Senin, 17 November 2014

Filsafat Manajemen Partisipasi (FMP) 1

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Para sahabat yang terkasih. Mohon maaf, blog ini lebih banyak berisikan hasil penulisan makalah untuk memenuhi perkuliahan di Magister Manajemen Universitas Negeri Malang namun kadang masih berhubungan dengan kegiatan koperasi kredit/credit union. Kali ini, saya memposting makalah tentang Manajemen Partisipasi (Bisnis/Perusahaan); Sebuah Pendekatan Filsaat, Mengapa Tidak? Dengan harapan, mendapat masukan dan kritikan demi penyempurnaan makalah ini, yang kemungkinan besar akan diterbitkan dalam bentuk buku secara borongan dengan teman-teman dari Magister Manajemen. Berilah masukan yang kritis dan doakan agar impian besar itu bisa terwujud dan buku yang ditunggu-tunggu untuk memperkaya manajemen sebagai kontribusi filsafat bisa hadir di tengah pembaca secara berkualitas.



Bab I
Pendahuluan
1.1  Latar Belakang
“Manajemen Partisipasi: Sebuah Tinjauan Filsafat Mengapa Tidak” adalah sebuah terobosan pertanyaan yang diajukan penulis dalam rangka menyelesaikan tugas refleksi pribadi penulis untuk memenuhi tugas perkuliahan materi Filsafat Manajemen yang diampu oleh Dr. H.H.Agung Winarno.,M.M. 

Pertanyaan ini menjadi penting lantaran selama ini yang dikenal umum adalah manajemen partisipasi tidak diperluas atau diperdalam dengan tinjauan filsafat atau ilmu berpikir sehingga manajemen partisipasi hanya membatasi diri pada bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat untuk mewujudkan program pemerintah, lembaga sosial-politik termasuk lembaga agama. Dalam tataran ekonomi-bisnis, pengelolaan partisipasi dibutuhkan hanya untuk memaksimumkan produktivitas (hasil/laba) perusahaan. 

Ilmu berpikir (filsafat) menjadi penting agar manajemen partisipasi tidak hanya menjadi objek saja dari perusahaan atau bisnis agar memaksimalkan laba yang sebesar-besarnya tanpa masyarakat atau para karyawannya menemukan esensi terdalam mengapa mereka berpartisipasi secara lebih mendasar dan menyeluruh sehingga partisipasi lahir secara inheren di dalam pribadi dan bukannya sesuatu yang datang atau distimulus dari pihak luar.

 Untuk itu, perlu cara berpikir yang baik menggunakan kaidah-kaidah ilmu dan nurani yang dapat dipertanggungjawabkan sebagai makluk yang terus mencari melalui mengajukan pertanyaan yang baik dan benar. Filsafat manajemen membantu masyarakat berpartisipasi secara sadar dan bukan hanya menjadi manusia robot dalam perusahaan atau bisnis tertentu. Partisipasi melibatkan manusia seutuhnya yang memiliki akal berpikir dan nurani merasa serta keseimbangan antara berpikir dan kejernihan hati nurani secara penuh sebagai manusia yang bermartabat mulia. Bukan suatu bentuk mobilisasi yang manipulatif. 

Mengenai pertanyaan ini adalah berfilsafat. Socrates, filsuf Yunani kuno sangat terkenal cara mengajarnya adalah dengan bertanya. “Guru tidak melakukan apa pun kepada para muridnya, kecuali bertanya, mengarahkan perhatian murid dan menuntun mereka untuk mendapatkan jawaban mereka sendiri”.
Pendapat ini didukung filsuf kontemporer Gorge Bernard Shaw seperti dikutif Antony Robbins,”Sebagian orang melihat sesuatu yang sudah ada dan berkata, ‘Mengapa?’ Saya memimpikan sesuatu yang belum pernah ada dan berkata,”Mengapa tidak?” (Anthony Robbins 2014:278-280).

1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat dirumuskan masalah yaitu:
1.2.1 Apa itu Filsafat, Manajemen dan Partisipasi dalam Tataran Konsep?
1.2.2 Apa Peran Filsafat Manajemen Partisipasi dalam Bisnis?
1.2.3 Apa tantangan Filsafat Manajemen Partisipasi dalam Bisnis?
1.2.4 Bagaimana Solusi Alternatif Filsafat Manajemen Partisipasi?

1.3  Tujuan penulisan
Dalam kaitan rumusan masalah di atas maka penulisan ini memfokuskan diri pada: apa itu filsafat manajemen partisipasi, apa peran filsafat manajemen dalam lembaga bisnis, membahas tantangan atau hambatan partisipasi  serta mencari solusi alternatif jawaban yang lebih menyeluruh, mendasar, sistematis, logis dan spekulatif. 

Bagi akademisi, penulisan ini memberikan kontribusi bagi majemen partisipasi dalam tinjauan filsafat artinya manajemen partipasi secara sadar dan bertanggungjawab bukan sebuah mobilisasi yang bersifat manipulatif. Bagi praktisi manajemen perusahaan agar kontribusi ini semakin meningkatkan derajat kemanusiaan dalam seluruh proses pelayanan bisnis agar manusia (pengelola/karyawan) semakin bermartabat dalam upaya meningkatkan profitabilitas dan brand image yang positif bagi perusahaan.

Diposting, Malang 18 November 2014




Tidak ada komentar:

Posting Komentar