Jumat, 16 Oktober 2015

Daperma: Gerakan Solidaritas

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Staf Puskopdit Flores Mandiri
Mahasiswa S2 Manajemen Universitas Negeri Malang

Catatan:
Tulisan ini telah dikirim ke Tabloid Mentik tanggal 10 Oktober 2015 untuk menjawab permintaan pimpinan redaksi, Bapak Agust G. Turu.



Daperma adalah kependekan dari Dana Perlindungan Bersama dengan variasi produk perlindungan yang dikembangkan oleh BK3I dan kini Induk Koperasi Kredit (INKOPDIT) berdasarkan persetujuan seluruh Pusat Koperasi Kredit (PUSKOPDIT) serta Koperasi Kredit (KOPDIT) primer dari Sabang sampai Merauke, dari Natuna hingga Flores meski tidak semua Koperasi Kredit primer menjadi anggotanya.

Program Daperma  diluncurkan Inkopdit sudah sejak lama. Persisnya tahun 1977. Hampir  38 tahun. Bukan waktu yang pendek. Ada ribuan cerita suka duka, jatuh bangun, sukses dan gagal. Peluncuran produk ini sendiri memiliki tujuan dan manfaat yang paling mulia. Membantu meringankan beban penderitaan maupun kesedihan para alihwaris anggota koperasi kredit/CU yang cacat dan meninggal dunia. Juga melindungi koperasi kredit dari kerugian akibat beban pinjaman yang ditinggalkan anggota bersangkutan. Daperma bagaikan payung pelindung yang aman sebelum hujan kedukaan benar-benar tiba.
Merujuk pada visi, misi, tujuan dan manfaat tersebut maka sudah selayaknya semua Koperasi Kredit di Nusantara memiliki akses yang sama untuk mengikuti program Daperma ini. Apalagi ada misi yang mau diusung adalah gerakan solidaritas antara anggota Koperasi Kredit dan Koperasi Kredit itu sendiri. Solidaritas antara yang besar, kuat terhadap yang lemah bahkan yang fenomenal adalah gerakan solidaritas antara sesama yang lemah. Cara kerjanya bagaikan seikat ‘sapu lidi’ bukan ‘tahi kambing’ yang berserakan di mana-mana tanpa arah dan tanpa kekuatan.
Pendiri Credit Union, Friedrich Wilhelm Raiffesien (1818-1888) menulis dengan penuh keyakinan “Berulangkali telah kami nyatakan bahwa di Credit Union, uang tidak bisa menjadi tujuan akhir melainkan sebagai alat untuk memperbaiki kondisi seluruh anggotanya dalam segala hal. Target utamanya adalah membangun kekuatan moral dan fisik. Inilah prasyarat dari semua kemajuan (John Bamba, 2015. CU Gerakan: Konsepsi Filosofi Petani, cover bagian dalam). Friedrich melihat bahwa bukan uang menjadi kekuatan Daperma melainkan kekuatan moral dan fisik. Utak atik dari sisi uang semata membuat gerakan solidaritas ini tidak akan bertahan.
Namun menjadi pertanyaan, mengapa tidak semua Koperasi Kredit memiliki kemauan dan secara sukarela tanpa paksaan untuk bergabung dalam gerakan solidaritas ini? Ada macam-macam alasan yang masuk akal. Alasan masuk akal itu hendaknya menjadi refleksi dan otokritik bagi pengelola untuk mengubah mindset pengelolaan yang lebih profesional dan berdaya guna bagi semua anggota yang terlibat di dalamnya.
Program Daperma dengan berbagai produk dan persyaratannya pun telah melakukan berbagai terobosan perubahan dan menggerakkan partisipasi semua anggota yang mau dan akan bergabung mulai dari perencanaan, pembahasan dan pelaksanaan serta evaluasi dan monitoring. Tidak ada lagi yang keluar dari gelanggang solidaritas ini.  Dengan demikian diharapkan semua Koperasi Kredit boleh terlibat secara sukarela untuk membangun Daperma sebagai kekuatan gerakan solidaritas pelayanan baru yang memiliki ‘bargaining position’ secara nasional. Kita bersatu pasti akan tetap teguh, kuat, tangguh dan langgeng untuk selamanya. Tidak ada dusta di antara kita. Semuanya transparan tanpa buka-bukaan secara tak beraturan. Semoga!!!

***
Diposting Malang, 16 Oktober 2015


Tidak ada komentar:

Posting Komentar