Kamis, 02 November 2017

"Kegelisahan Sebuah Hati"

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Staf Pengajar Politeknik St. Wilhelmus Flores-Boawae



“Kegelisahan Sebuah Hati”. Secara pribadi, saya sendiri tidak tahu, hati siapa yang sedang dirundung gelisah, sedih dan gundah.

Mei 1998, saya mengikuti acara syukuran wisuda seorang teman. Waktu itu, salah seorang pembimbing mahasiswa ekstern STFK Ledalero (tak perlu sebut namanya). Beliau mengatakan bahwa “Malam ini, kalian para wisudawan diayubahagiakan setinggi langit. Setiap sudut, orang tunduk memberi salam dan setiap bibir tersungging senyum paling manis kepada anda kalian. Akan tetapi, coba kalian lihat besok dan seterusnya, ketika anda kalian dengan baju lengan panjang dan bercelana rapih mengisi lorong demi lorong dibawah terik matahari bercampur keringat untuk melamar pekerjaan. Setiap orang yang kalian temui seakan diam membisu tak berdaya.”


Pertanyaannya, meski paling tinggi pendidikannya, mengapa kian banyak lulusan universitas menganggur? Apa artinya? Tidak ada jaminan bahwa para lulusan perguruan tinggi baik S1, S2 bahkan mungkin S3 sekali pun, akan mudah mendapatkan pekerjaan. Apabila angka ini terus bertambah dari tahun ke tahun, sudah pasti angka pengangguran intelektual akan semakin membengkak. Mengapa angka pengangguran di Indonesia tidak pernah berkurang dari waktu ke waktu? Apa yang salah? Kalau kita boleh menyalahkan, sebenarnya yang salah adalah diri kita sendiri. Mengapa? Siapa yang menyuruh kita menganggur? Tidak ada seorang lain pun yang menyuruh kita menganggur, kecuali diri kita sendiri.

Fenomena ini kian menggelisahkan ketika kurang terlibat atau tertariknya kaum muda termasuk mahasiswa/i terhadap kegiatan menabung pada koperasi kredit. Kaum muda lebih tertarik dan berteman dengan hal-hal yang bersifat pembelanjaan dari pada menabung sebagai bekal modal usaha saat ini terutama pada saat setelah wisuda nanti. Orang-orang muda masih lebih berminat pada kegiatan-kegiatan yang menghabiskan dari pada kebiasaan hidup hemat dengan membelanjakan yang dibutuhkan bukan yang diinginkan. Tentu tidak semua orang muda tetapi yang paling dominan.

“Kegelisahan sebuah hati” adalah kegundahan hati-hati kita semua. Apakah kita tetap dan terus terbenam dalam kolam kegelisahan? Ataukah kita secara bersama-sama berupaya keras untuk mencari jawaban atau paling kurang sebuah alternatif solusi untuk mengatasi kegelisahan yang sedang kita alami saat ini dan masa yang akan datang. Mari kita berdiskusi secara cerdas dan bijak agar kita mampu mencairkan batu karang kegelisahan yang kian menggumpal.

Selamat berdiskusi!


1 komentar:


  1. Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.

    Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.

    Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.

    Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.

    Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut

    BalasHapus