Rabu, 04 Agustus 2010

Aturan Kopdit Harus Seperti Karet, Tidak Kaku Seperti Kayu

Hal menarik lain ketika berkunjung ke KFC atau Mall di Denpasar, tanggal 7 Mei 2005 malam, kira-kira pukul 08.30 Wita. Ada berbagai kemajuan di sana. Saat-saat itu ketika hendak menikmati di lantai atas, naik eskalator secara bergerombolan mengundang perhatian banyak orang. Di tambah lagi salah seorang rombongan stuba hampir jatuh di eskalator. Ini tanda sebuah kegagapan teknologi.

Peristiwa kecil ini menarik, karena apabila kopdit/puskopdit juga gagap atau enggan menggunakan teknologi bukan saja akan ketinggalan mungkin hampir jatuh seperti teman tadi saat naik eskalator. Mungkin akan parah lagi, kopdit akan kalah bersaing dan jatuh mati terkapar tak tahu di mana batu nisannya.

Teknologi komputer atau kendaraan misalnya sudah menjadi kebutuhan untuk pengembangan kopdit/puskopdit bukan lagi hanya keinginan pamer kekayaan. Hal menarik lain semua perencanaan pada tanggal 6 Mei malam sebelum keberangkatan tidak selalu sama dengan realitas atau penerapannya, misalnya fungsi ketua kelompok dan pembagian kelompok. Rencana matang harus diimbangi dengan kemauan dan komitmen untuk merealisasikannya.

Dalam kopdit senantiasa ada rencana tahunan, bulanan bahkan mungkin harian. Namun semua itu tidak akan jalan kalau tidak ada komitmen dan konsistensi untuk melaksanakannya. Sisi lain bahwa perencanaan harus tetap fleksibel sesuai tuntuan keadaan riil di lapangan yang penting perubahan itu demi suatu kemajuan untuk banyak orang.

Berikut catatan stuba pada Puskopdit Lampung (mengunjungi 4 primer). Pertemuan dengan fungsionaris Kopdit dan Puskopdit Lampung mulai Minggu (8/5) malam sampai Selasa (10/5). Sesungguhnya Puskopdit/Kopdit Lampung pernah mengalami masa stagnasi/krisis pertumbuhan dan perkembangan lantaran kesalahan pengelolaan. Baru 2 tahun terakhir bangkit secara spektakuler setelah mengadakan studi banding ke Jawa dan Bali sekitar tahun 1989.

"Hasil studi banding memberikan angin segar luar biasa untuk bangkit dari keterpurukan,” kata Pak Kemis, Ketua Puskopdit Caraka Utama Lampung dihadapan 28 peserta rombongan stuba dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada. Ternyata stuba yang memakan banyak biaya merupakan media pembelajaran yang efektif menuju penggelolaan kopdit secara profesional.

Bantuan teknis INDECUA merupakan program yang telah mendorong terobosan manajemen pengembangan kopdit di Lampung dengan program utamanya “micro-finance” serta pengalihan pengelolaan konvesional ke arah profesional. Pengangkatan karyawan/plh/manajer, memiliki tempat pelayanan, sarana/fasilitas komputer serta pelayanan harian merupakan tuntutan capacity building ala INDECUA.

Program micro-finance ditujukan kepada anggota atau calon anggota yang memiliki usaha perdagangan harian, pokoknya yang usahanya dagang. Melalui micro-finance pertambahan anggota terus melaju diiringi pertumbuhan modal koperasi kredit terutama 2 tahun terakhir.

Kedisiplinan dan komitmen memulai serta keberanian melakukan inovasi. Kesan kuat yang peserta petik adalah punya keberanian melakukan perubahan, konsisten, komit dan disiplin menegakkan aturan dan semuanya dibuat tertulis (AD/ART, Poljak, Persus, dan Keputusan-Keputusan Rapat, RAT). Namun satu hal yang harus dipegang adalah “aturan kopdit harus tetap seperti karet, tidak kaku seperti kayu”.

Bidang pemasaran menjadi kebutuhan pokok bagi kopdit-kopdit/puskopdit di Lampung dalam kerangka melakukan pemetaan anggota, pemetaan wilayah, pemetaan penduduk, pemetaan potensi dan pemetaan produk pelayanan kopdit. Pemasaran ini dibuat berdasarkan analisis kebutuhan anggota dan masyarakat.

Jaringan dengan pihak mana pun untuk kemajuan dan pengembangan anggota atau organisasi bukanlah barang tabu. Yang penting perlu dibangun suatu kemitraan sejati yang saling menguntungkan (bersambung).

Flores Pos, 5 Juli 2005

Tidak ada komentar:

Posting Komentar