Minggu, 05 Juli 2009

Pelatihan Master Auditor di Thailand

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Pelatihan Master Auditor Accesbranding Koperasi Kredit Skala Asia diikuti oleh peserta dari 9 negara utusan anggota ACCU-Bangkok serta dari staf pemerintah Kementerian Koperasi Thailand. Pelatihan yang dikenal dengan nama Accesbranding Master Auditors Training dihadiri utusan dari Philipina 6 orang, Indonesia 4 orang, Srilanka 3 orang, Bangladesh 2 orang, Nepal 2 orang, Mongolia 2 orang, Myanmar 1 orang, Laos 1 orang, Pakistan 1 orang, Rusia 1 orang, Thailand 7 orang, Kementrian Thailand 2 orang serta utusan ACCU 2 orang, 2 fasilitator dan 4 mentor. Total peserta sertifikasi 40 orang. Kegiatan ini dilaksanakan tanggal 25-31 Januari 2009.

Ke-4 utusan dari Indonesia adalah Bapak Antonius Suharyono Daud-Inkopdit Jakarta, Bapak F.X. Ari Setiawan-Inkopdit Jakarta (keduanya mendapat beasiswa dalam pelatihan ini), Bapak F.X. Sri Haryadi-Kopdit Keling Kumang, Kalimantan Barat dan Bapak Kosmas Lawa Bagho (penulis) utusan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo, Flores-NTT (dengan biaya sendiri dari lembaga masing-masing).

Para petinggi gerakan yang hadir adalah Ms. Supatra Thanaseniwat (Pimpinan Umum Departemen Promosi Koperasi Negeri Thailand), Mr. Steven Rheault-Kihira (Duta Besar Kanada), Mr. Joris Geeven (Sekretaris 2 Seksi Ekonomi Duta Besar Belanda), Dr. Amporn Wattanavongs (Direktur Eksekutif FORDEC: Foundation for Rehabilitation & Development of Children and Family), Mr. Suriya Montripak (Bendahara ACCU & Ketua Pengurus CULT: Credit Union League of Thailand), Mr. Chalermpol Dulsamphant (Ketua Pengurus FSCT: Federation of Savings & Credit Cooperatives of Thailand), Mr. Supachai Srisupaaksorn (Ketua Pengurus Koperasi Kredit Klongchan) dan Mr. Ranjith Hettiarachchi (General Manajer ACCU: Association of Asian Confederation of Credit Unions).

Mr. Ranjith Hettiarachchi dalam laporan pembukaanya mengemukan bahwa isu kritis yang sedang menjadi perhatian di negara masing-masing saat ini adalah isu kemiskinan. Kehadiran Koperasi kredit atau Credit Union yang melandaskan kegiatannya pada pola pemberdayaan dan filosofi pendidikan, kemandirian dan solidaritas didesain khusus untuk melawan kemiskinan, kemelaratan dan keterbelengguan masyarakat.

Oleh karena itu koperasi kredit atau credit union harus tampil di tengah kompetisi kemiskinan masyarakat dan harus menjadi pemenang. Untuk menjadi pemenang dalam kompetisi yang super ketat itu, menurut Ranjith, CEO ACCU-Bangkok hendaknya koperasi kredit memiliki kelembagaan yang kuat dan menciptakan variasi produk yang unggul. Kelembagaan yang kuat dan produk yang unggul dengan brand-desaigned yang jitu harus ada alat ukurnya yang standar. Dan alat ukur yang standar bagi kualitas kelembagaan koperasi kredit ASIA adalah ACCESBRANDING.

Accesbranding memiliki keunggulan tersendiri dari alat ukur PEARLS-WOCCU. Sebab PEARLS hanya mengukur citra koperasi kredit dari perspektif keuangan saja sementara Accesbranding mencakup 4 perspektif yakni keuangan (PEARLS), perspektif kualitas produk dan pelayanan, perspektif kepuasan anggota serta perspektif pendidikan dan pembelajaran

Yang menarik bagi saya pribadi bahwa kehadiran seorang petinggi dari Kementrian Koperasi Thailand pada acara dimaksud serta mengirimkan 2 stafnya mengikuti pelatihan secara langsung bersama peserta lainnya agar mereka bisa memahami seluk-beluk perkoperasian kredit terutama menyangkut Accesbranding sebuah alat diagnosis standar koperasi kredit Asia termasuk Thailand.

Dengan demikian menjadi masukan berharga dalam pembuatan peraturan atau UU koperasi sesuai kebutuhan yang terjadi di tingkat akar rumput. Memang Thailand bisa menjadi tempat studi banding bagi departemen atau kementrian koperasi kita khususnya menyangkut kerja sama dengan koperasi kredit secara nasional. Pemerintah Thailand (Departemen Koperasi) senantiasa memperlakukan koperasi jenis apa pun sama dihadapan pemerintah dan hukum sehingga tidaklah heran kerjasama lintas sektor menjadikan Thailand berkembang pesat proses pengembangan koperasi termasuk koperasi kredit baik yang dikoordinir pemerintah terutama yang lahir dari inisiatif masyarakat sendiri.


Ke-4 peserta dari Indonesia bersama Mr. Ranjith & Ms. Lenny

Pemerintah kita juga sudah sangat kondusif namun terkadang belum sejalan bahkan mungkin bisa saja dalam hal tertentu seolah-olah berseberangan padahal kita berupaya membebaskan kemiskinan dari masyarakat Indonesia yang sama. Koperasi kredit selalu mengutamakan pemberdayaan yang berpedoman pada keswadayaan, pendidikan dan solidaritas sementara pemerintah (maaf) kadang-kadang lebih mengutamakan program memberikan bantuan (Bantuan Tunai Langsung, misalnya).


Accesbranding: Alat diagnosis untuk standarisasi pengelolaan koperasi kredit Asia
Ranjith Hettiarachchi sekali lagi menekankan perlunya suatu standarisasi pengelolaan koperasi kredit menuju koperasi kredit yang unggul, sehat, kuat dan aman di tengah kompetisi pasar global. Koperasi kredit harus tampil unggul sebagai salah satu wadah pembebesan dan pemberdayaan masyarakat miskin.

Seperti yang telah diketahui umum bahwa Accesbranding memuat empat komponen penting sebagai batu pijakan pemeringkatan sebuah organisasi koperasi kredit menuju besar, kuat, sehat dan aman (safety and soundness) yakni Perspektif Keuangan (Financial Perspective), Perspektif Anggota (Customer/Member Perspective), Perspektif Internal Bisnis (Internal Business Processes Perspective), Pendidikan dan Pembelajaran (Knowledge and Learning Perspective).

Selama seminggu kami menggumuli dan menggeluti secara lebih mendalam Accesbranding dengan 4 perspektif. Kami mengulitinya satu per satu ditambah dengan kunjungan lapangan dan sharing best-practice bagi koperasi kredit yang telah menerapkan acces dan mengikuti penilaian tingkat ASIA.

Dari sharing penglaman didapat suatu kesimpulan bahwa untuk koperasi kredit di Philipina dan Thailand tidak bermasalah pada 3 perspektif (Internal Bisnis, Pendidikan dan Pembelajaran serta Kepuasan Anggota) sementara untuk di India masih mengalami 4 perspektif. Perspektif kuangan masih menjadi titik kritis terutama menyangkut kelalaian kecuali Kopdit Klongchan Thailand yang tingkat kelalaian menurut PAR (Portofolio at Risk)-nya 0,05%.

Menurut pengakuan kepala bidang audit Kopdit Klongchan bahwa mereka getol melakukan penagihan dari rumah ke rumah serta pendidikan kelompok dengan memperbanyak petugas lapangan yang kapabel. Petugas lapangan 80% ada di tengah anggota dan simpatisan koperasi kredit bukan sebaliknya.

Format Accesbranding kali ini sudah lebih lengkap dan praktis sehingga memudahkan para fungsionaris koperasi kredit di Asia bisa menerapkannya di kopditnya sesuai format yang telah disediakan. Dengan demikian diharapkan koperasi kredit Indonesia juga siap berprestasi skala Asia bersama 3 segi tiga emasnya ACCU-Bangkok yakni Korea Selatan, Thailand dan Philipina.

Untuk Inkopdit sudah memiliki Buku RUPIAH EMAS yang disumbangkan oleh Bapak Drs. Theofilus Woghe dari Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo dan terjemahan Manual Accesbranding dari Bahasa Inggris ke Bahasa Indonesia oleh Bapak FX. Ari Setiawan. Untuk Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo sendiri sudah coba mempraktekkannya walaupun belum sempurna dan fokus setelah mendapat fasilitasi dari tenaga-tenaga handal Lembaga MICRA-Jakarta serta Ibu Theresia Multi,cs.

Sebagai auditor accesbranding yang berskala Asia maka hendaknya auditor membekali diri selain pengatahuan dan ketrampilan tetapi juga kode etik dalam keseluruhan audit seperti apa yang diungkapkan harus benar secara objektif dan dapat dipercaya, memilikit integritas yang tidak semu atau munafik, independen dan netral dari segala godaan dan kepentingan, dapat menjaga kerahasiaan serta bersikap profesional.

Apabila hal ini dilakukan sungguh-sungguh oleh auditor maka segala opini dan hasil audit tidak akan mendapatkan pengeluhan ataupun pengaduan. Lebih dari itu bahwa koperasi kredit kita mengarahkan diri kepada pengelolaan yang profesional dengan standar yang akurat, jelas dan objektif.

Kunjungan Lapangan
Para peserta berkesempatan mengunjungi Kantor FSCT (The Federation of Savings and Credit Cooperatives of Thailand Limited), Kopdit Klongchan dan CULT (Credit Union League of Thailand Limeted). Salah satu daya tarik tersendiri bagi saya pribadi adalah ketika kami mengadakan kunjungan lapangan ke kantor CULT dengan program unggulan terbaru untuk meningkatkan wirausaha anggota adalah dengan menerbitkan website (www.e-coop.cultthai.coop) yang memuat lengkap siapa mereka, apa yang mereka kerjakan, tujuan website ini dan apa kemampuan web.

Diceritakan bahwa selama kurang lebih 150 tahun, credit union atau koperasi kredit di seluruh dunia menyediakan akses bagi masyarakat terutama yang tidak mendapat akses terhadap lembaga keuangan resmi. Akses dana terutama menyiapkan pinjaman mikro untuk meningkatkan wirausaha kecil agar mampu mendongkrak pendapatan keluarga dan lingkungannya. Di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, para wirausaha koperasi kredit membutuhkan suport atau dukungan untuk melink (a more sustainable linkage) dengan pasar.

Web E-coop (Electronic Cooperarative) menyediakan sebuah platform bagi pengusaha mikro koperasi kredit agar berbagai produk usahanya yang paling bagus bisa mencapai tingkat pasar global. E-Coop merupakan hasil kerjasama ACCU (Association of Asian Confederation of Credit Unions) dan CULT (Credit Union League of Thailand) menjadikan para pengusaha koperasi kredit dan berbagai desain produknya bisa sejajar dengan produk lain di persaingan pasar global.

Produk-produk yang ditampilkan dalam web ini hendaknya hasil seleksi berdasarkan mutu dan kualitas kemasan dari berbagai koperasi kredit di Asia serta hasil karya unik dari berbagai kampung di negara Asia. Semua kita bisa mengakses dalam web ini dengan semboyan mereka,’ E-Coop, Global Market For All: Come and Join Us Now! (E-Coop, Pasar Global untuk Semua: Datang dan Bergabung Bersama Kami Sekarang!).

Dengan bergabung ataupun kita membeli berbagai produk berkualitas demikian, kita diharapkan bisa membantu ribuan pengusaha kecil (small entreprenuers) untuk meningkatkan keswadayaan keuangan (financial independence) untuk mengurangi kemiskinan masyarakat pada tahun 2015.

Tujuan E- Coop adalah mempercepat pertambahan dan pertumbuhan para pedagang dan enterpreunir di dalam koperasi kredit, mengembangkan pendapatan ekonomi bagi para anggota koperasi kredit, keluarganya dan masyarakat di lingkungannya serta meningkatkan kesadaran jiwa berdagang (wirausaha) untuk membangun kemandirian ekonomi sedangkan kemampuan web ini adalah mempromosikan produk dan pelayanan koperasi kredit, transaksi pasar melalui kartu kredit, sharing gagasan dan update informasi on-line dan pameran produk yang bervariasi. Bisa menghubungi (www.cultthai.coop atau email : cult@cultthai.coop).

Acara Penutupan & Action Plan
Kami berempat membuat satu action plan untuk dijalankan secara bersama tentu dikoordinir tingkat Induk Koperasi Kredit (Inkopdit) Jakarta. Tidaklah muluk-muluk disesuaikan dengan kondisi kepulauan dan daerah berjauhan koperasi kredit di negeri kita, Indonesia tercinta. Acapkali biaya pelatihan atau kegiatan itu sendiri lebih murah ketimbang biaya transportasi.

Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi para master auditor accesbranding kelahiran pelatihan di Bangkok, Thailand tanggal 25-31 Januari 2009. Mister Ranjith berulang-ulang menekankan bahwa ‘... anda sekalian adalah master auditor. Oleh karenanya dalam memberikan rekomendasi hendaknya menunjukkan kualitasnya tidak lagi sama seperti sebelumnya.

Tidak terlalu penting anda memberikan rekomendasi tetapi apa yang anda lakukan dengan rekomendasi yang anda berikan sebab rekomendasi itu gampang dan mudah dibuat oleh semua orang (auditor & pengawas) tanpa pelatihan master auditor accesbranding di Bangkok ini. Apa nilai lebih (selling point) anda sebagai master auditor ???’

Dimuat pada Buletin BK3 Jakarta, edisi II; April-Juni 2009


Tidak ada komentar:

Posting Komentar