Oleh Kosmas Lawa Bagho
Staf Puskopdit Flores Mandiri
Mahasiswa S2 Manajemen Universitas Negeri Malang
Tulisan ini telah dikirim ke Majalah PICU (Pusat Informasi Credit Union-Jakarta) tanggal 5 Oktober 2015. Penulis posting di sini untuk mendapatkan catatan, masukan dan kritikan bagi pengembangan kepuasan anggota demi meningkatkan komitmen dan loyalitas anggota terhadap Koperasi Kredit atau lebih dikenal dengan Credit Union/CU.
Bulan September 2015, penulis mendapatkan email langsung dari
pimpinan redaksi PICU (Pusat Informasi Credit Union), Tonnio Irnawan dengan
tema yang cukup menantang adalah “Maklumat Redaksi: Memenuhi Kepuasan Anggota”.
Penulis tidak tahu persis, entahkah email maklumat itu ditujukan kepada
semua pelanggan PICU atau hanya sebagian sesuai tujuan dan maksud pemimpin
redaksi. Dilihat dari keseluruhan isi dan ajakan maklumat dimaksud, sepertinya
seluruh aktivis gerakan koperasi kredit/CU dari Sabang sampai Merauke, dari
Natuna hingga Flores mendapatkan email dimaksud. Tentu saja yang memiliki email
hahaha.
Maklumat redaksi PICU kali ini menarik untuk disimak. Maklumat seperti ini
baru penulis peroleh setelah lima tahun PICU berkiprah dengan ajakan atau
himbauan agar semua orang yang memiliki pengalaman tentang kepuasan anggota
koperasi kredit/CU diberikan kesempatan untuk menulis dan dikirim ke PICU
paling lambat tanggal 5 Oktober 2015. Tulisan pengalaman bahkan sudah disiapkan
panduan pertanyaan dan latar belakang mengapa tema dimaksud menjadi sajian
utama PICU No. 27 Tahun VI, Oktober 2015.
Menurut pandangan pimpinan redaksi seperti terungkap pada latar belakang
atau pendahuluan maklumat bahwa ‘tuntutan anggota dan pelanggan koperasi kredit
untuk mendapatkan produk dan layanan terbaik tidak bisa lagi dipenuhi apabila
koperasi kredit/CU dijalankan secara konvesional atau asal-asalan saja’.
Kepuasan atau selera anggota (pelanggan) tentunya terus bertumbuh dan
berkembang sesuai selera pasar dengan aneka tawaran berbagai lembaga keuangan
yang semakin kompetitif yang bukan saja dari dalam negeri tetapi juga dari luar
negeri apalagi menyongsong pasar bebas masyarakat ekonomi ASEAN (MEA) akhir
Desember 2015.
Bukan tidak mungkin semua lembaga pelayanan keuangan akan berhamburan
memasuki pasar Indonesia selain berbagai lembaga pelayanan yang sudah ada.
Kompetisi atau keunggulan bersaing tidak lagi pada common bond (ikatan pemersatu) melainkan sejauh mana koperasi
kredit memberikan pelayanan yang terbaik dan unggul dibandingkan dengan lembaga
keuangan lainnya yang tetap berpedoman pada nilai-nilai kebersamaan, kejujuran,
intergritas dan jati diri koperasi sejati.
Koperasi kredit kita, dalam aspek kuantitas sepertinya memberikan gambaran
statistik yang mengangumkan. Data Inkopdit per Juni 2015 melalui website, www.cucoindo.org , ada 975 unit
koperasi kredit dengan 2.530.720 anggota perorangan, simpanan Rp18 triliun,
pinjaman beredar Rp16 triliun dan aset atau kekayaan Rp22 triliun. Wapres Jusuf
Kalla pada puncak peringatan Hari Koperasi Nasional (Harkopnas) ke-68 di
Kupang, Minggu 12 Juli 2015 juga mengakui hal itu. Menurut Wapres bahwa dari
aspek jumlah atau kuantitas, memang pertumbuhan koperasi di Indonesia
berkembang cukup bagus yaitu hingga kini berjumlah 200.000 unit. Namun dari
aspek kualitas, masih harus dibenahi karena masih ada koperasi yang hanya mengandalkan
papan nama dan stempel (Flores Pos, 14 Juli 2015, halaman 1 dan 14).
Keprihatinan dan kritikan Wapres tidaklah berlebihan. Tonnio Irnawan dalam
maklumat juga menyetir bahwa setiap unit Koperasi Kredit ingin tumbuh, baik
jumlah aset, anggota dan SHU. Tentunya bukan tahun ini tumbuh pesat, namun
tahun-tahun berikutnya melempem. Yang kita inginkan adalah pertumbuhan yang
berkelanjutan. Laporan Inkopdit menyebutkan setiap tahun ada unit-unit primer
baru sebaliknya ada unit-unit primer tutup. Pertumbuhan anggota juga ada meski
minim. Tonnio berpendapat bahwa sebab utama Koperasi Kredit tutup karena
ditinggalkan para anggota. Anggota akan tetap setia kepada Koperasi Kreditnya
karena dua hal. Pertama, Koperasi Kredit dapat memenuhi keinginan anggota
(produk simpanan dan pinjaman) dan yang kedua anggota merasa puas dengan pelayanan
yang diterima.
Mengapresiasi pendapat Tonnio Irnawan, pimpinan redaksi PICU dan Wapres
Jusuf Kalla diatas maka penulis memberikan judul tulisan ini adalah ‘Menggugat Kepuasan
Anggota CU/ Koperasi Kredit’. Koperasi kredit kita bertunas, bertumbuh dan
berkembang sudah ada yang mencapai lebih dari 40 tahun. Pertanyaan retoris
menggelitik, entahkah kita sudah memperhatikan secara sungguh kepuasan anggota
dan pelanggan (calon anggota) dengan produk dan pelayanan yang terbaik sesuai
kebutuhan dan selera yang juga terus berkembang sesuai tuntutan zaman dan
hadirnya berbagai tawaran lembaga pelayanan keuangan lainnya.
Kepuasan Anggota
Batasan dan defenisi kepuasan anggota tidak pernah
seragam apalagi final. Pandangan atau pun pengertian kepuasan anggota senantiasa
berubah-ubah dan bervariasi sesuai persepsi masing-masing pakar atau orang yang
memberikan defenisi tentangnya. Penulis mengangkat beberapa teori untuk
membantu pemahaman atau sekedar sebagai panduan agar bisa merangsang diskusi
yang lebih segar dan progresif sesuai perkembangan usaha koperasi kredit kita
saat ini.
Ahli
pemasaran internasional, Philip Kotler dan Kevin Lane Keller (2007:177)
dalam buku ‘Manajemen Pemasaran’
mengatakan bahwa kepuasan anggota dan
pelanggan (konsumen) adalah perasaan senang atau kecewa seseorang yang
muncul setelah membandingkan kinerja (hasil) produk yang dipikirkan terhadap
kinerja yang diharapkan. Anggota
dan pelanggan apabila merasa puas dengan nilai yang diberikan oleh produk dan
pelayanan koperasi kredit sangat besar kemungkinannya menjadi pelanggan dalam
waktu yang lama dalam melakukan transaksi berulang. Pandangan ini terpancar dalam Kotler dan
Armstrong (2001:9) yang menyatakan bahwa kepuasan anggota dan pelanggan (konsumen) adalah sejauh mana anggapan kinerja produk memenuhi harapan
pembeli. Apabila kualitas produk lebih tinggi dari harapan pelanggan maka
pembelinya merasa puas atau amat gembira.
Kualitas versi Philip R. Cateora dan John L. Graham
(2007:39-41) dalam buku ’Pemasaran
Internasional’ terjemahan Shirly Tiolina Pasaribu mendefenisikan ke dalam
dua dimensi yakni perspektif pasar dan kualitas kinerja (pelayanan). Keduanya
merupakan konsep penting namun pandangan konsumen (anggota dan calon anggota
koperasi kredit) atas kualitas produk lebih banyak berhubungan dengan kualitas
dari perspektif pasar dibandingkan dengan kualitas hasil. Atribut kualitas
menurut perspektif pasar merupakan bagian yang terkandung dalam keseluruhan
produk seperti fisik atau inti produk dan seluruh proses pelayanan. Era pasar
yang semakin kompetitif di mana pasar memiliki sejumlah pilihan, banyak
konsumen (anggota dan calon anggota) mengharapkan kualitas produk dan layanan
yang standar bahkan kualitas layanan harus melebihi harapan konsumen.
Pandangan Cateora dan Graham sebetulnya pengembangan dari
penelitian Zeithaml dan Bitner (2000:75) yang mendefinisikan kepuasan sebagai respon
atau tanggapan konsumen mengenai pemenuhan kebutuhan, keinginan dan
permintaannya. Kepuasan merupakan penilaian mengenai ciri atau keistimewaan
produk atau jasa, atau produk itu sendiri, yang menyediakan tingkat kesenangan
konsumen berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan konsumsi konsumen. Kebutuhan,
keinginan dan permintaan konsumen lebih diperdalam oleh Kotler dan Amstrong
(2008:7) dalam buku ’Prinsip-prinsip
Pemasaran’ alih bahasa Bob Sabran. Keduanya menyatakan bahwa kebutuhan pelanggan adalah keadaan dari perasaan
kekurangan bisa saja bersifat fisik, sosial dan pribadi. Kebutuhan fisik
seperti makanan, pakaian, kehangatan dan keamanan sementara sosial seperti
kebersamaan dan perhatian dan kebutuhan pribadi seperti pengatahuan dan
ekspresi diri (bisa juga dalami piramida kebutuhan versi Abraham Maslow).
Berangkat dari berbagai persepsi dan teori tentang
kepuasan konsumen (anggota dan calon anggota) maka dapat disimpulkan bahwa
kepuasan berhubungan sangat erat dengan kualitas produk dan pelayanan yang
diberikan perusahaan atau lembaga termasuk koperasi kredit yang sesuai dengan
kebutuhan, keinginan dan permintaan konsumen. Produk dan kualitas layanan yang
memenuhi bahkan melebihi harapan konsumen maka produk dan layanan tersebut yang
akan dipilih dan dengan demikian bisa meningkatkan loyalitas pelanggan. Dalam
perspektif Koperasi Kredit hendakanya kualitas produk simpanan, pinjaman,
pendidikan kritis dan perlindungan yang didukung dengan kinerja pelayanan yang
prima merupakan sumber kepuasan anggota dan calon anggota. Anggota dan calon
anggota puas maka Koperasi Kredit akan berkembang secara profesional dan
berkelanjutan.
Abaikan SOP
Membaca subjudul di atas, mungkin sebagian besar di
antara kita memunculkan sejumlah nada perlawanan atau tidak setuju. Bagaimana
mungkin lembaga kuangan yang berwatak sosial di tengah usaha modern mengabaikan
standar operasional prosedur (SOP). Apa jadinya koperasi kredit apabila dalam
melakukan transaksi pinjaman mengabaikan SOP? Mengandalkan SOP saja, banyak
kredit macet apalagi tidak mengikuti standar pelepasan kredit yang sudah
menjadi ’pakem’ tertentu yang tertuang secara jelas dan transparan di dalam
pola kebijakan atau pun SOP.
Penulis pun merasa demikian dan bertanya-tanya tanpa jawaban
di dalam hati ketika pertama kali
membaca buku Hendrik Ronald (2014) yang berjudul ”The Power of Service: Bagaimana Cara Menjual 3 Kali Lebih Mahal dan
Pelanggan Justru Berebut”. Jakarta: PT Gramedia.
Hendrik Ronald membuka penjelasannya dengan dialog yang
menarik. ”Restoran apa ini? Saya nggak terima. Semua mau makan, isteri saya mau
makan, anak-anak saya mau makan, hanya karena anak saya yang paling kecil mau
bawa makanan sendiri dari luar, lalu Anda melarang saya makan di sini” teriak
Hendrik pada manajer.
Jawab sang manajer, ”Maaf Pak. Iya, saya melarang Anda.
Anda tidak bisa makan di sini. Ini sudah SOP (Standard Operating Procedure)
kami.” Manajer restoran ngotot bahwa SOP adalah SOP. Harus ditegakkan. Tidak
ada customer yang berada di atas SOP. Semua harus tunduk. Bahkan SOP sering
menjadi tempat berlindung para manajer. Customer mau ngamuk, ya terserah. Yang
penting dia sudah menjalankan SOP.
Entahkah kita setuju apabila SOP justru digunakan untuk
mengusir customer. Mengapa gara-gara ketidakmampuan kita menulis SOP yang baik,
lalu kita memperlakukan customer seperti seorang pelaku kriminal.
Hendrik menyatakan bahwa Tony Hsieh (CEO Zappos.com) meminta
para karyawannya menggunakan penilaian terbaik. Para karyawan diminta untuk
memberikan pelayanan terbaik kepada setiap customer tanpa ada standar. Hanya
ada satu standar, mereka diminta melayani sebaik-baiknya. Gunakan hati dan
pikiran. Para karyawan Zappos diminta untuk membuang semua buku pelayanan yang
malah akan menghambat mereka memberikan pelayanan terbaik. SOP Zappos adalah ”berikan pelayanan terbaik”.
Namun Hendrik juga mengingatkan bahwa ada bagian-bagian
pelayanan yang tidak bisa fleksibel dalam pelayanannya seperti para pilot dalam
menerbangkan pesawat dan lain sebagainya. Dalam kasus koperasi kredit, mungkin
perlu ketat SOP adalah bagian kredit misalnya.
Memang menurut para pakar manajemen pemasaran bahwa untuk
meningkatkan kualitas pelayanan agar memuaskan pelanggan ada beberapa faktor
seperti faktor produk (kualitas produk, hubungan antara nilai sampai pada
harga, bentuk produk dan keandalan); faktor pelayanan (jaminan, respon keluhan
dan cara pemecahan masalah) dan faktor pembelian (pengalaman karyawan,
kemampuan dan kenyamanan).
Di atas semuanya itu, yang paling ditekankan adalah
pelayanan. Kualitas layanan adalah
menciptakan nilai tambah dengan memberikan pelayanan yang melebihi harapan
pelanggan (anggota dan calon anggota). Untuk itu, kita membutuhkan sikap
mendengarkan customer. Seorang ahli negosiasi dunia, William Uri mengatakan
bahwa sebenarnya kita ”mendengarkan untuk didengar”. Seburuk apa pun ide
seseorang, ide tersebut ada benarnya, walaupun hanya dari sudut pandang dia.
Kita harus mengakui ide tersebut benar. Sesekali kita berada dalam posisi
customer.
Memang menciptakan kepuasan anggota melalui peningkatan
kualitas layanan adalah strategi yang ’sulit-sulit mudah’. Sulitnya apabila
demi pelayanan terbaik kepada anggota, kadang kita menyesuaikan berbagai aturan
dengan kebutuhan, keinginan dan permintaan anggota. Akan tetapi apabila anggota
tersebut macet maka kita akan bisa saling menyalahkan satu sama lain lantaran
mengabaikan aturan atau SOP. Mudahnya bahwa kualitas pelayanan akan
meningkatkan loyalitas anggota terhadap koperasi kredit. Apapun itu bahwa
anggota dan calon anggota (customer) harus diberikan pelayanan terbaik sebab
merekalah yang menentukan pertumbuhan dan perkembangan koperasi kredit secara
berkelanjutan.
***
Diposting Malang, 5 Desember 2015
Diposting Malang, 5 Desember 2015
Tantangan koperasi kredit ke depan adalah bagaimana menciptakan kondisi kesejahteraan yang jauh dari ketimpangan. koperasi yang sebelumnya milik anggota sekarang semakin bergeser seakan milik manajer, pengurus dan anggota yang bermodal besar...
BalasHapuspergeseran itu ditandai dengan ketimpangan kesejahteraan yang diperoleh dari hasil usaha koperasi, di mana manajer dapat menikmati nilai lebih berupa gaji yang besar dan bahkan sangat jauh kesenjangannya dengan pendapatan anggota yang miskin. wajah kapitalis telah dmunculkan kembali melalui para manajer dan anggota yang miskin menjadi semakin termarginalkan..... keunggulan koperasi sekarang ini semakin tergerus oleh perilaku oportunis demikian.... di NTT keanggotaan koperasi kredit semakin dipersempit pada sekedar untuk memperoleh jaminan kematian, bukan untuk membangun hidup karena semuanya sudah dikooptasi oleh pihak yang kuat....
Tantangan koperasi kredit ke depan adalah bagaimana menciptakan kondisi kesejahteraan yang jauh dari ketimpangan. koperasi yang sebelumnya milik anggota sekarang semakin bergeser seakan milik manajer, pengurus dan anggota yang bermodal besar...
BalasHapuspergeseran itu ditandai dengan ketimpangan kesejahteraan yang diperoleh dari hasil usaha koperasi, di mana manajer dapat menikmati nilai lebih berupa gaji yang besar dan bahkan sangat jauh kesenjangannya dengan pendapatan anggota yang miskin. wajah kapitalis telah dmunculkan kembali melalui para manajer dan anggota yang miskin menjadi semakin termarginalkan..... keunggulan koperasi sekarang ini semakin tergerus oleh perilaku oportunis demikian.... di NTT keanggotaan koperasi kredit semakin dipersempit pada sekedar untuk memperoleh jaminan kematian, bukan untuk membangun hidup karena semuanya sudah dikooptasi oleh pihak yang kuat....
Terima kasih untuk apresiasi dan perhatiannya. Akan lebih baik apabila hal itu didukung dengan penelitian empiris bukan hanya asumsi hehehe. Saya pikir ini menjadi masukan agar ada penelitian khusus tentang dampak koperasi kredit di NTT terhadap tingkat kesejahteraan anggota, saya baru mulai dengan penelitian aktualisasi jati diri dalam mengembangkan koperasi kredit melalui partisipasi anggota sebagai pemenuhan penulisan tesis. Hasil sementara bahwa koperasi kredit (Sangosay) senantiasa berupaya menjalankan pengelolaanya berdasarkan jati diri meski ada sejumlah catatan. Hasilnya belum digarap final nanti saya akan posting hasil penulisan tesis hehehe. Mari kita membangun bersama koperasi kredit di Indonesia khusunya NTT dan Flores. Sekali lagi terima kasih infomasi dan keprihatinannya.
BalasHapusSaya Ibu Queen Daniel, A pemberi pinjaman uang, saya meminjamkan uang kepada indaividu atau perusahaan yang ingin mendirikan sebuah bisnis yang menguntungkan, yang menjadi periode utang lama dan ingin membayar. Kami memberikan segala jenis pinjaman Anda dapat pernah memikirkan, Kami adalah ke kedua pinjaman pribadi dan Pemerintah, dengan tingkat suku bunga kredit yang terjangkau sangat. Hubungi kami sekarang dengan alamat email panas kami: (queendanielloanfirm@gmail.com) Kebahagiaan Anda adalah perhatian kami.
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut