Minggu, 11 Juni 2017

Tuhan itu Maha Misteri: Catatan Kematian Dua Sepupuku Dalam Waktu yang Nyaris Sama

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Mohon maaf sebelumnya. Kali ini saya memposting tulisan pribadi yang saya alami Hari Jumad, tanggal 09 Juni 2017.

Pukul 14.00, hari itu, saya pulang lebih awal dari kantor Puskopdit Flores Mandiri. Sampai di rumah bergegas mempersiapkan diri untuk berangkat ke Boawae dari Ende untuk kegiatan perkuliahan sebagaimana biasa di Politeknik St. Wilhelmus Flores-Boawae termasuk santap siang. Tiada firasat sama sekali. Semuanya berjalan biasanya.



Selesai santap siang bersama Ojek ke terminal Ende. Tiba di sana ada bus Tunas Baru menuju Bajawa, saya numpang untuk turun di Politeknik Boawae. Kami keluar dari terminal Ndao sekitar pukul 14.30 wita dan sedikit antri di perjalanan karena perbaikan jalan di Bukit Cinta Ende.

Tiba di Boawae sekitar pukul 16.30 wita. Saya pun langsung menuju rumah sang adik di Aemali dekat kampus Politeknik. Baru kali ini, saya rasa capek sekali. Rasa kantuk bercampur sedikit mabuk menjadi satu. Tiba di rumah sang adik dan eja, langsung baring. Kepala sedikit rasa pusing. Saya langusng menikmati istirahat senja. Sekitar pukul 17.00 wita, sang adik dan suaminya (dalam bahasa setempat, eja) membangunkan saya untuk menikmati kopi sore.

Saya bangun dan kami minum sore bersama. Pukul 18.00, saya berbaring lagi seakan melepas kantuk yang belum pulih benar. Pukul 18.30, ada telp dari kampung Nagerawe. Kendati dalam keadaan masih capek mau istirahat, saya menerima telpon, mungkin ada sesuatu yang penting sebab jarang-jarang mendapatkan telonp dari kampung sendiri.

Suara seberang ternyata kakak sepupuku yang bernama Wens Rebo. Dengan suara lesu, beliau mengabarkan bahwa salah seorang adik sepupu kami yang sempat dirawat di Ende, Bajawa dan Kupang meninggal dunia.

Sepupu itu bernama Stefanus Sue. Awalnya saya bisa menerima sebab memang beliau sakit cukup lama dan berobat dari rumah sakit ke rumah sakit termasuk rumah sakit di Kupang, yang didiagnosis terakhir mendapatkan serangan "tumor ganas". Pihak keluarga yang bersamanya, tidak memberitahukan penyakit yang menakutkan tersebut. Namun dalam suatu pertemuan pribadi dengan isteri saya (kakak ipar adik sepupu kami), beliau menyatakan secara terus terang bahwa dokter mendiagnosis beliau penyakit berbahaya itu dan dokter tidak bisa operasi sebab  harapan hidup sekitar empat bulan lagi (secara medik).

Saya dan isteri tidak menyerah begitu saja. Bersama keluarganya, kami berusaha mencari pengobatan alternatif. Malam pertama di rumah kami dari rumah sakit Ende, ada seorang ibu mendoakan beliau. Paginya,  adik kami bisa langsung jalan sendiri ke kamar mandi untuk mandi meski perut dan kakinya bengkak masih kelihatan jelas. Saya dan isteri sepertinya ada harapan.

Sore hari, beliau mendapat serangan. Ada bantuan doa dari kelompok lain dari keluarga calon isterinya dari Alorawe. Malam itu beliau tidur agak nyaman. Ada diskusi agar beliau ke Boawae ke tempat orang yang berpengalaman menyembuhkan penyakit "tumor" dan "kanker". Saya dan isteri menyanggupinya dan mengurus segala perongkosan ke Boawae.

Satu dua hari di sana, kami mendapatkan sms bahwa sudah mulai ada perubahan terutama kaki yang bengkak sudah mulai turun, walaupun pembengkakan pada perut  agak lembut tidak keras seperti di Kupang dan Ende. Ada seberkas harapan. Tiada yang mustahil bagi Tuhan meski secara medis tak mungkin lagi. Itulah harapan saya ketika membaca sms dari isteri atau adik sepupuku sendiri.

Ternyata itulah misteri Tuhan. Di tengah kabar gembira  melalui sms, malam Jumad, tanggal 09 Juni 2017, saya mendapatkan kabar duka bahwa adik sepupuku meninggal. Saya pasrah dalam penyesalan mendalam, tidak bisa menyelamatkan adik sepupu kami.

Namun berita mengejutkan kakak sepupuku, Wens Rebo menyampaikan bahwa saudari dari sepupu kami yang meninggal itu jatuh pingsan. Saya minta mereka panggil bidan dan mantri memberikan pertolongan dan sejumlah orang pendoa hendaknya beri bantuan pertama. Saya bangkit dari tidur dan duduk penuh cemas di meja makan. Kami lanjutkan dengan makan malam. Saya berusaha kontak kakak Wens. Tidak bisa masuk. Mungkin mereka sibuk menyelamatkan nyawa saudari sepupu kami yang adalah saudari dari sepupu kami yang meninggal tadi.

Pukul 23.00 wita, saya kontak dan mendapatkan berita bahwa keduanya meninggal dunia dalam waktu yang tidak lama. Saudari sepupu kami sejak pingsan setelah adiknya meninggal 5 menit tak bisa sadar lagi. Beliau meninggal berselang 5 menit dengan adik lelakinya setelah memberitahukan kabar duka adiknya itu ke suami dan seluruh anak-anaknya yang berada di Maumere dan Makasar.

Semua warga di kampung kami heboh. Keluarga yang sedang menangis sepupu laki-laki spontan stop lantaran saudari sepupu kami juga ikut meninggal. Baru kali ini terjadi. Menimbulkan rasa takut mendalam. Ada berita hingar bingar di kampung namun kami percaya diagnosis bidan dan mantri yang memberi bantuan pertama bahwa beliau meninggal karena "pembuluh darah pecah".

Memang Tuhan itu maha misteri. Kami mengurus segala sesuatu dengan baik. Saya, setelah perkuliahan di Politeknik Boawae langsung turun ke kampung untuk proses penguburan adik sepupu laki-laki kami hari Sabtu, tanggal 10 Juni 2017 dan juga mengurus proses pemakaman saudari sepupu kami  hari Minggu, tanggal 11 Juni 2017.

Acara penguburan melibatkan banyak orang. Tidak ada perayaan ekaristi hanya ibadat penguburan oleh pengurus stasi setempat. Saya sendiri langsung kembali ke Ende, Minggu 11 Juni 2017 malam sebab Senin harus masuk kantor seperti biasa.

Masih ada seribu satu tanda tanya di dalam hati. Ada rasa penyesalan dan sedih tak mampu menyelamatkan keduanya.

Namun dalam iman, saya yakin "Tuhan itu maha misteri".

RIP keduanya yang sangat kami kasihi.
Amin.

Ende, 12 Juni 2017


Tidak ada komentar:

Posting Komentar