus (ketua) yang telah berusaha bersama pengurus lain merumuskan pola kebijakan umum termasuk pinjaman yang lebih ketat sehingga bisa meminimalisir PAR, Penulis berkomitmen untuk menjalankannya meski kadang masih belum tegas dalam ekseskusinya.

Penulis memberikan beberapa ide sebagai ajang sharing gagasan untuk penyelesaian PAR. Para pakar manajemen modern pernah mengangkat penelitian mereka pada beberapa perusahaan besar. Perusahaan besar itu sangat optimal menyelesaikan tantangan untuk mengoptimalisasi laba.

Apabila perusahaan atau lembaga bisnis memiliki persoalan, masalah atau tantangan maka hal pertama yang perlu dipikirkan adalah "man" atau "people" lalu baru "what". Apa yang dilakukan. Bahasa menetereng mereka "First people or man" than 'What". Perlu diselesaikan pertama-tama adalah orang atau manusia. Manusia menjadi pusat solusi baru kegaitannya.

Dalam menangani PAR pada koperasi kredit atau credit union juga sama. Apabila koperasi kredit kita memiliki PAR berarti kita menangani man atau people duluan. Man atau people yang kita tangani adalah ring 1 terutama manajemen. Manajemen hendaknya memberikan testimoni positif dalam kaitan dengan PAR. Pastikan bahwa general manajer, manajer dan para kepala hingga cleaning service di dalam koperasi kredit kita semuanya bebas PAR dari 0 bulan. Unsur manajemen sudah bebas PAR, kita berangkat ke unsur pengurus, pengawas dan penasihat serta para motivator atau koordinator koperasi kredit. Unsur fungsionaris bebas PAR, tentu fungsionaris akan lebih mudah menangani PAR anggota.

Cara yang paling efektif adalah duduk bersama dan berbicara dari hati ke hati. Berikan kesempatan kepada semua fungsionaris untuk mengungkapkan apa pun isi hati mereka tanpa ada yang mencela atau mengeritik. Ungkapan isi hati hendaknya dipandu dengan pertanyaan kualitatif "GREAT PAR". GREAT adalah penyesuaian yang diungkapkan oleh coach Helmi F. Wandara dengan term "GREAT Coaching".

Helmi F. Wandara dalam paparannya tentang GREAT adalah
1. Goal : Saat lembaga kita berbicara tentang masalah maka lembaga kita akan terus menerus fokus pada masalah. Oleh karena itu apabila ada masalah yang perlu lembaga lihat dan gali adalah targetnya, goal-nya, impian atau visi dan misi awalnya. Mungkin saja, lembaga kita menetapkan goal yang tidak realistis yang menyebabkan frustrasi atau pun bisa saja terlalu kecil sehingga membuat kita cepat berpuas diri. Misalnya, kita menargetkan PAR 0% ternyata tingkat PAR masih terlalu tinggi membuat kita frustrasi dan stagnan untuk mencari solusinya atau pun target yang terlalu rendah membuat kita tidak lagi terpacu dengan alternatif solusi yang lebih efektif. Impian, visi, misi, goal selalu mendorong kita berbuat yang lebih baik.

2. Reason. Mengetahui alasan menetapkan goal, sangatlah penting. Faktor luar atau ikut tren sebagai alasan atau "big why" sebuah lembaga dalam menetapkan goal biasanya tidak bertahan lama. Perlu the big why sehingga kita menetapkan langkah-langkah solutif bagi penyelesaian atau pencegahan PAR koperasi kredit. The big why harus sesuatu yang berharga, spesifik dan layak diperjuangkan.

3. Element. Goal yang SMART, rasa yakin bahwa sesuatu itu sangat penting, perlu dilanjutkan dengan mengurai elemen-elemen apa yang terlibat agar goal tersebut bisa tercapai. Mulai dari elemen knoeledge, skill, attitude, fasilitas, dukungan, kondisi sampai menggali SWOT yang ada. Elemen-elemen tersebut yang mendukung pencapaian target atau goal dalam menyelesaikan dan mencegah PAR kita.

4. Action. Action plan menjadi langkah yang penting dalam melakukan penyelesaian dan pencegahan PAR koperasi kredit kita. Kita melakukan langkah-langkah pencegahan dan penyelesaian dalam bentuk harian, mingguan, bulanan, tahunan. Action plan disertai dengan pengawasan dan evaluasi yang ketat.

5. Timeline. Hal terakhir adalah timeline-nya. Rancangan atau impian sehebat apa pun tanpa patokan wkatu yang jelas akan terabaikan bahkan terlupakan. Timeline menjadi salah satu kompas agar semua pihak yang terlibat dapat didorong untuk merealisasikan goal secara efektif.

Koperasi kredit bisa mengimplementasikan penanganan dan pencegahan PAR dengan berbagai metode. Intinya kita mau menerima serta memperbaiki berbagai strategi yang sudah tak mempan lagi. Perubahan regulasi dan berani mengeksekusi kadang menjadi daya dorong bagi pencapaian target.

Apabila kita menerapkan GREAT PAR, penulis yakin kita tidak akan frustrasi dan putus asa dengan PAR namun tahap demi tahap bisa menghadapinya dan mampu menyelesaikan secara berkelanjutan.

Selamat mencoba dan terus melakukan inovasi. Semoga bisa bermanfaat!

***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar