Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Staf Pengajar Politeknik St. Wilhelmus Flores-Boawae
“Kegelisahan
Sebuah Hati”. Secara pribadi, saya sendiri tidak tahu, hati siapa yang sedang
dirundung gelisah, sedih dan gundah.
Mei
1998, saya mengikuti acara syukuran wisuda seorang teman. Waktu itu, salah
seorang pembimbing mahasiswa ekstern STFK Ledalero (tak perlu sebut namanya). Beliau mengatakan bahwa “Malam ini, kalian para wisudawan diayubahagiakan
setinggi langit. Setiap sudut, orang tunduk memberi salam dan setiap bibir
tersungging senyum paling manis kepada anda kalian. Akan tetapi, coba kalian
lihat besok dan seterusnya, ketika anda kalian dengan baju lengan panjang dan
bercelana rapih mengisi lorong demi lorong dibawah terik matahari bercampur
keringat untuk melamar pekerjaan. Setiap orang yang kalian temui seakan diam
membisu tak berdaya.”
Pertanyaannya,
meski paling tinggi pendidikannya, mengapa kian banyak lulusan universitas
menganggur? Apa artinya? Tidak ada jaminan bahwa para lulusan perguruan tinggi baik
S1, S2 bahkan mungkin S3 sekali pun, akan mudah mendapatkan pekerjaan. Apabila
angka ini terus bertambah dari tahun ke tahun, sudah pasti angka pengangguran
intelektual akan semakin membengkak. Mengapa angka pengangguran di Indonesia
tidak pernah berkurang dari waktu ke waktu? Apa yang salah? Kalau kita boleh
menyalahkan, sebenarnya yang salah adalah diri kita sendiri. Mengapa? Siapa
yang menyuruh kita menganggur? Tidak ada seorang lain pun yang menyuruh kita
menganggur, kecuali diri kita sendiri.
Fenomena
ini kian menggelisahkan ketika kurang terlibat atau tertariknya kaum muda
termasuk mahasiswa/i terhadap kegiatan menabung pada koperasi kredit. Kaum muda
lebih tertarik dan berteman dengan hal-hal yang bersifat pembelanjaan dari pada
menabung sebagai bekal modal usaha saat ini terutama pada saat setelah wisuda
nanti. Orang-orang muda masih lebih berminat pada kegiatan-kegiatan yang
menghabiskan dari pada kebiasaan hidup hemat dengan membelanjakan yang
dibutuhkan bukan yang diinginkan. Tentu tidak semua orang muda tetapi yang paling
dominan.
“Kegelisahan
sebuah hati” adalah kegundahan hati-hati kita semua. Apakah kita tetap dan
terus terbenam dalam kolam kegelisahan? Ataukah kita secara bersama-sama berupaya
keras untuk mencari jawaban atau paling kurang sebuah alternatif solusi untuk mengatasi
kegelisahan yang sedang kita alami saat ini dan masa yang akan datang. Mari
kita berdiskusi secara cerdas dan bijak agar kita mampu mencairkan batu karang
kegelisahan yang kian menggumpal.
Selamat
berdiskusi!
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut