Minggu, 05 Juli 2009

Sepenggal Kisah di Koperasi Kredit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Sejak Mei 1997, saya sudah berkarya di Koperasi Kredit terutama sebagai Karyawan Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo (BENN) yang dulu masih dikenal dengan nama BK3D NTT Barat (Badan Koordinasi Koperasi Kredit Daerah Nusa Tenggara Timur bagian Barat) .


Kantor FSCT Thailand, Bangkok

Saat itu memang masih cukup langka bagi gerakan koperasi kredit di wilayah Ende-Ngada (dan kini Nagekeo, Kabupaten Baru, 2006) bagi seorang jebolan perguruan tinggi untuk menjadi karyawan atau bekerja di koperasi kredit atau Puskopdit.

Ketika itu yang menjadi karyawan ya.. tingkat pendidikan paling tinggi adalah SMA atau SMEA. Apabila ada yang dari Perguruan Tinggi berarti bekerja di koperasi kredit hanya untuk mengisi waktu luang atau sebagai batu loncatan sebelum beralih ke tempat lain yang dianggap lebih layak atau dianggap lebih bergengsi menjadi kebanggaan orangtua kebanyakan di pulau Flores adalah menjadi pegawai negeri sipil atau pegawai BUMN lainnya.

Secara pribadi, saya merasakan hal itu. Saat awal bekerja di Puskopdit waktu itu BK3D, orang-orang dari kampung saya memandang sebelah mata dan bahkan menganggap saya sebagai warga kelas dua. Sekali peristiwa, seorang bapak dari kampung asal saya sebut saja AG, menginap di rumah kontrakan saya di Ende hendak mengunjungi anaknya di Kupang.

Beliau tiba sore hari. Kami makan minum ala kadarnya dan berbincang ngalor-ngidul maklum sekali-sekali bertemu. Keesokan harinya, saya mempersiapkan diri dan seperti biasa mengenakan pakaian seragam kantor swasta; putih-hitam. Spontan ia menanyakan kepada saya, anak kerja di kantor apa? Saya menjawab, kantor BK3D atau koperasi kredit. Ia diam.

Siang hari, saya pulang kantor ... kami makan siang seperti biasa. Selesai makan, adik-adik saya menyampaikan bahwa saya tidak boleh lagi melayani AG lantaran beliau merendahkan pekerjaan yang sedang saya jalani. Dia bilang, “Saya kira kerja di kantor apa padahal kerjanya di kantor koperasi kredit. Tamat perguruan tinggi termasuk PT terkenal di Flores saat itu (STFK Ledalero, red) lalu bekerja hanya di kantor koperasi kredit”.


Sakit memang hati ini namun saya berusaha menguatkan adik-adik saya yang masih kuliah dengan pernyataan ‘Apapun orang berbicara tentang kita hendaknya kita terima sebagai daya dorong buat kita untuk bekerja lebih baik pada lembaga apa saja. Tidak ada yang kurang jika orang mengeritik atau menganggap remeh dan tidak berlebihan juga jika orang memuji. Semuanya bergantung pada diri kita sendiri. Harus ada niat dari dalam diri sendiri untuk memberikan segala potensi terbaik sebab barang siapa menabur kebaikan akan menuainya’.

Cerita ini bukan untuk menonjolkan diri tetapi menjadi bagian pengalaman terindah buat saya mengabdi di koperasi kredit pada saat-saat awal terutama pada saat koperasi kredit sedang dalam masa krisis.

Masa Krisis
Paruh waktu 1997 s/d 2000 merupakan masa-masa sulit bagi pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit di wilayah BK3D NTT Barat yang meliputi Kabupaten Ende dan Ngada. Ada banyak koperasi kredit atau credit union yang dimekarkan oleh DELSOS (kini PSE, red) Keuskupan Agung Ende bagai cendawan di musim hujan periode 1970-1980-an, pada saat ini satu per satu gugur tanpa penyelesaian yang positip.

Bukan itu saja. Para karyawan bekerja 4 hari seminggu dan 2 harinya libur untuk mencari makan (saat itu masih bekerja 6 hari dan kini 5 hari dalam seminggu). Gaji staf kurang dari 100 ribu rupiah. Itu pun dibayar secara cicilan 3 x dalam sebulan. Anggota kopdit primer mengajukan pinjaman ke BK3D hanya 10 juta rupiah saja tidak bisa dilayani.

Peristiwa ini menimbulkan luka traumatis yang mendalam bagi masyarakat di 2 kabupaten yakni Kabupaten Ende dan Ngada sebelum mekar dengan Nagekeo. Sehingga tidaklah heran banyak orang tidak lagi percaya dengan koperasi maupun koperasi kredit (credit union).

Bahkan ada banyak plesetan dengan koperasi (kredit) seperti dalam bahasa daerah (kepo ghasi) artinya tidak dapat apa-apa atau ketua untung duluan (kud) dlsbnya. Almarhum penasihat Inkopdit, Bapak Haji Ir. Ibnoe Soedjono memberi nama mati suri.

Saat-saat seperti ini merupakan batu ujian paling sahih bagi seseorang untuk mengabdi di lembaga koperasi kredit dan puskopdit atau lebih dikenal saat itu BK3D. Seperti pepatah kitab suci menulis, ‘Sebuah emas berkualitas harus dimurnikan dalam tanur api’. Demikian militansi dan loyalitas pengabdian kami sedang diuji saat itu.

Masa Konsolidasi

Walaupun terasa berat dan menyesakkan dada namun selalu saja timbul semangat untuk berjuang mengembalikan kejayaan koperasi kredit seperti pernah dialami pada tahun 1970-1990-an awal. Sesungguhnya koperasi kredit atau credit union dari segi kelembagaan an sich maupun visi-misi ataupun rohnya tidak ada yang salah namun kesalahan itu lebih terletak pada mis-management.

Tidak ada yang patut dipersalahkan dalam kasus ini. Semuanya dilihat dalam kerangka membangun kembali rasa ketidakpercayaan anggota atau masyarakat terhadap cikal bakal koperasi kredit sebagai jembatan meretas kemiskinan, kemelaratan dan keterbelengguan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Masa ini lebih dikenal dengan masa konsolidasi dan reposisi keanggotaan dengan tuntutan kriteria yang mengikat seperti anggota individu minimal 1000, kekayaan minimal 1 M, menggunakan sistem komputerisasi, memiliki manajer, memiliki kantor baik milik sendiri atau sewa dan setiap tahun harus menunjukkan tanda-tanda pertumbuhan.


Masa Konsolidasi Organisasi dan Reposisi Keanggotaan dimulai sejak tahun 2002 dan finalnya tahun 2008 yang selanjutnya tahap pertumbuhan dan perkembangan. Sejak diterapkannya aturan ini, koperasi kredit-koperasi kredit di wilayah Puskopdit Bekatigade Ende-Ngada-Nagekeo seakan bangkit dari tidur panjang atau mati suri.

Setelelah masa konsolidasi, mulai tampil banyak koperasi kredit yang beranggotakan 1000 orang dan memiliki asset 1 M yang tahun 2000 ke bawah dianggap sebagai sesuatu yang mustahil.Ternyata jika ada tekad, kerja keras dan kerja cerdas, semuanya bisa diraih. Atau pinjam istilah Andrie Wongso, pakar motivator nasional pernah menulis, ‘Memang punya tekad bukan segala-galanya, tetapi tanpa tekad tidak mungkin ada segalanya’.

Masa Pertumbuhan dan Perkembangan
Tiga pilar koperasi kredit: swadaya, pendidikan dan solidaritas seolah menjadi perekat untuk memajukan koperasi kredit meski badai krisis ketidakpercayaan anggota apalagi masyarakat terus menderanya. Perjuangan yang disertai dengan pengorbanan nan tulus akhirnya menuai hasil yang berlipat ganda.

Siapa pernah menyangka koperasi kredit di wilayah ini bisa bangkit dan mekar begitu indahnya. Kini koperasi kredit bagaikan gadis cantik yang sedang laris dilirik oleh banyak orang. Per Juni 2009, pertumbuhan anggota: 52 ribu lebih, simpanan saham: Rp. 127 M lebih, simpanan non saham: Rp. 56 M lebih, pinjaman beredar: Rp. 192 M lebih dan kekayaan: Rp. 225 M lebih.

Yang menarik lagi apabila Puskopdit dan koperasi kredit mau merekrut pegawai baru ada banyak antrian lamaran dari berbagai disiplin ilmu dari berbagai perguruan tinggi melamar menjadi karyawan koperasi kredit. Jika saya melihat kenyataan ini ada rasa haru dan bangga bahkan ada perasaan menangis bahagia di dalam hati kecil. Seolah-olah ada mujizat Tuhan telah terjadi dalam gerakan koperasi kredit.

Ini bukan prestasi satu dua orang tetapi semua orang yang berkehendak baik. Semua orang terakses berbagai kebutuhan akan keuangan dan para staf ataupun karyawan Kopdit dan Puskopdit seolah mendapatkan jaminan masa depan yang layak sebagaimana orang-orang berprofesi lainnya. Para orangtua mulai bangga dan percaya diri jika ada anaknya bekerja di koperasi kredit atau puskopdit.

Tidak nampak lagi nada penyesalan atau perasaan negatif lainnya. Para orangtua bersangkutan bisa bercerita dengan antusias tentang pekerjaan anaknya ataupun ia sendiri menjadi anggota koperasi kredit. Lebihnya lagi sekarang ini para staf atau karyawan bisa meningkatkan kapasitas dan kapabilitas dirinya baik di tingkat lokal, nasional bahkan di tingkat asia.

Saya pribadi sangat berterima kasih kepada koperasi kredit karena bisa mengalami peristiwa berahmat mengembangkan kemampuan sambil jalan-jalan di beberapa kota besar di Indonesia dan dua kali ke Thailand, Bangkok. Apabila saya tidak bertahan di koperasi kredit (Puskopdit) jangankan ke Thailand, mengunjungi daerah lain di Indonesia seperti Lampung, Pontianak, Medan (sempat mandi di Danau Toba-Samosir), Jakarta, Jogyakarta, Surakarta, Semarang, Surabaya, Denpasar dan Kupang sekalipun dengan biaya organisasi rasa-rasanya hanyalah sebuah mimpi.

Kopdit/Puskopdit Masa Depan
Berangkat dari pengalaman nyata yang pernah dirasakan baik suka maupun duka maka diharapkan ke depan koperasi kredit atau Puskopdit dan jaringannya hendaknya dikelola secara sungguh-sungguh dan serius dengan tetap berpedoman pada tiga pilarnya; swadaya, pendidikan dan solidaritas. Tidak ada lagi tunggu waktu luang setelah bekerja di tempat lain. Perlu pembedaan yang jelas antara pengurus sebagai penetap pola kebijakan dan manajemen sebagai pelaksana operasional yang didukung dengan kontrol yang konstruktif dari pengawas yang berkemampuan secara intelektual dan moralitas.

Sistem perekrutan staf atau karyawan perlu dilakukan secara transparan dan selektif sesuai mekanisme perekrutan perusahaan modern. Tidak ada lagi staf atau manajer titipan. Menduduki suatu posisi baik dalam kepengurusan terutama dalam manajemen tidak lagi bergantung pada kemauan atau katabelece satu dua orang tetapi berpedoman pada kemampuan dan kinerja yang dimiliki.

Koperasi kredit atau puskopdit perlu dikembangkan sesuai perkembangan lembaga keuangan lainnya. Apalagi sekarang ini ada soft-ware yang memungkinkan lembaga Koperasi Kredit atau Puskopdit dan Inkopdit dapat melakukan transaksi on-line serta ATM dengan program SIKOPDIT CS.

Profesionalisme pengelolaan yang ber-branding bukan lagi hal tabu bagi gerakan koperasi kredit. Hendaknya kita menjaga lembaga ini akan tetap tumbuh dan berkembang secara profesional sampai generasi anak cucu dengan meningkatkan SDM manajemen, pengurus, pengawas dan seluruh anggota.

Pengembangan SDM seluruh komponen yang terlibat dalam gerakan koperasi kredit dari primer sampai tingkat atasnya serta network yang produktif menjadi salah satu titik kunci keberhasilan koperasi kredit masa depan dan mati hidupnya masa depan koperasi kredit.

Penutup
Demikian satu dua pengalaman saya berkarya di koperasi kredit tanpa ada tendensi memegahkan diri. Ada suka dukanya. Awalnya lebih banyak dukanya namun akhirnya bisa menikmati dengan suka cita. Memiliki jaminan masa depan namun terutama lebih banyak orang terbantu dengan kehadiran koperasi kredit yang dikelola secara sungguh-sungguh.

Dulu koperasi kredit hanya mampu menampung uang anggota paling tinggi 3-5 juta rupiah dan biasanya dilemparkan juga kepada anggota dengan jumlah berkisar demikian namun kini ada banyak koperasi kredit yang bisa menampung simpanan saham dan non saham sampai ratusan jutaan rupiah dan juga melemparkan pinjaman dengan plafon perorangan bisa ratusan juta rupiah tergantung kemampuan pengembalian dan potensi (prospek) usahanya.

Koperasi kredit menjadi jalan tol menuju tangga kesejahteraan bagi orang yang langsung berpartisipasi di dalamnya sebab pepatah China mengatakan, ’Saya dengar, saya lupa, saya lihat dan saya ingat namun jika saya melaksanakan maka saya mengerti.’ Bravo koperasi kredit. Terus maju memberdayakan masyarakat terutama masyarakat yang berkekurangan secara ekonomis, sosial-budaya dan politik.

Pernah dimuat di HU Flores Pos, 13 Juli 2009


3 komentar:

  1. profisiat...
    sekarang saatnya menuai buah kesabaran.

    BalasHapus
  2. salam kenal..
    Terimakasih atas motivasinya... :)

    BalasHapus
  3. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus