Kamis, 20 November 2014

Filsafat Manajemen Partisipasi (FMP) 2

Oleh Kosmas Lawa Bagho 
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)


Bab II
Pembahasan

2.1   Filsafat Manajemen Partisipasi  dalam Tataran Konsep
Tulisan ini memang bersifat refleksi pribadi penulis tentang filsafat manajemen partisipasi. Walau pun demikian agar refleksi pribadi memenuhi kaidah-kaidah ilmu dan dirasakan lebih berkualitas maka keseluruhan pemaparan hendaknya melandaskan diri pada teori-teori atau konsep-konsep yang sudah diterima umum. Konsep-konsep tersebut diupayakan dipertanyakan agar bisa menemukan konsep baru atau paling tidak konsep bersangkutan mendapatkan validitas baru yang dapat lebih diperkaya. 


Tentu keseluruhan refleksi pribadi ini tidak dengan ambisi besar bertujuan harus memperoleh teori baru namun memberikan daya kritis terhadap apa yang sudah ada dan diharapkan terus-menerus dikritisi sehingga semakin melengkapi konsep manajemen partisipasi yang sudah lazim dan berlaku hingga saat ini. Filsafat manajemen partisipasi yang dibahas di sini lebih berorientasi pada lembaga bisnis atau perusahan.

 Untuk memudahkan pemahaman dan diskusi kritis tentang filsafat manajemen partisipasi maka perlu dikemukan konsep ontologis masing-masing term mulai dari Filsafat, Manajemen dan Partisipasi.

2.1.1   Konsep Ontologis Filsafat
Term atau kata Filsafat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008) seperti dikutif Iqrak Sulhin (2010:135) menyatakan bahwa (1) pengatahuan dan penyelidikan dengan akal budi mengenai hakekat segala sesuatu yang ada, sebab, asal dan hukumnya, (2) teori yang mendasari alam pikiran atau suatu kegiatan, (3) ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika dan epistemologi, (4) falsafah.

Term atau kata Filsafat itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “philos (suka,cinta)” dan “sophia (kebijaksanaan)” lalu diterjemahkan kedalam bahasa Inggris “philosophy’ yang artinya cinta kebijaksanaan. Artinya filsafat adalah sebuah pendekatan atau pencarian yang mendalam untuk menemukan kebijaksanaan tertinggi. Kadang kebijaksanaan tertinggi atau absolut itu sering dinamakan dengan “Tuhan”. 

Berangkat dari asal katanya tersebut dapat dimaknai bahwa filsafat bagaikan mata pisau yang tajam untuk terus mempertanyakan yang ada bahkan yang belum ada untuk menemukan hal yang substansial atau hakiki. Filsafat tidak cepat percaya pada yang ada di permukaan. Filsafat menyelami dan menelusuri relung-relung terdalam dari ilmu pengatahuan atau apa pun yang tampak di permukaan. Filsafat terus berpikir untuk mencari tahu ada apa dibaliknya.  Oleh karena itu, sebagaian orang kadang menolak cara berpikir filsafati lantaran dianggap tak berguna, tak dimengerti dan sulit apalagi berurusan dengan bisnis atau perusahaan. Namun justru, filsafatlah yang membuat bisnis, ilmu pengatahuan, teknologi dan alam sekitarnya menjadi bermakna sebab filsafat berperan sebagai penerang demi kebahagiaan umat manusia. 

Peter Druker (2001) seorang ahli bisnis dan profesor manajemen terkemuka seperti dikutif Reza A. A Wattimena menulis,”Manajemen tidak dilepaskan dari filsafat. Tanpa filsafat, manajemen tidak memiliki fondasi pengatahuan yang kuat. Tanpa manajemen, filsafat akan berhenti sebagai pengatahuan dan insight yang belum diterapkan dalam praktek.”    

2.1.2 Konsep Ontologis Manajemen
Kata manajemen memiliki makna atau terjemahan ke dalam bahasa Indonesia secara beragam dan tidak pernah final atau tuntas. Pluralitas makna manajemen tersebut berdasarkan pada aneka ragamnya persepsi dan cara berpikir tentang manajemen sesuai keilmuan dan kompetensi yang dimiliki masing-masing orang. Hal itu semakin menambah kekayaan tentang pengertian manajemen.
Namun untuk pemahaman refleksi kritis kita bersama dalam tulisan ini, penulis mengutif tulisan Alan Pnl yang mengutif pikiran Mery Parker Follet dan Ricky W. Griffin. 

Kata manajemen berasal dari bahasa Perancis ‘menegement’ lalu diadopsi bahasa Inggris ‘management’ yang artinya seni mengatur dan melaksanakan. Follet dan Griffin melengkapinya dengan pengertian yang lebih luas adalah seni menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain atau sebuah proses perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasian  dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran (goals) secara efektif dan efesien. Efektif berarti bahwa tujuan dapat dicapai sesuai dengan perencanaan, sementara efisien berarti bahwa tugas yang ada dilaksanakan secara benar, terorganisir dan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
   
Manajemen dimaksudkan untuk mengoptimalkan hasil atau produktivitas perusahaan atau bisnis dengan memanfaatkan segala sumber daya yang ada melalui partisipasi yang tinggi. Manajemen membutuhkan keterlibatan semua pihak untuk mencapai tujuan lembaga bisnis atau perusahaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar