Selasa, 29 November 2016

Mengapa Primer Begitu "Taat" Kepada Sekunder!

Oleh Kosmas Lawa Bagho, S. Fil; M.M
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Malang

"Mengapa primer begitu taat kepada sekunder dalam hal ini Puskopdit Flores Mandiri" demikian pertanyaan hampir sebagian besar peserta temu dialog dari Puskopdit Bekatigade Timor.

Pertanyaan bisa muncul lantaran rombongan begitu heran dan terkesima ketika berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan yang dilakukan oleh Puskopdit Flores Mandiri hampir setiap bulan dengan jangka waktu cukup panjang bahkan ada 60 hari dan 40 hari dengan kontribusi biaya yang tidak kecil, koq primer begitu taat menjalaninya.



Pertanyaan ini semakin mengemuka ketika rombongan mulai mempertanyakan bagaimana sikap primer dalam membayar iuran solidaritas dengan rumus 2% dari pendapatan kotor dikurangi biaya bunga pinjaman SPD kepada Puskopdit Flores Mandiri.

Pertanyaan ini bisa muncul, kemungkinan situasi berbeda yang mereka hadapi di Puskopditnya. Penulis tidak tahu persis, namun itulah kesan spontan yang penulis tangkap. Pertanyaan di atas terus berulang baik dalam pertemuan dengan pengurus pada tanggal 27 November dan dengan manajemen tanggal 28 November 2016.

Rombongan temu dialog atau studi banding seakan ingin menangkap strategi atau tips jitu apa yang manajemen dan pengurus Puskopdit Flores Mandiri sehingga memiliki kesan kuat dan mengemuka bahwa koperasi kredit-koperasi kredit primer begitu komit dan terkesan taat kepada sekundernya.

Mungkin ada strategi "pemaksaan" dari sekundernya. Ternyata, rumusnya sangat sederhana. Bapak Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri hanya menjawab singkat dan padat bahwa Puskopdit Flores Mandiri memberikan pelayanan yang dibutuhkan primer. "Apabila kebutuhan primer terpuaskan dengan pelayanan sekundernya maka mereka akan komit dan taat serta didukung dengan semua keputusan dilalui dalam kebersamaan" tegas Mikhael. Oleh karena itu, "kami di sini, saya sangat tekankan peningkatan kompetensi para staf. Setiap staf harus memiliki kompetensi yang komprehensif sehingga miskin struktur, kaya fungsi", tambah Mikhael, manajer yang selalu bekerja "overtime" itu.

Hal ini benar, apabila kontribusi pelayanan sekunder tidak lagi memuaskan primer maka primer bisa lari ke tempat lain.

Wah, rumusnya dalam tuturan atau ujaran tenryata begitu mudah, yang menjadi tantangan adalah bagaimana melaksanakannya.

Selamat berpraktik, kawan !

Tidak ada komentar:

Posting Komentar