Minggu, 27 Oktober 2013

Lokakarya Nasional Sebagai Media Pembelajaran

 Oleh Yohanes Satu & Kosmas Lawa Bagho
Pengurus  Kopdit Serviam Ende-Flores, Nusa Tenggara Timur


(Flores Pos, 14 Oktober 2013) Suatu kebanggaan bahwa kami bisa menghadiri beberapa kegiatan Induk Koperasi Kredit Indonesia (Inkopdit)  yakni lokakarya nasional (Loknas),  rapat anggota tahunan nasional (Ratnas)  dan Open Forum Tahun Buku 2012 di Hotel Ibis Trans Studio, Bandung pada 15-19 Mei 2013 lalu.  Lokakarya yang mengusung tema, “Membangun Sistem Informasi Komunikasi untuk Meningkatkan Kualitas Pelayanan” ini dihadiri 34 Puskopdit/BK3D, 194 koperasi kredit dan 791 anggota perorangan dengan perincian 626 laki-laki dan 165 perempuan dari Sabang sampai Merauke.

Kegiatan empat hari ini mampu  menghipnotis ratusan peserta dari seluruh pelosok tanah air untuk berpikir, berdebat, berdiskusi dan berkreasi secara positip tentang keberlanjutan dan masa depan  koperasi kredit dalam naungan payung Inkopdit.

General Manager Inkopdit Jakarta, Abat Elias, meminta 791 peserta menggunakan lokakarya empat hari ini untuk melakukan berbagai perubahan dalam gerakan koperasi kredit di Puskopdit masing-masing. Apalagi dalam acara open forum, hadir tiga pembicara profesional dari luar negeri, salah satunya adalah Mrs. Sheila, mantan Wakil Perdana Mentri Kanada.

“Kita bangga sebagai orang gerakan, melakukan segala sesuatu dengan kekuatan sendiri termasuk pembiayaan. Terima kasih untuk kehadiran kalian dan terutama Inkopdit yang telah mempercayakan Bandung sebagai tuan rumah. Kita akan saling membagi pengatahuan terutama pengalaman dalam menumbuh kembangkan koperasi kredit/credit union di seluruh dunia di tempat ini dan akan diperkaya dengan sharing pengalaman dari para pelaku sukses dari luar negeri dan kunjungan pada koperasi kredit primer yang ada di Bandung”, kata Ketua Puskopdit Jawa Barat, Syafrizal Ikram.

Sementara itu, Ketua Pengurus Inkopdit Jakarta, Romanus Woga dengan gaya khasnya mengharapkan, selama 4 hari, peserta  mendalami dan menggeluti topik-topik seperti agri-finance, membangun karakter, komunikasi berbasis informasi dan teknologi (IT) serta audit sosial termasuk review tiga jenjang gerakan koperasi kredit di Indonesia, model jejaring yang memenangkan persaingan dan kepemimpinanan yang berkesinambungan. Materi-materi ini akan dilengkapi dengan Daperma (Dana Perlindungan Bersama) dan Launching Sikopdit On-Line.

Agri-Finance
Materi agri-finance disampaikan oleh Fransiscus de Fransu, Manajer Puskopdit Swadaya Utama Maumere dan Daniel, Bendahara Kopdit Lantang Tipo, Puskopdit Borneo, Kalimantan Barat secara bergantian. Fransu memulai presentasinya dengan memberikan pertanyaan reflektif “Apakah Kopdit/CU masih prihatin dan memperhatikan pemberdayaan masyarakat (anggota) yang mayoritasnya petani?”

Agri-Finance merupakan produk perkenalan baru dari ACCU-Bangkok yang sesungguhnya mewujud pada CUMI (Credit Union Microfinance Innovation) buatan ACCU juga. Hal ini menjadi penting lantaran anggota CU mayoritasnya petani dengan cara: lakukan pemetaan potensi usaha masyarakat desa, membuat proposal usaha, membuat pakan ternak kerjasama dengan instansi teknis terkait, pelatihan ternak ayam serta promosi dan pemasaran produk anggota. Presentasi ini dilengkapi dengan video BIS (Business Information System).

Sementara itu, Daniel melengkapi presentasi Fransu dengan menyoroti 10 metodologi agri-finance pada koperasi kredit/CU antara lain pemahaman area pertanian (perlu database yang akurat tentang jumlah luasnya arealnya pertanian yang dimiliki oleh anggota koperasi kredit, tingkat kesuburan dll), melakukan pemetaan sumber-sumber pertanian anggota secara akurat,  mengindentifikasi tantangan dan isu-isu yang dihadapi petani.

Selain itu, dalam agri-finance pelaku koperasi kresdit mesti membuat rencana aksi agri-finance (menargetkan jumlah anggota petani yang dilayani, membuat poljak simpanan dan pinjaman petani), melakukan pengembangan dan penguatan lembaga-lembaga petani (membentuk kelompok sesuai jenis usaha masing-masing, pelatihan kahlian teknis kerjasama dengan instansi terkait),  menggencarkan promosi asosiasi petani lokal (masyarakat yang telah terorganisir).

Pelaku koperasi kredit juga harus meningkatkan kualitas kelompok-kelompok kecil petani, mendesain produk pelayanan pinjaman agri-finance, membangun hubungan kerjasama kelembagaan (petani bisa akses pada lembaga pemerintah, pertanian modern dengan menggunakan teknologi, membantu petani menentukan harga produksi pertanian) dan menciptakan program menarik bagi petani dan masyarakat.

Character Building
Sesi Membangun Kepribadian dipandu oleh Mona Sugianto dan Michael Chandra, pasangan suami-istri yang psikolog ini sungguh menggugah dan menarik minat peserta dengan presentasi mereka yang menggelitik serta mengena. Keduanya membuka presentasi dengan mengangkat fenomena konkret manusia Indonesia saat ini yang diasumsi hedonisme, komsumerisme dan budaya instan yang telah mengangkangi nilai-nilai koperasi kredit /CU seperti kejujuran, tanggungjawab dan pengorbanan. Fenomena ini membuat orang gampang depresi sehingga mudah melakukan hal-hal yang melanggar norma atau hukum seperti bunuh anak kandung, bunuh diri sendiri, pencurian, perampokan bersenjata dll.

Karakter adalah ciri khas, keunikan yang melekat pada diri seseorang. Karakter berarti tetap melakukan tanpa diawasi. Tiga karakter yang perlu dimiliki fungsionaris dan anggota kopdit/CU adalah sejati (berkata benar, berbuat benar), baik (memikirkan orang lain sebelum kepentingan dirinya pribadi) dan sabar ( kuat menanggung penderitaan).

Jejaring
General Manager Inkopdit Jakarta, Abat Elias yang mengampu sesi Jejaring dalam Kopditmengatakan, Gerakan Koperasi Kredit Indonesia (GKKI) memiliki suatu sistem jejaring baik jaringan vertikal maupun jaringan horizontal yang membuat satu sama lain saing menguatkan. Namun dalam praktik, timbul kewajiban dan hak dari setiap anggota jaringan.
Di Indonesia jaringan koperasi kredit ada tiga tingkat yaitu Kopdit, Puskopdit dan Inkopdit. Kopdit merupakan koperasi kredit primer yang melayani anggota perorangan. Puskopdit merupakan koperasi kredit sekunder tingkat daerah yang melayani (memediasi) koperasi kredit primer. Inkopdit adalah sekunder nasional yang memediasi (melayani) Puskopdit di seluruh Indonesia.

Jejaring 3 level ini hanya terdapat di Indonesia.  Sementara di negara lain hanya dua level yakni koperasi kredit primer langsung dimediasi sekunder nasional. Ada beberapa keuntungan apabila jejaring dalam tiga level yakni jangkauan pelayanan lebih pendek, pengawasan lebih cepat karena lebih dekat, adanya pemerataan kesempatan kerja setiap daerah, semakin banyak kesempatan orang menjadi pemimpin dan otonomi daerah semakin kuat meskipun ada juga kelemahan. Namun dalam kelemahan itu, koeprasi kredit tetap dibangun di atas komitmen yang kuat dalam selimut saling percaya.

Sesi ini dilengkapi dengan informasi Teknologi yang dipandu Ahmad Safrudin.  Menurut Ahmad Safrudin, informasi adalah aset organisasi yang paling vital sehingga perlu dijaga secara optimal tingkat keamanannya. Teknlogi informasi on line (internet) memiliki keuntungan bisa secara cepat tersebar atau mendapatkan informasi bahkan pembayaran secara on line namun ada potensi serangan ketidaknyamanan terutama transaksi keuangan. Internet menjadi jalur informasi yang tidak terpercaya sehingga perlu dijaga keamananannya.

Materi-materi yang diperoleh dalam lokakarya nasional di Bandung ini, terasa sangat penting bagi kita dan cukup memperkaya kita dalam menjalankan tugas pengabdian memberdayakan koperasi kredit di daerah-daerah kita. Tentu dengan itu juga, kita memberdayakan masyarakat kita dalam bidang perekonomian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar