Rabu, 11 Februari 2015

Jiwa Saya Terulik-Ulik Tulisan Aswar Saputra

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Magister Manajemen Universitas Negeri Malang

Empat Januari 2015, saya bersama isteri, Theresia Waso Ea mengikuti perayaan Ekaristi (perayaan agama Katolik, red) di Gereja Kayutangan Malang setelah pada tahun baru merayakannya di Gereja Katedral Ijen Malang.



Sebagaimana biasanya, setelah perayaan ekaristi, saya dan isteri yang hanya datang liburan Natal dan Tahun Baru, singgah di toko buku Gramedia yang letaknya di depan gereja bersangkutan. Apabila mengikuti perayaan ekaristi pada gereja ini, saya baik sendiri dan saat ini bersama isteri senantiasa ada acara tetap untuk mengunjungi toko buku dimaksud. Apabila ada sedikit uang dan juga ada buku paket dari universitas, biasanya saya membelinya langsung.

Waktu itu, masih dala suasana Natal dan Tahun Baru. Toko buku Gramedia Kayutangan Malang menyediakan berbagai harga 'obral' sejumlah judul buku sebagai kenang-kenangan dalam rangka merayakan hari besar keagamaan Kristen (Natal) dan perayaan Tahun Baru. Saya langsung menuju area harga obral tadi. Sejumlah buku dengan tema dan judul menantang dijual dengan harga miring. Sesungguhnya saya mau langsung membelinya. Namun sang isteri, menarik lengan agar jalan-jalan dulu di dalam toko tersebut sebab harga obral di jual pas di depan pintu masuk toko buku bersangkutan.

Kami memasuki ruangan toko buku dua lantai tersebut. Kami berkeliling terutama sang ibu menuju rak buku-buku pelajaran bahasa Inggris lantaran berhubungan langsung dengan profesinya sebagai seorang guru tingkat SMP di Ende-Flores-NTT. Bolak-balik buku sampai puas. Negosiasi harga belum cocok satu sama lain. Kami turun kembali ke lantai dasar.

Saya yang sudah penasaran langsung menuju penjulan harga obral tadi. Saya memilih 4 judul dengan harga obralnya tiap judul Rp10,000. Judul-judul memang tidak berkenaan langsung dengan materi perkuliahan tetapi justru bisa menjadi referensi apabila sudah kembali bekerja di Pusat Koperasi Kredit (Puskopdit) Flores Mandiri.

Salah satu judul dari ke-4 buku bersangkutan yang coba saya bahas dalam tulisan ini. Buku itu cukup tipis dengan 169 halaman. Judulnya sungguh menantang yakni "Money from Anywhere: Bagaimana Anda Menjadikan Kebiasaan-Kebiasaan 'KECIL' Sehari-hari Menjadi Pohon Uang yang Tak Terduga". Buku itu ditulis oleh Aswar Saputra dengan editor Muzaki. Diterbitkan Second Hope, cetakan pertama 2013.

Bukan karena saya ingin kaya tetapi buku tersebut mengulik-ulik perasaan saya tentang bagaimana caranya mendapatkan uang yang banyak. Tulisan pengalaman Aswar Saputra sembari mengambil pengalaman-pengalaman orang-orang sukses bahwa ternyata apa pun yang ada di bumi bisa menjadi uang.

Aswar menulis secara blak-blakkan pada halaman 12.
"Uang melimpah. Saat ini manusia sudah bisa menghasilkan uang dari angin. Manusia sudah bisa menghasilkan uang dari air liur. Atau apa saja. Menghasilkan uang dari angin. Ya. Lihatlah pabrik kompresor. Mereka menghasilkan uang dari angin. Uang melimpah. Ada orang yang begitu kaya hanya dengan menjual air liur burung wallet."

Kata-kata ini mengulik-ulik jiwa, raga dan segenap hati saya. Saya berusaha membaca berulang kali. Bukan karena saya tidak memahami. Namun pernyataan-pernyataan Aswar itu, koq seperti pernah saya sampaikan kepada para calon atau anggota koperasi kredit sewaktu saya memberikan pendidikan dasar 7 jam. Namun yang membuat penasaran bahwa saya mengatakan secara lisan dan menguap entah ke mana, sementara Aswar Saputra mengatakannya dan mengikatnya dalam sebuah tulisan.

Perasaan saya campur aduk. Ternyata uang itu melimpah. Akan tetapi saya sendiri belum menemukan satu usaha atau bisnis yang terus mengalir ke dalam tabungan kehidupan saya meski saya tidak lagi bekerja. "Kebebasan Finansial", Robert Kyosaki bilang.

Perasaan campur aduk dan rasa tidak nyaman masih terus menghantui saya hingga saat menulis pengalaman ini. Saya tidak tahu mengapa. Namun perasaan ketidaknyamaan ini koq makin hari makin menguat. Mudah-mudahan seperti pengalaman Aswar Saputra yang pernah mengalami perasaan itu ketika membaca sebuah buku Allen Carr yang diceritakannya pada halaman 89-90.

"Saat keluar toko, saya langsung buka plastik pelindungnya. Saya baca buku itu sambil jalan. Beberapa orang memperhatikan saya. Satpam. Pramuniaga restoran cepat saji. Dan mungkin banyak lagi. Setelah selesai membaca semua buku itu, saya merasakan 'sesuatu' dari dalam batin saya. Semacam desakan. Saya baca sekali lagi buku Allen Carr itu. Setelah membaca dua kali buku luar biasa itu, desakan dalam batin saya semakin kuat. Tiba-tiba pikiran saya mulai menyadari sesuatu. Tapi masih samar-samar".

Pergulatan batin atau yang saya istilahkan mengulik-ulik itu ternyata membawa Aswar Saputra menulis buku tentang berhenti merokok. Lalu bagaimana dengan saya? Masih bertahan hanya pada jiwa yang terulik-ulik tersebut, doakan agar suatu saat nanti saya bisa menulis buku seperti sahabat saya meski tak pernah bertemu (kopi darat) hanya melalui karya tulisnya Aswar Saputra.

***
Malang, 11 Februari 2015

1 komentar:

  1. Salam kenal mas Kosmas Lawa Bagho. Saya juga pembaca bukunya mas Aswar. Salam dari saya Agus Lucky Jogja

    BalasHapus