Minggu, 07 Februari 2021

"AHY" dan Partai Demokrat Masih Bisa Diselamatkan

Oleh Kosmas Lawa Bagho

Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Malang (UM)

Agus Harimurti Yudhoyono

Partai Demokrat termasuk masih baru dalam warna-warni perhelatan perpolitikan Indonesia. Partai Demokrat didirikan atas inisiatif saudara Susilo Bambang Yudhoyono yang terilhami oleh kekalahan terhormat saudara Susilo Bambang Yudhoyono pada pemilihan Calon Wakil Presiden dalam Sidang MPR tahun 2001. 


Tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh saudara Vence Rumangkang, saudara Prof. Dr. Subur Budhisantoso, saudara Prof. Dr. Irsan Tandjung, saudara Drs. Sutan Bhatogana MBA, saudara Prof. Dr. Rusli Ramli dan saudara Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM.

Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08.-138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat.

Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan. Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat.

Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18-19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia (Bdk. "Sejarah Partai Demokrat" dalam http://demokrat-diy.or.id/sejarah-dpd-pd-diy/ diakses tanggal 06 Februari 2021.

Partai Demokrat bagaikan bayi baru lahir langsung berlari (istilah pribadi penulis). Baru diakui secara legal formal pada tanggal 18-19 Oktober 2002 setelah mendapatkan SK Menkeh dan HAM Nomor M.MU.06.08-138 tanggal 25 September 2001, Partai Demokrat dengan kepercayaan diri penuh berpartisipasi pada Pilpres tahun 2004 yang merupakan sejarah tonggak awal demokrasi Indonesia, seorang presiden dan wakli presiden dipilih langsung oleh seluruh rakyat dari Sabang smpai Merauke. 

Tidak tanggung-tanggung, kader yang diusung Partai Demokrat, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono terpilih menjadi presiden  yang dilantik pada tanggal 20 Oktober 2004. Memimpin Indonesia bersama wakil presiden waktu itu Yusuf Kalla hingga tahun 2009. Pada pilpres tahun 2009, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono berpasangan dengan Bapak Budiono terpilih lagi mejadi presiden  hingga  tanggal 20 Oktober 2014.

Rasanya Partai Demokrat memiliki catatan sejarah tersendiri dalam menyiapkan kader menjadi pemimpin di negeri ini. Dua kali memenangkan Pilpres dipilih secara langsung oleh rakyat merupakan "prestasi" yang tidak bisa dianggap remeh oleh para pengurus dan para kader Partai Demokrat sendiri dan juga partai-partai lainnya.

 Ujian Itu Datang

Dua periode kepemimpinan nasional dipegang oleh kader Partai Demokrat. Sejak tanggal 20 Oktober 2004 - 20 Oktober 2014 merupakan masa-masa emas bagi Partai Demokrat untuk memberikan yang terbaik bagi seluruh rakyat NKRI.

Dua periode menunjukkan bahwa kinerja kepemimpinan nasional yang lahir dari rahim Partai Demokrat dianggap sanggup membuat hati rakyat Indonesia jatuh cinta dan setia kepada pemimpin yang merupakan kader Partai Demokrat.

Di tengah masa kejayaan tersebut terselip ujian bagaikan "rumput" selalu tumbuh di tanaman "padi" di huma atau sawah. Kita semua sudah tahu sejumlah permasalahan yang menimpa para kader dan Partai Demokrat. Berbagai ujian ini belum sungguh-sungguh diatasi sehingga membuat Partai Demokrat dalam Pilpres dua kali sejak tahun 2014 tidak sanggup lagi mengirimkan kadernya untuk berkonstestasi. 

Ujian itu makin dahsyat kita saksikan saat ini. Memang ada keterbelahan pendapat baik kader maupun para pakar politik. Pendapat itu bahkan saling berseberangan. Tulisan ini tidak masuk dalam dua pendapat tentang pernyataan "AHY" berkaitan "kudeta" kepemimpinan Partai Demokrat melainkan lebih fokus pada  Partai Demokrat yang sedang berjaya diterpa ujian karakter agar menjadi partai modern yang militan dan berkarakter.

Tantangan atau ujian itu dialami hampir semua lembaga apalagi lembaga politik seperti Partai Demokrat. Partai Golkar pun pernah mengalaminya bahkan hampir bubar sebelum jadi partai yakni Golkar. Sejak zaman Orde Baru, Golkar berkolaborasi dengan ASN (PNS) dan aparat keamanan zaman Orde Baru sangat kuat berhadapan dengan PDI dan PPP.

Rasa-rasanya dua lembaga politik tersebut tidak punya makna apa-apa dihadapan Golkar termasuk dalam pengambilan berbagai keputusan politik dan kebijakan nasional saat itu.

Golkar sepertinya tak terkalahkan. Namun seiring dengan perjalanan kesadaran demokrasi rakyat kebanyakan, Golkar juga jatuh. Sekali lagi ujian itu sangat berat dan sejumlah kalangan dan rakyat menginginkan agar Partai Golkar tak bisa eksis di Negara Kesatuan Republik Indonesia. 

Bapak Akbar Tanjung dkk berjuang ekstra keras, mengkonsolidasi diri dan ambil tanggungjawab untuk tetap mempertahankan eksistensi Golkar yang melahirkan Partai Golkar hingga saat ini.

Hampir semua Partai Politik mengalami ujian yang sama. Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang merupakan fusi dari berbagai partai juga mengalami ujian maha berat. PDI mengalami ujian sehingga melahirkan PDI Perjuangan dibawah pimpinan Ibu Megawati Soekarno Putri.

Perjuangan dan konsolidasi diri membuat PDI Perjuangan memimpin negeri ini mulai Ibu Megawati Soekarno Putri (pemilihan melalui MPR) dan kini Bapak Joko Widodo (Jokowi) untuk periode keduanya melalui pemilihan langsung oleh rakyat.

 "AHY" dan Demokrat Perlu Konsolidasi Diri

Gonjang-ganjing isu "kudeta" memang membuat "AHY" dan Demokrat dalam ujian dan tantangan. Dunia IT yang semakin meluas tentu membawa berita baik buat "AHY dan Demokra"t dan juga memiliki tantangan yang semakin dahsyat. Tergantung bagaimana "AHY dan Demokrat" melakukan perubahan-perubahan organisasional yang lebih solid sehingga "AHY dan Demokrat" masih bisa diselamatkan.

"AHY" adalah putra "SBY" yang merupakan perekat bagi Partai Demokrat. "AHY" bisa menjadi "nilai lebih" bagi Partai Demokrat apabila "AHY" dan seluruh kru Partai Demokrat bisa melakukan konsolidasi secara sungguh-sungguh secara internal. Konsolidasi kedalam memperkuat berbagai organ Organisasi Partai Demokrat mulai dari Ranting hingga Pusat akan lebih bertahan terhadap berbagai badai ujian dan gangguan baik dari internal dan juga eksternal (jika ada).

Penulis sangat yakin bahwa apabila "AHY dan Partai Demokrat" melakukankonsolidasi yang jujur dan objektif lalu mengambil langkah-langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat dari Sabang sampai Merauke terutama pada saat covid-19 ini maka "AHY dan Partai Demokrat Masih Bisa Diselamatkan" bahkan bisa "terbang" lebih tinggi di mata dan hati rakyat Indonesia.

Bapak 'AHY" merupakan kader muda potensial.  Lakukan berbagai kegiatan nyata yang berdampak langsung pada perbaikan kehidupan rakyat. Tinggalkan "branding"  tanpa aksi nyata di lapangan. Hanya dengan aksi nyata, pastilah rakyat akan menyaksikan dan tiba gilirannya akan mendukung seperti tahun 2004 hingga 2014 lalu. Solidkan Partai Demokrat menuju 2024.

Abang "AHY" selamat berkarya melakukan konsolidasi internal Partai Demokrat agar bisa meyakinkan rakyat NKRI tercinta.

Salam dari Ende Flores yang juga sedang berjuang melahirkan Provinsi Kepulauan Flores (PKF). Mohon maaf apabila tulisan ini tidak bermanfaat.

Tulisan ini lahir sebagai sesama saudara sebangsa agar "kader muda potensial" tidak terlempar begitu saja dari percaturan perpolitikan nasional. Belajar banyak dan berbuat lebih banyak, selebihnya Tuhan akan menyempurnakan. Tuhan memberkati.

 ***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar