Rabu, 16 Mei 2018

Koperasi Kredit: Berpikir dan Bertindak Manusia Pesisir

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri

Manusia Pesisir Loknas Makassar
Lokakarya Nasional, Open Forum dan RATNAS Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) senantiasa menimbulkan kesan tersendiri. Penulis mengikuti beberapa dari acara rutinitas tahunan tersebut. Walau pun demikian, kegiatan dimaksud senantiasa ada nuansa lain setiap tahunnya.



Tahun 2018 untuk kegiatan tahun buku 2017 diadakan di Palembang sejak tanggal 02 hingga 07 Mei 2018. Acara Rapat Anggota Nasional (RATNAS) senantiasa didahului dengan lokakarya atau biasa disebut dengan workshop. Lokakarya Nasional biasa menghadirkan narasumber internal gerakan namun berasal dari Inkopdit, Puskopdit terpilih atau pun primer.

Saat ini, penulis mengikuti Kelas A yang membahas tentang integrasi nasional yang difasilitasi Mr. Ranjith Hettiarchchi (Chief Tehnical Officer ACCU). Penulis akan mengulasnya sesuai pemahaman penulis dalam menangkap serta menerjemahkan secara bebas bahasa Inggris. Mr. Ranjith memberikan materinya dalam bahasa Inggris dibantu dengan penerjemah namun penulis biasanya berusaha sekuat tenaga untuk memahami dan menerjemahkan dengan wawasan sendiri hehehe.

Tulisan kali ini, penulis tertarik dengan provokasi positif-produktif yang dilontarkan Profesor Rhenald Kasali yang memberikan materinya pada tanggal 05 Mei 2018 dalam sesi Open Forum. Prof Rhenal membahas tema sentral yakni "Change Leadership Menuju Koperasi Besar".

Dalam paparannya, beliau lebih banyak memberikan motivasi serta provokasi agar gerakan koperasi kredit melakukan perubahan berhadapan dengan perubahan yang sangat cepat terutama era milineal yang sangat mengutamakan informasi teknologi.

Beliau membuka dengan pernyataan yang cukup membuat kuping para aktivis koperasi kredit atau credit union dari seluruh Indonesia itu memerah sebab beliau melontarkan pernyataan atau pernyataan retoris. "Saya pikir, gerakan koperasi sudah bubar!" termasuk "koperasi kredit". Sebagian peserta spontan menyahut, "Kami masih ada pak". Desas-desus seluruh ruangan yang terdiri 716 peserta itu makin menguat. Beliau melanjutkan, "Wah, bagus ... kalau kita masih ada. Mari kita terus melakukan perubahan agar gerakan kita tetap eksis meski diterpa berbagai tantangan dan persaingan yang makin ketat".

Beliau juga memberikan contoh-contoh konkret berbagai perusahan mendunia yang akhirnya gulung tikar akibat tidak mau melakukan perubahan. Mereka berada di zona nyaman. Tidak ada kejutan lagi dalam keseluruhan pelayanan jasa maupun produk. Produk yang itu-itu saja ditambah pelayanan yang kurang "up to date" maka cepat atau lambat perusahan tersebut akan mati.

Tidak ada perubahan, beliau mengumpamakan sebagai manusia pedalaman. Manusia pedalam yang merasa nyaman dengan situasi sebab mereka kadang homogen dan tidak ada tantangan. Tidak ada pergerakan. Tidak pembauaran dengan yang lain. Mereka nyaman-nyaman saja sampai orang lain berubah sudah terlalu jauh sehingga mereka akan ketinggalan atau ditinggalkan.

Beda dengan manusia pesisir. Manusia pesisir senantiasa terus berubah. Terus melakukan pergerakan dan pembaharuan dengan pihak luar sehingga mereka lebih adaptif dengan perubahan yang terjadi. Oleh karena pergerakkan atau perubahan dimaksud, mata mereka banyak melihat yang berbeda atau bervariasi, telinga mereka juga mendengar berita-berita atau peluang yang tidak sama setiap detiknya dan hati mereka merasa terus berubah atau beranjak naik ke tingkat yang lebih tinggi. Memang manusia pesisir lebih rentan risiko. Itulah, risiko yang makin tinggi akan mendatangkan keuntungan yang berlebih dibandingkan dengan manusia pedalaman. Geraknya lamban dan enggan untuk melakukan perubahan serta lebih enak berada pada zona aman yang telah ada.

Atas dasar itu, Prof  Renald mengajak para aktivis koperasi kredit atau credit union untuk menjadi manusia pesisir yang adaptif dengan perubahan yang sedang terjadi. Perubahan yang memiliki nilai-nilai dasariah yang kuat sehingga koperasi kredit bisa eksis dan diharapkan terus besar sehingga bisa memberikan daya ungkit bagi kesejahteraan anggota dan PDB Negara.

Saat ini merupakan peluang bagi gerakan untuk terus melakukan perubahan baik pelayanan maupun produk-produk pelayana yang tidak dapat ditiru oleh orang lain. Buatlah pelayanan dan produk yang spesifik milik gerakan serta berjuang bersama menciptakan brand tersendiri. Selama ini, koperasi kredit tidak bisa memiliki brand yang menguat pada anggota masyarakat sebab kita berjalan sendiri-sendiri. Buat brand sendiri-sendiri sehingga dampak bagi masyarakat sangat minimal maka tidak heran, orang kadang menganggap sebelah mata. Saya sendiri tadi merasa gerakan koperasi itu sudah mati.

Peringatan Profesor Rhenald Kasali mungkin bagi sebagian orang bahwa itu hal yang sudah basi atau mungkin tidak sesuai tema utama yang dipercayakan kepada beliau. Namun bagi penulis, perbedaan cara berpikri manusia pesisir dan manusia pedalaman memberikan pesan yang sangat kuat agar koperasi kredit apa pun baik sedang besar apalagi yang sudah besar baik dari segi anggota dan kekayaan hendaknya terus melakukan perubahan agar koperasi kreditnya tidak merana bahkan mati tidak tahu di manakah batu nisannya.

Gerakan koperasi kredit Indonesia saat ini sedang diuji dengan berbagai perubahan teknologi informasi yang begitu cepat dengan pembiayaan yang tidak lagi murah. Anggota atau calon anggota akan memilih lembaga keuangan yang lebih murah, mudah dan cepat. Kini saatnya, kita menjadi manusia atau koperasi kredit pesisir meski kita tinggal di pedalaman.

Mari kita berubah!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar