Selasa, 13 Maret 2012

Tips Mendirikan Koperasi Kredit/Credit Union

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Mei 1997. Suatu start waktu, penulis mulai melibatkan diri secara teknis dalam upaya memberdayakan masyarakat akar rumput melalui koperasi kredit atau credit union di wilayah Kabupaten Ende, Ngada dan Nagekeo (yang mekar 8 Desember 2006 dari induknya Kabupaten Ngada). Penulis tidak memiliki bekal yang cukup di perguruan tinggi sebab berbalik 360 derajat dari panggilan untuk menjadi penjala manusia "terjerumus" pada pemberdayaan bisnis yang berhati nurani meski tidak beda jauh jauh amat sebab di sana kumpulan orang lebih diutamakan ketimbang modal. Modal atau uang cuma sebagai sarana.

Waktu terjun aktif di sana, penulis menemukan berbagai suka dan duka apalagi memang dunia koperasi kredit saat itu di wilayah ini sedang mengalami masa krisis. Ada krisis kepercayaan anggota dan masyarakat terhadap dunia perkoperasian kredit lantaran ada satu dua kopdit yang bubar tanpa penyelesaian yang positif.

Dibalik berbagai masa krisis ini, muncul suatu tekad untuk membaharui dan membenah demi kemajuan dan keberlanjutan lembaga koperasi kredit yang masih sempat bertahan dan diselanatkan. Upaya keras yang dilandasi dengan doa, mulai nampak tanda-tanda perubahan dan kemajuan.

Koperasi kredit mulai tumbuh secara luar biasa sejak tahun 2001 dan tahun 2008 hingga saat ini seperti mendapatkan masa emasnya. Pertumbuhan anggota dan aset sungguh signifikan. Untuk total 47 koperasi kredit yang berpayung pada Puskopdit Flores Mandiri per 31 Desember 2011 mencapai 87 ribu lebih dan aset Rp 465 miliar lebih. Suatu perkmbangan fenomenal meski belum apa-apa dibandingkan dengan lembaga keuangan lainnya.

Dalam perjalanan menikmati pertumbuhan dan perkembangan memngembangkan koperasi kredit, ada pertanyaan teman-teman yang juga mengembangakan lembaga yang sama namun belum mencapai hasil optimal. Pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana awal mendirikannya, bagaimana cara mengembangkannya, bagaimana mengatasi kredit macet dan pertanyaan menggelitik lainnya (sharing pengalaman) bahwa mereka pernah mengalami kerugian akibat sejumlah uang dalam jumlah besar dibawa lari oleh petugas (karyawan).

Mungkin penulis tidak bisa menjawab semuanya dalam satu tulisan ini. Penulis meringkasnya agar bisa memberkan sedikit obat peneguahan untuk terlibat memberdayakan masyarakat akar rumput dengan mengandalkan kekuatan dari masyarakat sendiri.

Sahabatku,
Awal mendirikan koperasi kredit/credit union, hendaknya kita memiliki semacaram visualisasi apa yang dibuat dengan lembaga yang mau kita dirikan. Bahasa Steven Covey, "Beginning with the end". Awal mendirikan, kita harus sudah membayangkan bagaimana akhirnya atau hasilnya. Pengalaman penulis yang singkat, bahwa membangun koperasi kredit hendaknya kita mengandalkan segala sesuatu termasuk modal perputaran dari anggota melalui simpanan dasar seperti: simpanan pokok (disesuaikan dengan kemampuan keuangan masyarakat setempat tapi kami di sini Rp100.000) selama menjadi anggota, simpanan wajib yang wajib setor bulanan Rp10.000 dan simpanan kapitalisasi sesuai kemampuan anggota, disamping itu semacam uang administratif dalam bentuk uang pangkal Rp10.000/orang.

Namun untuk menjadi anggota, masyarakat (calon) hendaknya diberi pendidikan dasar 7 jam koperasi kredit dengan materi andalan: Ansos (Analisa Sosial), sejarah koperasi kredit, jati diri koperasi kredit, P3K, Struktur organisasi serta Usaha dan Pelayanan Kopdit. Materi-materi ini lebih menekankan perubahan cara berpikir (mindset) calon agar lebih berpikir produktif ketimbang konsumtif serta meningkatkan kesadaran menabung.

Pendidikan dasar diikuti dengan pendidikan lanjutan serta pendidikan spesialisasi mengenai perencanaan keuangan, peningkatan aset pribadi, kecerdasan keuangan (financial literacy), manajemen keuangan, manajemen kepemimpinan, manajemen perkreditan, manajemen usaha dan BIS (business information system).

Pendidikan hendaknya menjadi urat nadi gerakan koperasi kredit yang dilaksaanakan secara terprogram dan teratur. Jika anggota sudah sadar, koeperasi kredit bisa membuka produk non saham sesusai kebutuhan anggota dan kemampuan manajerial (perlu ada pembagian yang tegas, pengurus sebagai penetap kebijakan dan manajer sebagai pelaksana operasional).

Tidak kalah penting, koperasi kredit hendaknya memiliki kantor atau sekretariat yang tetap dan strategis, mudah dijangkau agar menarik masyarakat dan mau bergabung dengan koperasi kredit bersangkutan.

Sebagai lembaga kuangan tentu ada kendala kredit macet. Kita dulu biasa dengan jaminan watak si peminjam namun karena kemajuan zaman maka watak sudah bisa diperhitungkan lalu kita ada garansi sertifikat tanah, barang bergerak namun juga mengalami kendala dalam mengeksekusi karena harus berhadapan dengan pengadilan. Butuh banyak energi, usaha dan uang namun eksekusi lapangan tidak segera terjadi.

Kini, kami mengalihkan dengan garansi simpanan calon peminjam baik saham maupun non saham, suami-isteri ataupun anak-anaknya. Akumulasinya menjadi jumlah pinjaman. Memang tidak menjawab kebutuhan pinjaman tetapi kita melatih anggota bertanggungjawab terhadapa keuangannya sendiri baru kita tingkatkan agar dia bisa mengelola uang orang lain.

Mengenai karyawan/petugas lapangan yang melarikan uang organisasi maka kami biasanya memperketat saat perekrutan awal dan calon karyawan harus menyerahkan jaminan berupa ijazah asli atau barang agunanan yang segera bisa dijadikan uang apabila dia melakukan manipulasi atau melarikan diri.

Kita juga membudayakan audit secara internal maupun eksternal untuk menjamin transparansi pengelolaan dan kejujuran dalam memenej uang anggota yang puluhan bahkan ratusan miliar serta sekarang ada kopdit yang menargetkan mencapai 1 triliun hehehehe

Dengan demikian, kita berharap anggota sejahera, manajer dan karyawan bekerja dengan nyaman dan organisasi koperasi kredit/credit union bisa besar, kuat, sehat dan profesional.

2 komentar:

  1. bagaimana sih caranya mendirikan kopdit yg berafiliasi dgn credit union

    BalasHapus
    Balasan
    1. Koperasi kredit juga nama lain dari credit union. Terima kasih

      Hapus