Kamis, 06 Agustus 2015

Jadilah Anak Mandiri

Oleh Kosmas Lawa Bagho



Menyongsong Hari Anak Nasional tanggal 23 Juli 2015, Puskopdit Flores Mandiri  menyelenggarakan  pertemuan  anak-anak insan koperasi kredit mulai tingkat SD, SLTP dan SLTA yang diadakan di Hotel Puskopdit Flores Mandiri Ende sejak tanggal 22-28 Juni 2015. Pertemuan dimaksud terbagi dalam dua gelombang. Gelombang pertama diadakan sejak tanggal 22-24 Juni 2015 khusus tingkat SD dan gelombang kedua tanggal 26-28 Juni 2015 untuk tingkat SLTP & SLTA. Mereka semua melebur dalam satu payung Puskopdit Flores Mandiri.


“Kami mengucapkan selamat datang dan berterima kasih kepada kalian yang telah meninggalkan kegembiraan liburan di rumah masing-masing datang ke Puskopdit Flores Mandiri  untuk mengikuti serangkaian kegiatan peningkatan wawasan, pengahuan, ketrampilan dan pola sikap tentang koperasi kredit sebagai media pembelajaran dan persiapan masa depan. Di sini, kalian akan saling sharing untuk menjadi pribadi yang mandiri” demikian Mikhael H. Jawa, manajer Puskopdit Flores Mandiri dalam membuka pertemuan anak-anak insan koperasi kredit se-wilayah Puskopdit Flores Mandiri di Hotel Flores Mandiri tanggal 22 Juni 2015 untuk gelombang pertama dan tanggal 26 Juni 2015, gelombang kedua.

Membangun Anak yang Mandiri

Mikhael Hongkoda Jawa dalam pemaparan materi “Menjiwai Wirausaha Sejak Usia Dini” dengan dialog yang sangat menyenangkan untuk memancing pengertian dan pemahaman anak-anak generasi emas koperasi kredit akan pentingnya membangun jiwa wirausaha sejak usia dini. Beliau membuka pemaparan dengan pertanyaan menggugah cita-cita masing-masing anak.

Luar biasa bahwa mereka mengutarakan tanpa beban cita-cita sebagai dokter, polisi, tentara, perawat dan sebagainya dan tak satu pun yang bercita-cita menjadi pengusaha atau pebisnis atau wirausahawan/i sukses. Semua pekerjaan yang diidam-idamkan anak-anak umumnya berkonsentrasi pada kemampuan otak kiri. Mikhael mengarahkan anak-anak untuk juga mengoptimalkan kemampuan otak kanan.

Mikhael memaparkannya dalam bentuk cerita agar anak-anak lebih mudah mengikuti dan memahami dengan harapan kelak mereka bisa menyeimbangkan kemampuan otak kiri dan otak kanan dan berusaha menjadi wirausahawan-wirausahawati muda yang sukses dan mandiri. Dengan demikian masa depan koperasi kredit akan terjamin.

“Si Jao adalah orang dominan otak kiri. Ia terlalu banyak berpikir sehingga takut gagal, waswas dan kuatir. Walaupun sudah dapat pinjaman modal, ia masih banyak pertimbangan dan takut gagal. Bagaimana mau maju apabila ia tidak yakin akan berhasil?” tantang Mikhael kepada anak-anak insan koperasi kredit pada tiga kabupaten yakni Ende, Ngada dan Nagekeo.

Lebih lanjut, Mikhael bercerita singkat, “Orang yang berpikir ala otak kanan justru langsung bisa berjualan kue tanpa modal seper pun. Ini baru mantap. Anda bisa melakukan hal yang sam. Apabila ingin membuka usaha atau mau menjadi pengusaha (wirausaha), jangan menunggu modal terkumpul, terlalu lama. Lebih baik ikuti cara otak kanan, mulailah usaha tanpa modal. Ayo, tunggu apalagi”, ajak Mikhael menggugah optimisme generasi masa depan koperasi kredit.

Melalui cerita-cerita tersebut, Mikhael menjelaskan tentang makna wirausaha. Wirausaha berasal dari dua kata “wira” dan “usaha”. Kata wira artinya teladan, patut dicontohi sementara usaha artinya kemauan keras, memperoleh manfaat. Wirausaha maksudnya orang yang berkemauan keras dalam melakukan tindakan yang bermanfaat dan patut menjadi teladan atau seseorang yang berkemauan keras dalam berbisnis yang patut menjadi teladan hidup. “Apabila anak-anak menjadi wirausaha berarti orang yang bekerja keras dan menjadi teladan hidup bagi orang lain”, tegas Mikhael disambut antusias anak-anak dengan anggukan setuju.

Untuk memperdalam materi wirausaha, Mikhael melanjutkan bahwa perlu sepuluh (10) semangat jiwa wirausaha pada anak yakni jujur, gigih, kerja keras, tekun dan sabar, kreatif, berani mengambil resiko, percaya diri, pantang menyerah, punya motivasi untuk berhasil dan fleksibel.

Hal yang perlu didalami anak-anak calon wirausahawan-wirausahawati adalah tahu secara jelas perbedaan anak yang mandiri dan anak manja. Anak manja tidak akan menjadi wirausahawan/i. Ciri-ciri anak-anak manja menurut Mikhael adalah cengeng atau terlalu bergantung pada fasilitas orang tua, kurang kreatif atau enggan menggunakan akal pikiran, sombong dan meremehkan orang lain, boros atau tidak menghargai uang dan menggunakan kekayaan orang tua untuk memenuhi kebutuhan hidup.

Sementara anak mandiri yang lebih berpeluang menjadi pengusaha dengan karakteristik cerdas dalam berpikir dan bertindak (kreatif melakukan segala hal), cekatan (mudah melakukan segala hal tanpa takut salah), hemat (lebih menghargai uang) dan memiliki sikap prihatin (memahami kondisi ekonomi orang tua) serta kuat menghadapi rintangan dan masalah.

“Anda kalian mau menjadi anak mandiri atau anak manja?”, tanya Mikhael. Anak-anak serempak menjawab, “Anak yang Mandiri” disambut tepuk tangan meriah seluruh peserta di dalam ruangan. Mudah-mudahan jawaban anak-anak bisa memberikan harapan baru bagi gerakan koperasi kredit/credit union masa depan yang lebih memikirkan usaha-usaha produktif ketimbang hal-hal konsumtif seperti yang telah terjadi selama ini.

Berbagai Lomba
Anak-anak insan koperasi kredit juga mengikuti berbagai lomba untuk menciptakan keseimbangan penggunaan otak kiri dan otak kanan seperti perlombaan catur, mengetik 10 jari tanpa melihat teks, lomba cerita dan pidato tentang koperasi kredit/credit union, permainan pimpong dan pencatatan buku kas harian. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan perayaan ekaristi bersama yang dipimpin oleh pastor Elias Doni, SVD sebaagai pembimbing rohani gerakan koperasi kredit dibawah payung Puskopdit Flores Mandiri. 

***
Diposting Ende, 7 Agustus 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar