Jumat, 21 April 2023

Seri 6 - Menerbitkan Buku Fiksi

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pecinta Sastra

Sulit dipercaya memang. Pilihan itu kadang mengejutkan mengandung misteri yang tak terselami. Penulis, selama ini menggeluti  dunia tulisan non fiksi dengan fokus pada pengembangan Credit Union atau Koperasi Kredit, Koperasi Simpan Pinjam, tiba-tiba memunculkan niat untuk menerbitkan buku fiksi. Luar biasa lagi, buku ini menjadi buku perdana penulis hehehe.

 

Mohon maaf juga kepada para pembaca blog ini yang selama ini sudah terbiasa dengan sajian tulisan non fiksi  bertemakan koperasi kredit, beberapa pekan ke depan, akan membaca tulisan beberapa percikan bagian buku fiksi (Antologi Puisi) yang berjudul "Sobekan Rahasia Langit". Penulis akan tampilkan berseri hingga penerbitan buku dimaksud yang direncanakan mulai proses di penerbit sejak Minggu II April 2023. Tanpa sadar, besok tanggal 02 April 2023, "Sang Sobekan Rahasia Langit" akan berulang tahun yang ke-9 (02  April 2023 - 02 April 2014).

Tulisan buku fiksi "Sobekan Rahasia Langit" sesungguhnya sudah lama ingin diterbitkan. Puncaknya pada tahun 2021. Semua bagian tulisan lengkap mulai dari pengantar seorang kritikus sastra yang cukup terkenal Narudin, testimoni pengamat sastra dan dosen sastra Yohanes Sehandi, penulis buku antologi puisi "Kasut Lusuh" Pater Frizt Meko, SVD dan Suster Wilda CIJ yang bernama lengkap Imelda Oliva Wissang, dosen dan penulis sastra khususnya novel dan puisi. Baru kali ini menjelang ultah ke-9 sang "Sobekan Rahasia Langit" dan menjelang Paskah, Perayaan Iman terbesar keagamaan penulis baru direalisasi. Doakan ya, semoga berjalan lacar dan tiba di tangan pembaca pada waktunya.

Mohon pembaca blog bisa menikmatinya dan berikan komentar ya!

***

Cuitan Hati Penulis (CHP)


Antologi Puisi “Sobekan Rahasia Langit: Kumpulan Puisi Pilihan” merupakan karya tunggal perdana penulis. Seperti langkah awal lainnya, melahirkan buku ini juga membutuhkan perjuangan yang tidak kecil. Bukan karena apa, melainkan keraguan dan ketakutan yang selalu muncul di dalam sanuberi penulis untuk memulai.

Keraguan dan ketakutan makin mengecil ketika kata pengantar seorang sastrawan kritis, Narudin Pituin lahir di meja penulis. Ia membuka kata pengantar atau kritik sastra pada buku antologi “Sobekan Rahasia Langit” dengan mengutip pernyataan terkenal sang filosof Descartes, “Dubito, ergo cogito, ergo sum.” yang berarti “Aku ragu, maka aku berpikir, maka aku ada.”  Ini membuat penulis sungguh termotivasi untuk berani membuat  jejak langkah selanjutnya untuk menerbitkan antologi puisi tunggal dengan segala konsekuensi nantinya.

Antologi puisi “Sobekan Rahasia Langit” merupakan kumpulan puisi pilihan penulis yang tersebar pada berbagai media masa dan sejumlah buku yang telah diterbitkan secara bersamaan. Sebagai apresiasi pada berbagai penerbitan dimaksud, penulis dengan bangga akan menuangkan dalam tulisan ini agar pembaca tidak kaget apabila ada beberapa puisi terdapat pada penerbitan lain.

Kumpulan puisi ini terdapat 33 puisi pilihan dari ratusan puisi yang ditulis sejak tahun 1992 dengan rincian: Dua puisi dimuat pada buku antologi puisi “Seruni” penerbitan Yedija Nusantara, Sleman tahun 2020 yakni “Kertas Kosong” dan “Kapal Karam”. Dilanjutkan buku antologi puisi berjudul “Sang Kala” penerbit yang sama tahun 2020 juga dua puisi yang berjudul “Untuk Semua Lembaga” dan “Satu September”.

Jumlah puisi terbanyak diambil dari buku antologi puisi terbitan bersama dua sahabat karib semasa pendidikan di perguruan tinggi dan kini berkarya pada tempat yang berbeda. Satu di Ende, Flores (Kosmas Lawa Bagho), satunya lagi di Pintubesi, Silaem, Medan (Yeremias Beda Warat). Buku antologi yang berjudul “Dari Ladang Pintubesi ke Brankas Koperasi” memuat 64 buah puisi dengan rincian Yeremias Beda Warat 30 puisi, Kosmas Lawa Bagho 34 puisi. Dari 34 puisi, penulis mengambil 17 puisi terbaik untuk menambah semarak antologi tunggal “Sobekan Rahasia Langit: Kumpulan Puisi Pilihan”. Buku antologi puisi itu diterbitkan oleh penerbit Yedija Nusantara, Sleman tahun 2020. Judul puisi yang diambil “Alas Kaki”, “Belajar Pada Kucing Kecil”, “Bingung”, “Bocah” “Demokrasi”, “Hujan Senja Hari”, “Jeritan Hati”, “Kemerdekaan”, “Kenangan”, “Kelambu”, “Kerudung Putih”, “Sahabat”, “Sail Komodo”, “Semua Pada Korupsi”, “Tetap Melangkah”, “Tuhan Telaga Cinta Manusia”, dan “Wasiat Kehidupan”. Beberapa puisi ini juga pernah dimuat pada Koran Pos Kupang dan Mentik Puskopdit BAG Bali.

Puisi lain diambil pada penerbitan Griya Media, Salatiga tahun 2020 dengan dua judul puisi yakni “Luka” dan “Kembali”.

Penerbit Kosa Kata Kita, Jakarta menyumbangkan beberapa puisi dan salah satu judulnya menjadi judul buku antologi ini “SOBEKAN RAHASIA LANGIT”. Puisi berjudul “Ibu” diambil dari buku “Ibuku Surgaku” diterbitkan oleh Kosa Kata Kita (KKK), Jakarta tahun 2020. Selanjutnya dalam penerbitan yang sama dengan judul buku “Ayahku Jagoanku” tahun 2021 dengan judul “Sang Meteor Masa Depan”, buku “Anakku Permataku” dengan judul “Sobekan Rahasia Langit” juga penerbit yang sama dicetak tahun 2021.

Ada enam puisi baru yang belum pernah diterbitkan yakni “Belahan Jiwa”, “Cinta”, “Kampung”, “Kehidupan”, Mentari Enggan Bersinar”, dan “Menulis” dilengkapi kritik sastra (kata pengantar) Narudin Pituin yang cerdas, kritis dan mendalam serta testimoni para penulis sastra maupun musisi peminat sasra membuat buku antologi perdana ini semakin bergizi tinggi.

“Sobekan Rahasia Langit” merupakan persembahan berharga pada seorang anak kami Christian Armando Lawa Bagho (Chiro) lahir di Ende tanggal 02 April 2014 yang kami miliki secara luar biasa bukan dari Rahim kami namun sejak awal sudah menunjukkan tanda-tanda bahwa ia diberikan Tuhan “special” buat kami. Awal saudari kandung nomor lima mengandung mungkin baru 1-2 bulan, isteri saya (ipar adik saya) mengatakan kepadanya bahwa jika kembar maka satunya buat kami. Dalam keluarga kami belum ada riwayat melahirkan kembar.

Namun kuasa Tuhan bekerja secara muzizat, enam bulan kehamilan saudari saya dalam kesempatan USG ternyata, anak kembar. Saudari saya agak gugup dan saya menguatkannya. Proses kelahiran berjalan normal walau kembar. Usia anak satu tahun, isteri saya mengunjungi keduanya (kembar). Salah satu yang kini menjadi anak kami, mengambil “wua” tempat untuk ibu menggendong bayi dalam bahasa setempat lalu memberikan kepada isteri saya. Malam itu ia tidur bersama calon mamanya tanpa menangis serta selanjutnya ke tempat dan rumah kami hingga kini. Ia, Chiro memanggil kami suami isteri dengan sebutan “bapa” dan “mama” sementara orangtua lahirnya disapa dengan “om” dan “bibi”. Kami melihatnya sebagai hadiah sungguh spesial dan unik sehingga pantaslah kami menyapanya “Sobekan Rahasia Langit”.

 ***

Sebagai penulis, saya perlu menyapa dengan hangat sebagai ucapan terima kasihku kepada Cinta Tiga Unsur: Tuhan Yang Maha Esa, Alam Raya dan Leluhur yang telah memungkinkan semua ini bisa terjadi.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada isteri tersayang Theresia Waso Ea, Bapak kandung Nikolaus Meo Bhelo, Mama kandung Yuliana Saga Lea, Bapak mantu Emiel Waso Ea (alm), Mama mantu Maria Fransiska Samadara serta keluarga besar dan anak-anak Tuhan yang kami layani dengan penuh kasih: Sonnia, Erni, Tania, Karno dan tentu Chiro yang telah mendukung dan membersemai bakat menulis di dalam diriku. Terima kasih juga kepada para guruku sejak SD hingga Perguruan Tinggi.

Terima kasih yang sama, saya sampaikan kepada Narudin Pituin, sastrawan hebat, profesional serta kritis yang telah membuat kritik serta kata pengantar pada buku Antologi Puisi “Sobekan Rahasia Langit”. Orang ini langka dan saya mengalaminya.

Terima kasih kepada para penulis testimoni, Sr. Wilda, CIJ alias Imelda Oliva Wissang, peminat sastra yang telah banyak melahirkan antologi puisi, cerpen dan esai sastra; Pastor Fritz Meko, SVD, penyair Kasut Lusuh dan buku-buku sastra lainnya; Yohanes Sehandi, penulis banyak buku sastra.

Terima kasih Penerbit Deepublish Yogyakarta yang telah dengan susah payah melakukan desain, layout serta editing sehingga buku “Sobekan Rahasia Langit: Kumpulan Puisi Pilihan” bisa sampai pada tangan pembaca.

Penulis juga dengan jiwa besar menyampaikan permohonan maaf, karya buku ini belum sesuai harapan pembaca dan peminat sastra. Segala kritik dan masukan konstruktif diterima dengan hati terbuka demi meningkatkan kualitas karya-karya sastra selanjutnya. Ini karya perdana, tentu bukan yang terakhir.

Akhirnya, bersama Benjamin Franklin, penulis hanya berucap,”Jika Anda tidak ingin dilupakan setelah meninggal, tulis atau kerjakan karya yang berharga untuk dikenang” dalam Terry Gogna, “How can I get myself to do what I need to do?” terjemahan Kusnandar, penerbit PT Elex Media Komputindo, Jakarta, 2007 hal. 137.

 

Ende, 04 Agustus 2021

 

Kosmas Lawa Bagho

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar