Rabu, 06 November 2013

Tiga K Menjadi Kunci Sukses Aktivis Koperasi Kredit

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Senja menjelang malam, kami sempat berbincang-bincang dengan beberapa aktivis sebuah koperasi kredit besar yang membuka cabang atau tempat pelayanan (TP) di daerah pedalaman. Kendati dikatakan daerah pedalaman namun daerah tersebut cukup mudah dijangkau dengan kendaraan roda dua maupun roda empat. Kendaraan roda empat bisa lalu-lalang setiap hari untuk mengantar jemput penumpang meski ruas jalan yang dilalui cukup menikung tajam dan sebagian ruas belum diaspal dan sebagian lagi dibantu dengan 'rabat beton'. Istilahnya rabat beton tetapi cuma batu dan semen tanpa didukung ruas-ruas besi.


Obrolan cukup bervariasi dan tidak fokus pada satu tema tertentu. Maklum, sejumlah orang lama yang baru bertemu dengan jarak usia tidak terlampau jauh walaupun ada yang berkepala empat, tiga dan ada baru berkepala dua dan belum menikah. Mereka adalah para karyawan muda atau nama kerennya eh 'eksekutif muda'.

Pembicaraan yang santai dan 'ngalur-ngidul' itu tiba-tiba mengarah pada satu tema yang cukup serius dan mengundang perhatian pemikiran yang cukup memeras otak. Percakapan yang mulai serius itu bermula dari pertanyaan spontan penulis, "Apa sih kunci keberhasilan koperasi kredit, sejak perintisannya tahun 1970-an dengan jatuh bangunnya, koq bisa bertahan hingga saat ini, tahun 2013?"

Obrolan yang riuh renda tadi seolah-olah terpaku dan semua orang terdiam seakan ada komando. Dalam situasi yang cukup tegang dan serius tersebut, ada keberanian seorang teman yang berujar.
"Kejujuran, kuncinya," katanya tegas dengan mimik sungguh-sungguh.

Dari lontaran teman tadi muncullah sejumlah pernyataan dengan argumentasi masing-masing. "Konsisten dan komitmen", sambung yang lain. "Kompetensi", teriak teman muda di sebelahnya. Penulis sungguh sayang, tidak mencatatkan semua jawaban yang spontan dan bernas itu. Walau pun, demikian, penulis coba mengingat-ingat dan mengambil satu kesimpulan kecil.  

Tiga K menjadi kunci sukses aktivis koperasi kredit sehingga dapat membawa koperasi kredit sejak perintisan awaln tahun 1970-an hingga saat ini. Awalnya hanya dengan modal simpanan pokok dan simpanan wajib setiap anggota 100 rupiah dan kini menjadi 100 ribu rupiah. Simpanan wajib bulanan hanya 50 rupiah dan kini menjadi ada yang 25 ribu rupiah. Simpanan sukarela atau sekarang simpanan kapitalisasi hanya mungkin paling tinggi 25 ribu rupiah, kini bisa puluhan juta rupiah. Dahulu terdapat hanya simpanan modal sendiri namun kini beraneka simpanan non saham dengan simpanan rata-rata perorangan menyimpan ratusan juta rupiah dengan kekayaan hingga ratus miliar dan bahkan ada yang mau mendekati 1 triliunan.

Wah, suatu perbuatan kecil dengan cita-cita besar menghasilkan sesuatu yang luar biasa. Semuanya, menurut hemat penulis, hasil pemenungan dan rangkuman ujaran spontan teman-teman aktivis lainnya dalam sebuah pertemuan yang tidak dirancang yakni TIGA K. Yang lain boleh berpendapat berbeda.

Tiga K yang dimaksud adalah:

K1 = Kejujuran. Lembaga atau organisasi apapun apalagi lembaga keuangan seperti koperasi kredit, tentu nomor satu dan nomor wahid adalah KEJUJURAN. Kejujuran dimaksud adalah kejujuran kepada diri sendiri, kejujuran kepada fungsionaris, kejujuran kepada anggota dan paling penting adalah kejujuran kepada Tuhan (Allah) sebagai bekal pada kehidupan akhirat. Kita boleh menipu diri sendiri tetapi kita tak pernah bisa menipu atau berbuat tidak jujur kepada Tuhan (Allah) yang kita imani. Akan tetapi, bagaimana kita bisa berlaku jujur kepada Tuhan (Allah) yang tidak kita lihat kalau kita tak jujur kepada diri sendiri dan sesama yang kelihatan. Kejujuran merupakan pintu pertama keberhasilan para aktivis koperasi kredit untuk mengelola lembaga keuangan ini dan kunci sukses bagi penghidupan di dunia ini dan di akhirat.

K2 = Konsisten dan Komitmen dalam Bertindak. Kendatipun kita memiliki kejujuran, akan sama saja seperti mimpi di siang bolong apabila kita tidak melakukannya secara konsten dan komitmen dalam bertindak apalagi di tengah situasi dunia saat ini ada ada saja godaan untuk tidak berlaku jujur. Dewasa ini, semua orang mau serba cepat, serba instan untuk cepat mendapatkan hasil tanpa mau mau berkorban, tanpa mau bekerja keras apalagi bekerja cerdas. Konsistensi dan komitmen antara perkataan dan tindakan kadang bagaikan jurang pemisah antara harapan dan kenyataan. Dengan serba cepat, orang mulai lupa akan konsistensi dan komitmen melakukan apa yang dikatakan dan mengatakan apa yang telah dilakukan.

K3 = Kompetensi. Kompetensi yang dimaksud di sini adalah persesuaian atau keselarasan atau kesesuaian antara K, S dan A. K = Knowledge = pengatahuan, wawasan. Seorang aktivis koperasi kredit hendaknya memiliki pengatahuan dan wawasan yang luas tentang manajemen atau pengelolaan koperasi kredit. Lembaga ini akan menjadi apa apabila dikelola oleh orang-orang yang tidak berpengatahuan dan berwawasan yang luas atau bagaikan "katak di dalam tempurung". Pengatahuan adalah juga pintu pembuka kesuksesan pengelolaan koperasi kredit. S = Skills = Keahlian = Ketrampilan. Pengatahuan yang luas hendaknya diimbangi dengan ketrampilan sebab apabila hanya memiliki pengatahuan tanpa praktek (terampil), koperasi kredit tidak akan bertahan, berkembang apalagi berkelanjutan. A = Attitude = Sikap = Perilaku = Watak. Ada pakar manajemen, penulis lupa namanya mengatakan bahwa keberhasilan lembaga keuangan terletak pada 20% K dan S tetapi 80% sangat bergantung pada A. Koperasi-koperasi kredit saat ini, mulai merasakan hal yang aneh tersebut. Banyak karywan memiliki K dan S yang luar biasa, namun berbagai target apalagi road-map koperasi kredit banyak yang tercapai alias lowong. Mungkin, kita kurang pada sisi A ini. Untuk itu, kita kombinasikan secara selaras antara K, S dan A demi progresivitas serta keberlanjutan (sustainable) koperasi kredit kita masing-masing. 

Demikian satu dua pemikiran yang penulis sampaikan pada pagi hari ini. Suatu keistimewaan bahwa postingan blog pagi ini, penulis tidak lakukan dalam draft lebih dahulu tetapi langsung menulis apa yang sedang mengalir di dalam otak penulis yang kurang sempurna bahkan mungkin liar ini. Harapan penulis, bisa menambah atau sekedar mengingatkan atau pun memotivasi kembali, gairah pelayanan kita di koperasi kredit masing-masing yang mungkin sedang lesu. 

Kesuksesan poin Tiga K tergantung pada diri kita sendiri dan teruslah belajar sampai 'hayat dikandung badan". Salam pemberdayaan!

Ende, 07 November 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar