Butuh Konsistensi dan Kejujuran Membangun Kopdit Bermartabat

Oleh Kosmas Lawa Bagho, S.Fil., M.M
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri

Web Arie5758

Gerakan koperasi kredit di Indonesia dan khususnya di Flores, Nusa Bunga sudah sejak paruh waktu 1970-an. Di tengah berbagai tantangan akibat kebijakan Negara atau pemerintahan waktu itu yang kurang harmonis dengan gerakan koperasi kredit atau credit union lantaran lebih mengutamakan KUD atau Koperasi Unit Desa namun para perintis, peletak dasar bangunan koperasi kredit terus bekerja keras mengembangkannya.



Tidak sedikit orang pemerintahan yang tidak menolak atau menerima namun membiarkan secara sadar agar koperasi kredit atau credit union bisa berkembang di kota dan desa di seluruh Nusantara ini. Mereka-mereka itu patut kita beri apresiasi, penghargaan, doa dan cinta kita kepada mereka. Mungkin ada yang masih hidup tetapi banyak di antara mereka ada yang sudah meninggal. Kita yakin, mereka semua masih mendoakan gerakan ini hingga saat ini bahkan sejuta tahun ke depannya.

Manfaat koperasi kredit atau credit union tidak terkira dan penulis tidak lagi membahasnya. Semua pendiri, perintis, pelanjut, pengurus pengawas,penasihat, manajemen serta jutaan anggota bisa melitaninya sehingga dapat kita saksikan bahwa gerakan itu bisa tumbuh dan mekar dengan indahnya di taman NKRI.

Di tengah berbagai cerita atau litani kebanggaan tentu ada begitu banyak batu kerikil yang menjadi tantangan tersendiri bagi gerakan koperasi kredit. Koperasi kredit saat ini banyak ditantang, salah satunya regulasi perpajakan, yang mengenakan pajak bagi koperasi kredit sebagai lembaga terutama bagi anggota dengan berbagai pasal. Hampir semua akun yang ada dalam laporan keuangan koperasi kredit itu kena pajak.

Sesungguhnya tidak ada yang istimewa. Namun pengenaan pajak hampir semua akun yang berkaitan dengan anggota cukup menantang gerakan ini untuk eksis. Kita harus bayar pajak sebagai warga negara yang baik dan bertanggungjawab terhadap keberlangsungan sebuah negara yang berdaulat. Kita berharap, mereka yang terlibat dalam pemungutan pajak dapat bekerja dengan baik agar semua pemasukan pajak masuk ke kas Negara dan dimanfaatkan untuk sebesar-besarnya bagi kepentingan banyak orang warga NKRI. Tidak hanya golongan tertentu apalagi person-person spesial.

Gerakan koperasi kredit di Pulau Kalimantan, Sumatra, Bali serta Flores, NTT cukup membanggakan. Anggota bisa mencapai ratusan ribu dan aset juga ada yang sudah miliar. Oleh karena itu, koperasi kredit benar-benar menjadi wadah bagi rakyat kecil untuk meraih kedaulatan secara ekonomi, sosial, budaya dan politik. Rakyat akar rumput bisa mandiri dan bermartabat melalui pemberdayaan diri bersama koperasi kredit.

Ketika kita menoleh pada perjalanan waktu gerakan koperasi kredit, kita patut menepuk dada sebab cukup panjang. Kini memasuki 40 bahkan mungkin ada yang sudah 50 tahun perkembangannya. Seumpama usia manusia berarti ada yang sudah memasuki usia emas bahkan lebih. Berarti sudah cukup matang dalam jatuh bangun usahanya.

Walau pun demikian ada guratan kesedihan yang menyapa penulis. Penulis adalah seorang yang beraliran positif. Melihat segala sesuatu lebih menonjolkan sisi-sisi positif. Senantiasa melihat celah solutif di tengah pekatnya persoalan menghadang. Namun sebagai manusia yang lemah, penulis juga ada nada-nada sedih menyaksikan perkembangan gerakan koperasi kredit saat ini terutama sebagai aktivis dan praktisi yang ikut dari awal ketika koperasi kredit di BK3D NTT Barat mengalami masa-masa sulit.

Masa-masa itu, kami konsolidasi diri dan semangat agar gerakan ini jangan sampai mati di tangan kami generasi pengembang. Kami berjuang sepenuh hati, sepenuh cinta dan jiwa-raga. Kami tidak memperhitungkan "apa yang kami peroleh" melainkan "apa yang kami sumbangkan" bagi koperasi kredit dengan segala kekurangan. Dari latar belakang studi yang 360 derajat sangat berbeda dan kami tetap menaruh komitmen serta aksi membangun kembali dari serpihan-serpihan ketiadaan uang, kesulitan likuiditas serta kekurangan dalam pengelolaan (manajemen kas) dan sebagainya.

Kami tidak pernah menuntut gaji. Kami tidak pernah menuntut uang transpor. Mungkin dunia saat itu berbeda. Mungkin kami waktu itu berasal dari planet lain yang tidak melihat uang sebagai yang utama walau kami sangat membutuhkan uang sebab segala sesuatu butuh uang. Kami tidak pernah mengambil uang anggota apalagi pinjam atas nama anggota tanpa anggota bersangkutan tahu. Kami tidak pernah memanipulasi kas, tidak memanipulasi tanda tangan serta memanipulasi pinjaman anggota untuk kepentingan pribadi. Kami merasa lebih bermartabat apabila kami meminjam. Apabila sudah meminjam, kami berusaha sebagaimana boleh agar selalu tepat mengembalikan.

Tidak berarti, kami orang-orang mulia. Tidak berarti kami adalah malaekat-malaekat kecil di koperasi kredit. Modal kami hanya konsistensi dan kejujuran. Jujur terhadap diri sendiri. Jujur hidup dengan uang yang kami terima. Gaya hidup kami selaras dengan gaji yang menjadi bagian kami setiap bulan.

Mungkin ini menjadi refleksi pribadi bahwa membangun koperasi kredit yang bermartabat butuh konsistensi dalam melaksanakan kesepakatan serta aturan serta jujur dalam pengelolaannya.

Ini sekedar refleksi spontan setelah beberapa bulan ini berkeliling melakukan audit.