Kamis, 29 Maret 2012

Praktek Wawancara Calon Fasilitator BIS

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sesuai rencana dan jadual pelatihan BIS adalah hari ketiga melakukan praktek wawancara pada tempat praktek yakni tiga kopdit yang telah dihubungi menjadi uji coba wawancara para peserta pelatihan calon fasilitator BIS (Business Information System). Ke-23 peserta pelatihan dibagi dalam tiga kelompok yakni Kelompok Kucing (7 orang) melakukan praktek di Kopdit Bahtera Ende dengan pendamping Bapak Charlie Venture, Kelompok Monyet (8 orang) melakukan praktek di Kopdit Serviam Ende dengan pendamping Bapak Michelle Semwogerere dan Kelompok Harimau (8 orang) melakukan praktek di Kopdit Kapo Kunu –Nangaba dengan pendamping Bapak Morris Mungai dan Bapak Kosmas Lawa Bagho.

Wawancara dilakukan untuk tiga klasifikasi yakni wawancara kepada pemerintah setempat (Kepala Desa dan Lurah) wilayah koperasi kredit tempat praktek berada. Untuk Kopdit Kapo Kunu melakukan wawancara dengan Kepala Desa Rukuramba-Nangaba sementara Kopdit Serviam dan Kopdit Bahtera mewawancarai Lurah Paupire Ende. Selain itu, peserta juga mewawancarai pengurus dan manajemen koeprasi kredit masing-masing serta lima orang anggota dengan jenis usaha berbeda.

Para peserta sungguh bersemangat mempersiapkan diri untuk terjun langsung ke lapangan melakukan praktek wawancara meski sesungguhnya di koperasi kredit masing-masing, mereka senantiasa berhadapan dengan anggota. Walaupun demikian praktek wawancara untuk mengetahui apa mata pencaharian anggota sehingga kopdit mampu melakukan asistensi, ini menjadi momen menarik tersendiri. Hal ini ditandai dengan antusiasme peserta sudah pagi-pagi menunggu koordinasi para pembimbing untuk melakukan praktek lapangan.

Wawancara bagi pemerintah desa atau kelurahan memiliki fokus pada profil wilayah, potensi desa atau kelurahan, demografi, geografi serta apa yang telah dilakukan dengan strategi peningkatan atau pengembangan ekonomi masyarakat. Hasil wawancara kelompok pemerintah mengakui bahwa pemerintah desa atau kelurahan memiliki database anggota hanya belum memfokuskan diri pada usaha-usaha masyarakat di daerahnya masing-masing namun sudah ada kegiatan pelatihan UBSP (Seruni) pernah mendapatkan prestasi tingkat nasional, pengelolaan makanan lokal (kripik pisang, kripik ubi dan stik jagung yang juga dipasarkan di Hero Swalayan Ende, tenun ikat (corak Ende-Lio) bekerjasama dengan Dinas Perindag Ende (khusus Kelurahan Paupire Ende) sementara Desa Rukuramba ada kegiatan pemberdayaan ekonomi masyarakat melalui pelatihan meubler dan fermentasi minyak kelapa murni hanya belum konsisten pendampingannya.

Wawancara dengan pemerintah untuk mengetahui bagaimana Kopdit membangun jaringan dengan pemerintah setempat atau pemerintah melakukan kerjasama dengan koperasi kredit untuk menyatukan berbagai sumber daya demi memberdayakan masyarakat miskin. Melalui wawancara diperoleh hasil sementara bahwa keduanya belum membangun jaringan yang lebih intensif dan terarah. Walaupun demikian, ke depan tentu memiliki peluang besar untuk membangun jaringan kerjasama yang saling menguntungkan.

Wawancara pengurus dan manajemen koperasi kredit tempat praktek (Kopdit Bahtera Ende, Kopdit Serviam Ende dan Kopdit Kapo Kunu Nangaba) dengan pola sejarah berdirinya, visi dan misi, struktur organisasi, produk dan pelayanan, strategi pengembangan serta data-data pertumbuhan 3 tahun terakhir, jumlah anggota berdasarkan pekerjaan dan usaha, sistim dan prosedur pelayanan pinjaman, jejaringan serta kegiatan penguatan kapasitas fungsionaris dan anggota terutama peningkatan wirausaha anggota.

Disadari bahwa masing-masing koperasi kredit melaksanakan proses pengembangan kewirausahaan anggota belum terfokus dan hanya secara gradual karena kesulitan fasilitator kewirausahaan yang andal serta tenaga/karyawan pendamping. Apalagi masing-masing koperasi kredit melaksanakan pengembangan kewirausahaan anggota belum didukung dengan data base jenis-jenis usaha anggota secara optimal sehingga kesulitan dalam proses pendidikan atau pendampingannya. Koperasi kredit masih memfokuskan diri pada pengatahuan dan ketrampilan “dapur pelayanan” dalam arti administasi dan pelayanan keuangan anggota.

Benar apa yang disetir oleh Mr. Charlie Venture, bahwa fungsionaris (pengurus dan manajemen) masih berkutat secara memadai pada administrasi keuangan, pelayanan kredit dan penyelesaian kredit macet namun kurang perhatian pada peningkatan ataupun membangun jiwa kewirausahaan anggota meski harus disadari bahwa tanpa anggota, fungsionaris (terutama manajemen/karyawan) tidak mendapatkan pendapatan dari koperasi kredit untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari dan lembaga keuangan koperasi kredit tentu tidak akan berkelanjutan. Harapan dan sentilan ini hendaknya menginsafkan para fungsionaris koperasi kredit tempat praktek dan koperasi kredit-koperasi dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri atau koperasi kredit/CU sejagad.

Untuk wawancara dengan anggota pengusaha yang selama ini memanfaatkan pinjaman dari koperasi kredit untuk pengembangan usaha memfokuskan diri pada latarbelakang usaha, lokasi usaha, jenis usaha, modal usaha, karyawan usaha, arus kas usaha, perencanaan usaha, proses/strategi pemasaran, kendala yang dihadapi dan harapan-harapan pengembangan usaha.

Sampel usaha yang diwawancarai untuk Kopdit Serviam adalah usaha kios, warung makan, ternak ayam, ternak babi dan bengkel kayu dan kos-kosan., sedangkan Kopdit Kapo Kunu adalah usaha kakao, ternak ayam, batu merah, kios, tenun ikat dan Kopdit Bahtera adalah jahit, tambal ban, bengkel mobil dan warung dan kios.

Hasil wawancara menunjukkan bahwa para pengusaha lokal belum secara serius mengembangkan usahanya atau menganggap usaha hanyalah sampingan sehingga ada kendala tidak total melaksanakan usaha yang sedang digelutinya. Ada beberapa usaha yang sejenis sehingga menimbulkan persaingan usaha yang sangat kompetitif bahkan saling merugikan dengan pinjaman dari lembaga yang sama adalah koperasi kredit. Kendala lain adalah kurangnya kompetensi para pelaku atau karyawannya yang dipekerjakan apalagi ada karyawan yang tidak loyal, kurangnya pendampingan usaha dari koperasi kredit misalnya pelatihan pembukuan, manajemen usaha serta monitoring melekat. Umumnya para pengusaha local yang adalah anggota koperasi kredit mengharapkan agar ada pelatihan khusus sesuai jenis usaha yang mereka geluti dan pendampingan intensif dari fungsionaris koperasi kredit termasuk membantu membuat proposal usaha, perencanaan usaha, arus kas serta pemasaran.

Para peserta sungguh bahagia karena mereka terjun langsung melakukan praktek lapangan untuk mengalami langsung situasi riil dan menerapkan pengatahuan dan ketrampilan yang diperoleh di dalam ruang pelatihan agar sekali kelak mereka mampu memberikan advis pengembangan usaha dan mereka sendiri secara pribadi dapat memulai dan meningkatkan usaha sesuai potensi pasar yang dimiliki di suatu daerah.

Profisiat. Semoga ilmu dan ketrampilan tidak cepat menguap dan mati karena tidak lagi mengimplementasikan secara sungguh-sungguh setelah pelatihan selesai. “Go forward Pengusaha Kopdit!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar