Selasa, 28 April 2020

Memberi Bekas Pada Waktu: Sambutan Mewakili Peserta OJT XXVI/2020

Oleh Octavianus Ansi Atika
Peserta OJT XXVI Utusan Kopdit Sangosay-Bajawa

Catatan:
OJT Angkatan XXVI/2020 ada 29 peserta yang semuanya utusan dari Kopdit Sangosay dan para lelaki semua hehehe. 



Waktu, dia mengalir tanpa bisa kita tahan. Sangat sering arusnya yang deras membawa kita pergi tanpa terasa dan tersadar. Cuma sebentar, saat kita angkat mata dan melihat suasana sekitar yang telah berubah, kita lantas mulai menghitung, sekian waktu telah berlalu.

Tanpa terasa waktu 60 hari berlalu begitu cepat dan kita telah sampai dipenghujung masa OJT. Selama 60 hari ini , tentu banyak hal yang telah kita rengkuh. Ada canda, tawa, ratap, tangis dan gertak gigi. Masa OJT ini adalah masa ret-ret untuk kita, masa pemurnian motivasi diri, bukan saja mempersiapkan diri kita menyongsong Paskah namun lebih dari itu kita mempersiapkan diri kita untuk diutus melayani sesama sebagai karyawan Kopdit Sangosay. 


Waktu 60 hari ini selain kita menempah skil dan pengetahuan kita, tetapi juga menjadi momen refleksi dan rekonsiliasi diri. Rekonsiliasi yang terpenting adalah dengan diri sendiri. Selain kita memulihkan relasi dengan sesama namun yang terpenting adalah berdamai dengan diri sendiri. Salah satu intrumen yang membantu kita untuk berefleksi dan rekonsiliasi adalah dengan menulis jurnal tiap hari. Saya mengamini apa yang ditulis. 

Fian Atika
 Socrates seorang Filsuf  Yunani menulis “Hidup yang tidak direfleksikan adalah hidup yang tidak pantas untuk dihidupi”. Untuk apa kita disini, sudah sampai di mana kita melangkah, nilai apa saja yang telah kita integrasikan dalam diri, apa saja jejak yang kita tinggalkan dan kemana kita akan menuju? Ada beberapa pertanyaan yang penting untuk kita refleksikan.

 Kita pun menyadari betapa waktu 60 hari cepat berlalu dan waktu adalah satu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui, karena detik yang berlalu akan menjadi kenangan. Jika ia telah pergi, maka tak akan pernah kembali lagi atau dalam istilah Heraclitus filsuf Yunani Kuno “Panta rhei kai uden menei…."semuanya mengalir dan tidak ada yang tinggal tetap". Di dunia ini tidak ada yang abadi dan tidak berubah selain perubahan itu sendiri. Seperti kotbah Pastor Pendamping Rohani beberapa minggu lalu bahwa "kita berada dalam suasana kemulian Tabor Flores Mandiri namun kita tidak bisa tinggal tetap disini apalagi sampai membangun kemah, sebab kita mesti turun ke Yerusalem pelayanan nyata kepada sesama sebagai karyawan Kopdit Sangosay". 

Kebanggan kita sebagai karyawan Kopdit Sangosay bukan karena materi atau upah, tetapi seberapa banyak kita mengabdi, itu harga diri kita. Upah merupakan konsekuensi logis ketika pengabdian kita berdayaguna. Kini saatnya kita berbuat dan berkarya. Berusahalah untuk tidak hanya menjadi manusia yang berhasil/sukses tetapi berusahalah menjadi manusia yang berguna bagi banyak orang. Kita semua tahu siapa diri kita, namun kita takkan pernah tahu seperti apa kita kelak, karena siapapun bisa jadi apapun.

Orang Jerman bilang: “Ende gut, alles gut”. "Akhir yang baik akan meninggalkan kesan yang baik". Boleh jadi ungkapan orang-orang Jerman di atas berangkat dari satu pengamatan atas psikologi massa. Namun hemat saya yang juga sangat menentukan baiknya sesuatu atau satu masa adalah awalnya, apa yang terjadi pada permulaannya. Awal yang baik adalah basis untuk membuat sesuatu yang baik, membangun sesuatu yang berguna bagi banyak orang. Dan kita sudah mengawalinya ditempat ini, meminjam bahasanya Pater, kita “disepuh” ditempat ini selama masa OJT oleh orang-orang hebat (Pak Mikel, Pak Venan, Pak Kosmas dan staf puskopdit yg lain). 

OJT ini adalah batu loncatan yang baik untuk proses hidup kita kedepan. Untuk itu kami 29 peserta yang adalah anak, adik dan saudara bapak/ibu dengan penuh kesadaran menyampaikan limpah terimakasih untuk semua cinta dan perhatian yang boleh kami terima dari tempat ini. Terimakasih untuk Pak GM Sangosay yang telah memilih dan memberi kesempatan kepada kami untuk datang belajar dan menimba ilmu di orang-orang hebat ini. 

Terima kasih untuk Bapak Manager yang bersedia menerima kami yang beragam ini dengan kekhasan masing-masing, terima kasih karena rela mendampingi kami dengan penuh kesabaran dan cinta yang utuh layaknya bapak serentak ibu bagi kami di tempat ini yang “memaksa kami” untuk mencintai akuntansi. Terimakasih untuk Pak Venan yang mendampingi kami juga dengan penuh kesabaran dan cinta layaknya saudara sedarah yang tidak tau bagaimana caranya marah ketika tingkah kami tak karuan yang mendampingi kami sampai pada tahap bagaimana kami bisa mencintai angka-angka. 

Terima kasih untuk pak Kosmas yang mendidik kami dengan lembut hingga kami sadar hidup tidak semudah menelan ludah sendiri. Terimakasih untuk kedua pater (Pater Pit dan Pater Elias) yang dengan setia melayani perayaan Ekaristi Kudus bersama kami walaupun ada awasan untuk berkumpul melaksanakan perayaan keagamaan terkait virus corona, bukti penghayatan sakramen imamat dan iman akan penyelenggaraan Illahi. Terima kasih untuk segenap staf puskopdit yang walaupun kita tidak bersua tiap hari namun kami yakin andilmu besar untuk proses pembentukan diri dan kepribadian kami. Terima kasih untuk segenap Karyawan hotel mulai dari cleaning service, receptionist, security, office-boy, master-cheff semua karyawan dan karyawati yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu yang melayani kami dengan penuh cinta. Untuk semuanya dari lubuk hati yang paling dalam kami ucapkan limpah terima kasih. Kami tidak bisa balas kebaikan bapak/ibu/saudara/i di sini tapi kami sangat yakin Tuhan tidak mungkin menutup mata.

Sebagai insan yang lemah dan terbatas, saya mewakili ke-28 teman juga sadar sungguh telah banyak kata yang melukai rasa, begitu banyak tingkah naïf yang melukai hati bapa/ibu di tempat ini, mulai dari bangun pagi terlambat, makan terlambat dan tidak tertib, keluar masuk hotel tanpa izin, membuat gaduh dan mungkin membuat hotel ini sedikit tidak nyaman, tidak serius mengikuti seluruh proses pembinaan di tempat ini. Untuk itu semua, dari lubuk hati yang paling dalam, kami mohon dimaafkan. Semoga proses pembinaan di tempat ini menjadikan kami pribadi yang lebih dewasa, karena sejatinya usia tidak ada sangkut pautnya dengan kedewasaan. Dewasa itu, soal pilihan hidup dan integritas diri. Jika sekarang kami masih menjadi kepompong yang menjijikan, kelak kami akan bermertamorfosis menjadi kupu-kupu yang indah dan menakjubkan. Kami percaya itu.

Teman-teman, sebentar lagi kita akan kembali ke tempat kita masing-masing dan menjumpai orang-orang terkasih. Titip salam untuk semuanya, kendatipun raga kita tak bersama, terpisah oleh jarak namun kita tetap dapat bersua dalam doa dan grup WA. Tetap jaga kesehatan di tengah wabah corona. Karena gara-gara corona, semua diliburkan kecuali cicilan Koperasi. Kita tetap mawas diri, bukannya kita tidak percaya pada penyelenggaraan Illahi. Pertanyaannya, bukankah kita juga harus bertagungjawab atas kesehatan dan keselamatan kita serta orang-orang yang kita cintai?  Maka kalau berbicara iman, kita juga jangan sampai mencobai Tuhan sendiri.

Akhir kata, kesempurnaan hanya milik Allah, maaf jika ada kata yang menyayat hati, terima kasih untuk kebersamaan ini, terimakasih, terimaksih dan terimaksih.

Ende, 24 Maret 2019

***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar