Jumat, 19 Juni 2015

Dua Belas Hukum Retorika: Terampil Berpidato

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang

Tanpa kecuali dengan profesi apapun mengandalkan teknik dan kemampuan berpidato atau berretorika, istilah kerennya. Politisi, presiden, mentri, gubernur, bupati, camat, kepala desa, manajer, direktur, pengurus, sales, petugas lapangan dan apa pun profesi yang berkaitan dengan publik senantiasa mengandalkan retorika sebagai salah satu jalan utama menuju kesuksesan.



Sudah banyak pakar yang berbicara atau menulis tentang retorika. Salah satu penulis adaah Pastor Dori Wuwur Hendrikus, SVD. Beliau menulis buku tentang retorika tahun 1991 dengan judul "Retorika: Terampil Berpidato, Berdiskusi, Berargumentasi dan Bernegosiasi". Ada banyak teori yang dikemukakan berdsarkan praktik lapangan sebagai dosen STFK Ledalero.

Saat ini, penulis hanya meresume bagian akhir tulisannya pada buku dimaksud yang berjudul "Dua belas hukum retorika":

1. Kepandaian berbicara dapat dipelajari.
Setiap manusia memiliki bakat dasar untuk berbicara. Bakat dimaksud harus dimunculkan, dibina dan dilatih secara konsisten. Ribuan ahli pidato yang berhasil dalam karya hanya karena melakukan latihan yang teratur dan tekun. Mereka tidak mundur setapak pun, apabila menemukan kesulitan.

2. Latihlah dirimu dalam teknik berbicara.
Siapa yang mau mencapai hasil yang baik, harus memiliki alat yang cocok untuk itu. Alat yang dibutuhkan seorang retor adalah suara dan bicara. Binalah suara, perhatikan artikulasi, bernafaslah sedalam mungkin, gerakkanlah bibir dan lidah dan perhatikanlah secara teliti bunyi vokal dan konsonan. Belajarlah berbicara secara tepat maka anda akan lebih mudah menjadi seorang retor yang baik dan terampil.

3. Hilangkan perasaan cemas - latihlah berbicara sambil berpikir.
Jangan putus asa kalau merasa cemas dan takut sebelum bicara. Perasaan cemas dan takut yang timbul sebelum berbicara itu adalah hal alami dan manusiawi. Lewat latihan dan keberanian, perasaan itu berangsur-angsur akan lenyap dengan sendirinya. Oleh karena itu, bicaralah sambil berpikir dan pikirlah sambil berbicara.

4. Berpidato itu bukan membaca.
Seorang retor yang baik dan profesional, pertama-tama tidak membaca teks pidatonya. Dia mengusai: teksnya, jalan pikiran dan bagian-bagiannya. Sebelum tampil, retor harus melatih diri sehingga tampil dengan pasti dan mantap. Selama berpidato, retor harus tetap mengadakan kontak dengan audiensnya. Retor harus merasakan makna kata-katanya, memberikan tekanan yang tepat dan memperhatikan dinamika pidatonya sehingga berkesan lebih menarik.

5. Rumuskan tema pidato secara tajam.
Seorang retor yang baik dan profesional harus sanggup merumuskan tema secara tajam dengan kata-kata yang singkat, padat dan mengesankan. Retor harus tahu membatasi tema. Berpidato berarti mengatakan apa yang perlu pada saat yang tepat secara efektif.

6. Pidato harus memiliki skema yang jelas.
Retor yang terampil harus memiliki skema pidato yang jelas. Sebelum tampil, retor harus mengusai skema sebab "satu onggokan batu belum dikatakan rumah, satu onggokan kata-kata bukalah pidato". Ingat, semua yang teratur akan mengesankan dan menyenangkan.

7. Awal yang menarik ... penutup mengesankan.
Retor harus memahami bagaimana membuka dan menutup pidato secara mengesankan. Awalilah pidato secara menarik dengan menggunakan cerita singkat, mengemukakan pertanyaan-pertanyaan yang memancing. Sebaiknya juga kata-kata penutup ditulis. Rumusannya harus singkat dan padat serta mengesankan.

8. Saya tahu, saya mau, saya berhasil.
Seorang retor hendaknya ingat bahwa ia bukan hanya menyampaikan informasi tetapi juga membimbing para pendengarnya untuk mencapai satu tujuan. Retor harus berusaha supaya apa yang dikehendaki diungkapkan melalui kata-kata secara menyakinkan. Kata-katanya harus menyentuh hati dan kalbu pendengarnya dan dapat mempengaruhi mengambil keputusan untuk bertindak. Oleh karena itu, retor hendaknya memiliki pengatahuan dan ketrampilan yang luas, mengedepankan argumentasi berdasarkan fakta dan data objektif untuk mencapai hasil yang efektif. Carilah efektivitas dan bukan aplaus. Bangkitkan pendengar tindakan konkret dan bukan hanya semangat.

9. Tingkatkan argumentasi dan siaga menghadapi kebratan.
Menyebut tujuan pidato tanpa ditopang dengan argumentasi yang baik, tidak akan membawa efek apa pun. Beberkan argumentasi yang mantap dan menunjukkan dasar-dasar kehendak yang menyakinkan. Arahkan kata-kata kepada budi pendengar sambil menyentuh perasaan hati dan kobarkan semangat mereka. Siap-siagalah menjawab keberatan yang mungkin dilontarkan secara bijak dan rendah hati.

10. Yang membut retor bahagia adalah membawaan pidato.
Pidato sebagai pidato harus dibawakan. Memiliki teks pidato yang hebat tidak ada maknanya apabila tidak dibawakan. Retor baru puas dan bahagia apabila sedang atau sesudah membawakan pidato secara tepat dan mengesankan serta memberikan efek bagi pendengarnya untuk melakukan tindakan. Para pendengar pun baru bisa mengangumi retor ketika sedang atau sesudah mendengarkan pidato yang dibawakan. Teks pidato yang hebat dan hanya tersimpan rapih di lemari, tidak berdaya guna apa-apa. Demosthenes, retor terkenal zaman Yunani Kuno pernah menjawab ketika ditanya apa yang paling penting dalam berpidato, ia pun menjawab "Yang terpenting adalah pertama membawakan pidato, yang kedua, membawakan pidato dan yang ketiga adalah membawakan pidato".

11. Bicaralah jelas.
Berusahalah agar berbicara sejals mungkin. Gunakanlah kalimat dan kata-kata yang sederhana yang mudah dimengerti. Lengkapilah pidato dengan contoh-contoh konkret untuk memperjelas maksud pidato. Sisipkanlah pengulangan namun pergunakanlah rumusan yang bervariasi dengan kesan yang kuat  dan menyakinkan. Jauhkan kata-kata klise, kata-kata asing yang tidak dimengerti dan yang terlalu populer. Perbanyaklah kosa kata. Ada ribuan buku yang menanti dan ribuan retor yang berbicara kepada anda!

12. Latihan menciptakan juara.
Berpidato adalah suatu kesanggupan dan ketrampilan praktis. Kepandaian dan keterampilan berbicara hanya bisa diperoleh melalui latihan. Cicero, ahli pidato berkebangsaan Romawi menulis, "Saya berusaha dengan penuh semangat, saya menulis dan mengkonsepkan rancangan pidato, namun saya tidak merasa puas dengan latihan pidato. Siang dan malam budiku berkecimpung dengan ilmu pengatahuan."  Siapa yang melangkah masuk ke arena retorika, tidak boleh lagi melalaikan usaha dan kerja keras untuk belajar berbicara; siapa yang sanggup harus tabah berusaha untuk menyempurnakannya. Latihan menciptkan juara!

***
Diposting Ende, 19 Juni 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar