Senin, 15 Juni 2015

Sang Motivator Telah Pergi, Obituari Theofilus Woghe

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kepala Bidang SDM Puskopdit Flores Mandiri



Langit kota Malang tampak berselimutkan awan tebal. Sang Mentari bersinar  tidak secerah dari biasanya. Tiba-tiba hati saya tampak linglung selaras tanda-tanda alam yang datang mengabarkan kabar duka. “Ada berita duka dari gerakan Kopdit/CU Flores Mandiri. Bapak Theofilus Woghe meninggal hari ini di Jakarta”.  Sms masuk handphone penulis dari sahabat Hendrikus Tewa. Waktu itu pukul 18.00 WIB, tanggal 28 Mei 2015.

           
Sungguh terkejut dan sontak kaget dengan perasaan campur aduk sebab ketika saya meninggalkan Flores tanggal 3 Juli 2014 menuju Malang saat perjumpaan terakhir dengan beliau bulan Mei 2014, beliau masih nampak sehat, bersemangat, optimis dan sapaan khasnya sambil menepuk bahu sebelah kanan “Ade, segera lanjut kuliahnya!”, katanya singkat. Sungguh, ini kata-kata terakhir beliau yang penulis dengarkan langsung.

            Ketika sedang menggoreskan kata-kata ini tanpa sadar, penulis meneteskan air mata kesedihan dan kehilangan. Figur yang luar biasa humanis itu telah pergi untuk selamanya.

Pergi Saat Semua Aktivis Gerakan Berada di Surabaya (Ratnas-Inkopdit Jakarta)
Berita kepergian salah seorang motivator gerakan koperasi kredit atau credit union itu bagaikan bom yang meledak begitu cepat ke seantero nusantara terutama di tempat-tempat sentra koperasi kredit/CU dibantu kedigdayaan kemajuan informasi dan teknologi (internet). Apalagi berita duka itu datang tepat pada saat para manajer, pengurus, pengawas dan manajemen dari berbagai koperasi kredit dan puskopdit di seluruh Indonesia sedang melangsungkan open forum, loknas dan ratnas di Surabaya.
Ada banyak komentar tentang kedukaan lantaran kepergian salah seorang tokoh dan motivator, Bapak Theofilus Woghe. “Gerakan Kopdit/CU kehilangan seorang guru dan motivator. Selamat jalan pak Theo”, tulis Susiana Lukas pada laman facebook penulis. Para aktivis kurang lebih 700-800 peserta open forum, loknas dan ratnas dari berbagai latar agama dan budaya juga mendoakan beliau secara khusus.
Sekilas Riwayat Hidup
Theofilus Woghe, lahir di Suralaja, Nagekeo, Flores tanggal 5 Maret 1953. Meninggalkan seorang isteri dan 4 orang anak: Egidius Paceli Djago Ghela, SE, MM; Maria Karolina Mogi Wulu, SKM; Viktoria Yuliana Tea Nou, Amd, Ak dan Andreas Corsini Mosa Leka, S.ip.
Bapak Theofilus meraih Sarjana Kurikulum dan Teknologi Pendidikan IKIP Sanata Dharma Yogyakarta tahun 1998 dan mengikuti berbagai kursus baik dalam negeri maupun luar negeri baik sebagai PNS maupun sebagai aktivis koperasi kredit atau credit union.
Kursus Perencanaan dan Pegendalian I-II LPPM Jakarta tahun 1992, tahun 1993 mengikuti kursus lanjutan III LPPM Jakarta dan tahun 1995 mengikuti kursus Manajemen Jepang (5S) juga di LPPM Jakarta, kata Ibu Justina Bao, Ketua PGRI Kabupaten Nagekeo periode 2010-2015yang menyiapkan daftar riwayat hidup yang dibacakan pada acara pemakaman tanggal 30 Mei 2015yang dikirim kepada penulis melalui email tanggal 9 Juni 2015.
Lebih lanjut Ibu Justina menambahkan bahwa Bapak Theofilus Woghe juga mengikuti kursus di luar negeri seperti Education Sector Administration & Management Short Course in Australia, Adelaide, Australia tahun 2004-2005. Tahun 2005 juga mengikuti Asian Forum and Accesbranding Scorecard di Manila-Philipina. Tahun berikutnya 2006, mengikuti Human Resources Development and Asian Forum di Dakha-Bangladesh, tahun 2010 mengikuti Asian Forum di Bangkok-Thailand, tahun 2011 mengikuti Loan Officer Competency Course dan Asian Forum di Kualalumpur, Malaysia.
Dari berbagai kursus dan pelatihan baik di dalam dan di luar negeri membuat pak Theo bisa mencurahkan pikiran dan gagasan briliannya melalui tulisan baik di media massa lokal maupun bulletin nasional seperti Buletin BK3I yang kini berubah menjadi PICU. Ketekunan untuk terus menulis membuat beliau sanggup melahirkan berbagai karya tulis melalui buku baik sendiri maupun borongan.
Karya tulis beliau yang diterbitkan adalah Rancang Bangun Nagekeo, 2006; Accesbranding Scorcard, terjemahan ACCU Bangkok, 2006; Accesbranding Scorecard dalam Praktek Manajemen Koperasi Kredit, 2008; Rupiah Emas: Alat Supervisi Keuangan Koperasi Kredit, Inkopdit, 2010; Menjadi Guru Merdeka, Kanisius, 2010; Menyumbang tulisan “Kopdit Serviam & Kemiskinan di Flores, Nusa Indah, 2010; Berpikir dan Berubah (editor), 2011; Menyumbang tulisan Koperasi Kredit: Membangun Peradaban Bermartabat, Acacia- Jakarta, 2011 dan Grand Desain Pendidikan di Sekolah Katolik KAE, Bajawa Press, 2012.
Theofilus Woghe mengabdi sebagai guru muda di SDK Nagesapadhi tahun 1973-1975; SDK Olakile tahun 1975-1981; SDK Natanage tahun 1981-1989, SDK Trikora tahun 1981; SMPK Kotagoa Boawae tahun 1973-1980; Kepala Sekolah SMPK Kotagoa Boawae tahun 1980-1983 dan Kepala Sekolah SMAK Regina Pacis Bajawa tahun 1988-2001.
Untuk jabatan birokrasi, Theofilus pernah menjabat sebagai Kepala Subdinas Pendidikan Dasar tahun 2001-2007 kerja sama NTTPEP-AusAID, memindahkan SDI Batalewa dari Pusu ke Wolopuuanga, merintis pendirian SDN Bonat. Tahun 2007 menjabat sebagai Ketua Stering Committee Seminar Nagekeo sebagai persiapan pemekaran Kabupaten Nagekeo dan Kepala Dinas Penidikan Pemuda dan Olahraga (PPO) Kabupaten Nagekeo, Oktober 2007 – Juli 2008.
Beliau juga menggagas mendirikan Universitas Nagekeo, bekerjasama dengan AusAID Australia, Musyawarah Pendidikan Nagekeo serta membuka SD Boamau, SD Nuasale, SD Wolokune, mempersipakan berdirinya SMA Negeri Mbay dan membuka SMP Satap Malalaja.
Selain berbagai jabatan pada jalur pendidikan sebagai PNS beliau juga mendapatkan kepercayaan berbagai jabatan pada bidang rohani di Keuskupan Agung Ende (KAE) serta di gerakan koperasi kredit/CU. Beliau pernah menjadi pengurus di tingkat primer; Kopdit Boawae dan Kopdit Sangosay, Ketua Pengurus Puskopdit Flores Mandiri dua periode dan Wakil Ketua Inkopdit Jakarta dua periode serta pernah sebagai kandidat alternatif pengurus ACCU-Bangkok serta hingga meninggal beliau masih tercatat sebagai penasihat Puskopdit Flores Mandiri.
Motivator yang Murah Hati
Pak Theo adalah tokoh yang luar biasa, sportif, cemerlang dan berintegritas. Sosok yang penuh semangat dan kaya ide (gagasan) brilian untuk pengembangan koperasi kredit. Motivasi dan pengorbanannya tak pernah pudar sampai akhir hayatnya, patut dijadikan contoh bagi para penggiat koperasi kredit. “Sungguh dirasakan terlalu cepat perginya” kata Lodofikus Lenga, Manajer Kopdit Sangosay, Kopdit terbesar di Puskopdit Flores Mandiri.
Theofilus adalah orang yang terbuka, jujur, berani, murah hati dan cerdas sehingga beliau dipercayakan memegang jabatan di mana-mana. Beliau juga sosok yang mau turun ke bawah, mudah bergaul dengan kalangan atas maupun rombongan sandal jepit di kampong-kampung. Kerja kerasnya luar biasa terutama ide-idenya yang cemerlang. Sungguh berkesan,s etiap rapat gerakan koperasi kredit, beliau selalu membuatnya secara tertulis dan ini terus dibawahnya hingga ajal menjemputnya. Beliau lebih memilih harta otak dengan membeli begitu banyak buku dengan variasi judul dan juga menulis buku. Ide dan gagasannya sungguh luar biasa dan mau berbagi dengan orang lain melalui tulisan sehingga ada kesepakatan keluarga bahwa di kampong Malalaja, Kelewae, Boawae, Nagekeo, Flores akan dibangun perpustakaan mini untuk mengenang jasa-jasa beliau yang sangat luar biasa. Sesepuh koperasi kredit itu, Bapak Agus Beu Mude (80 tahun) juga berharap kepada generasi muda koperasi kredit dan Puskopdit Flores Mandiri meneladani dan melanjutkan karya-karya terbaik almarhum”, kata  Agustinus Beu Mude, mantan pengurus dan penasihat Puskopdit Flores Mandiri dengan mata berkaca-kaca menahan pancaran kesedihan yang sangat mendalam, ketika mewawancarai beliau di kediamannya tanggal 10 Juni 2015.


Hal ini didukung pernyataan putra sulungnya melalui sms dan telepon kepada penulis tanggal 10 Juni 2015 yang menyatakan, “Bapa sebagai figur yang penuh kasih sayang, lembut, santun dalam berbicara, tegas dalam prinsip, beliau menyayangi kami dengan caranya sendiri. Beliau lebih memberi kami kail ketimbang ikan yang sudah didapat, kami diajarkan dan dimotivasi menjadi anak yang mandiri, menjadi manusia yang tekun dalam belajar, bekerja serta sungguh-sungguh menjaga, membimbing, memberi teladan kepada kami untuk senantiasa menghargai orang yang lebih tua dan kakak dengan cara memberi salam lebih dahulu termasuk kepada orang yang baru dikenal. Bapa juga memiliki sifat unik yang tak dapat saya lupakan adalah sebagai motivator dalam wirausaha agar kami memiliki usaha selain sebagai pegawai negeri sipil dalam bidang ternak, berkebun dan bertani serta senantiasa mengandalkan Tuhan dalam seluruh proses kehidupan. Bapa juga seorang petarung dan pekerja keras, meski sudah sakit terus mendera dirinya, bapa senantiasa bekerja dan berada di tengah orang kecintaannya tanpa kami ketahui,” tulis Deni sapaan putra sulungya Egidius Paceli Djago Ghela, SE, MM.
Pemimpin di Saat Krisis, Membangun Tanpa Merusak
Bapak Theo menjadi Ketua Puskopdit pada saat Puskopdit mengalami krisis kepercayaan. Berkat gaya kepemimpinan dan cara pendekatannya untuk membangun “kekitaan kita” (ungkapan yang sering digunakan Bapak Theo) sehingga ia mampu menstimulasi proses pemulihan kembali kepercayaan gerakan koperasi di wilayah Puskopdit Flores Mandiri yang sebelumnya dikenal dengan nama Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada. Bapak Theo merupakan tokoh reformasi gerakan koperasi kredit di wilayah Puskopdit Flores Mandiri dengan melakukan terobosan perubahan antara lain konsolidasi organisasi koperasi kredit dengan membangun sistem tata kelola yang baik, menjadikan Puskopdit sebagai learning center, mendorong pembelajaran lintas kopdit/credit union di dalam maupun di luar negeri.

Sebagai pemikir, Bapak Theo senantiasa mengemas ide dan gagasan briliannnya menyangkut pengembangan koperasi kredit di wilayah ini dengan naskah-naskah tulisannya yang dipaparkannya pada waktu rapat kepengurusan Puskopdit dan pertemuan bersama para penggiat kopdit untuk mendokumentasikan secara tertulis menyangkut karya-karya pelayanan Puskopdit dan koperasi kredit primer.  Bapak Theo, sosok orang yang rendah hati, rela berkorban tanpa pamrih, sabar mendengarkan dan mudah bergaul dengan siapa saja. “Bapak Theo, jasa dan pengabdianmu, akan kami kenang sepanjang sejarah gerakan ini”, kata Mikhael Hongkoda Jawa, Manajer Puskopdit Flores Mandiri.
Pendapat Mikhael didukung Ketua Puskopdit Flores Mandiri Eduardus Sugi Watu. “Pak Theo, sosok yang mengagumkan, visioner dan demokratis, senantiasa membagi ilmu dan pengalaman juga tokoh yang membawa banyak perubahan dalam pengembangan koperasi kredit di wilayah Puskopdit Flores Mandiri. “Selamat jalan pak Theo, jasa dan pengabdianmu tak terlupakan”.

Pandangan ini tergambar jelas dalam kutipan salah satu tulisannya “Memimpin di Saat Krisis Membangun Tanpa Merusak” dalam Mikhael Hongkoda Jawa dkk, 2011 “Koperasi Kredit: Membangun Peradaban Bermartabat”, Acacia-Jakarta: “Dalam sepi dan diam – tanpa ada yang didengar, dibaca, dilihat dan diajak bicara – saya masuk ke dalam sumur sang aku. Dalam berefleksi saya temukan: kepercayaan yang diberikan adalah limpahan rezeki setiap hari dari Tuhan. Kuantitas rezeki memang urusan Tuhan, namun kualitas rasa syukurnya akan amat berlimpah dalam medan magnet kehidupan seperti ini. Setidaknya, itulah yang saya lakukan dalam kehidupan saya. Dan Anda bebas memilih, untuk mengikutinya atau melupakannya. Akhirnya saya hanya mampu mengucapkan: Ad Mayorem Dei Gloriam. Semua yang dikerjakan dipersembahkan demi Kemuliaan Tuhan”.

Tiada Hari Tanpa Mendidik
 “Saya  pernah bersama beliau sebagai mantan murid di SMPK Kotagoa Boawae, sebagai guru bantu ketika beliau sebagai kepala sekolah pada sekolah yang sama, sebagai kepala bidang pemuda dan olahrga ketika beliau sebagai kepala dinas PPO Kabupaten Nagekeo, dalam gerakan, saya bersama beliau di Kopdit Boawae dan Puskopdit Flores Mandiri. Saya melanjutkan kepemimpinannya selama dua periode. Menurut Petrus Lengi yang sekarang sebagai anggota DPRD Nagekeo memiliki kesan unik bagi Theofilus Woghe.

Beliau adalah sosok pemimpin yang rendah hati, murah senyum, mudah bergaul dengan siapa saja, mudah menyampaikan salam dengan berjabat tangan tanpa melihat status dan jabatan, tiada hari tanpa gagasan baru, tiada hari tanpa mendidik dan memotivasi agar semua masyarakat keluar dari kemiskinan dan waktu sebgai kepala Dinas menggagas “Zaman dulu, anak mencari dan mengikuti sekolah di kota, sekarang, sekolah  harus cari dan ikut anak ke kampong-kampung dengan membuka sekolah di kampong dan desa”. 

Beliau juga dikenal sebagai tokoh gereja, awam yang militan, tokoh pendidikan dan motivator/tokoh koperasi kredit. Dalam gerakan koperasi kredit selalu dengan semboyan yang selalu berulang-ulang “No PEARLS, no meeting”.  “Pak Theo, guruku, pimpinanku, sahabat kerjaku dan kakakku; kami tetap kenang jasamu, pengorbananmu, senyummu, doa kami semua untukmu, semoga Kasih Tuhan menempatkanmu di sisi kanan-Nya di Surga””, demikian Petrus Lengi, Ketua Pengurus Koperasi Kredit Boawae menutup sms-nya yang cukup panjang.

Ibu Justina juga dalam riwayat hidup beliau mencantumkan riwayat sakit. “Bapak Theofilus Woghe mulai sakit dengan diagnosa hipertensi dan asam urat Juni 2014. Oktober 2014 sempat dirawat satu minggu di RSUD Bajawa dan dirujuk ke Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta selama satu minggu. Bulan Desember 2014 dirawat lagi di RSUD Bajawa selama sepuluh hari dan Bulan April 2015 dirawat di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta selama dua minggu. Tanggal 28 Mei 2015, beliau menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit PELNI Jakarta dengan diagnose gangguan ginjal. Jenasahnya pun disemayamkan di rumah duka Rumah Sakit Ciptomangunkusumo Jakarta serta singgah rumah induk ketika beliau di Puskopdit Flores Mandiri yang dihadiri sebagian besar penerusnya di Ende dan dimakamkan di Malalaja, Kelewae, Nagekeo, NTT tanggal 30 Mei 2015”.

Bapak Theo, “Jasadmu boleh pergi, namun semangat, keteladanan dan motivasimu tetap membekas dan tak akan pernah lapuk oleh badai sekalipun dalam gerakan koperasi kredit/credit union bukan saja di Flores Mandiri melainkan secara nasional, regio asia dan bahkan dunia. Semoga kami tetap melaksanakan nilai-nilai positif yang telah engkau tanamkan dengan sukarela, bekerja tanpa pamrih dan terus berjuang membesarkan ‘wadah pemberdaayaan ini hingga mau menjemputmu. Selamat jalan sang motivator sejati dan jadilah pendoa bagi kami semua. Beristirahatlah dalam Damai”.

***
Diposting Ende, 15 Juni 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar