Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang
BAB
I
MANAJEMEN KOMPENSASI
1.1
Identifikasi
Masalah Faktual
Manajemen
kompensasi sudah menjadi kebutuhan prioritas perusahaan mana pun apalagi
berhadapan dengan kompetisi yang makin ketat terutama menghadapi pasar bebas.
Perusahaan atau organisasi bisnis atau pun organisasi sosial masyarakat mau
tidak mau, suka tidak suka memperhatikan hal yang krusial demi keberhasilan dan
keberlanjutan organisasi atau perusahaan. Sudah banyak penelitian yang menggarap
dengan tema manajemen kompensasi.
Masalah
kompensasi selain sensitif karena menjadi pendorong seseorang untuk bekerja
juga karena berpengaruh terhadap moral dan disiplin kerja. Oleh karena itu,
setiap perusahaan atau lembaga bisnis atau organisasi apa pun seharusnya dapat
memberikan kompensasi yang seimbang dengan beban kerja yang dipikul oleh tenaga
kerja. Dengan demikian dapat mewujudkan penciptaan tenaga kerja yang berdaya
guna serta meningkatkan produktivitas perusahaan (Siswanto Sastrohadiwiryo,
2003).
Pernyataan
Sastrohadiwiryo sejauh pengamatan penulis justru menjadi benang merah segala
persoalan kompensasi dalam kaitan dengan perusahaan atau lembaga bisnis. Ada
beragam penelitian menyangkut hubungan kompensasi dengan produktivitas,
kompensasi dengan kepuasan kerja karyawan, kompensasi dengan motivasi kerja, kompensasi
dengan profitabilitas kompensasi dengan kinerja. Dalam sejumlah penelitian
tersebut, melihat satu titik pokok persoalan bagaimana kompensasi yang
diberikan perusahaan bisa berpengaruh langsung (signifikan) terhadap variabel
dependen (terikat).
Kompensasi
bisa membuat banyak orang mencari pekerjaan untuk memenuhi kehidupan. Hal ini
diungkapkan secara jelas oleh Veithzal Rivai & Jauvani Sagala (2013) yang
menyatakan bahwa kompensasi menjadi alasan utama mengapa kebanyakan orang
mencari pekerjaan.
Pernyataan ini
dirasakan kurang memenuhi rasa kemanusiaan manusia sebab seolah-olah alasan
orang mencari pekerjaan hanya untuk memenuhi kebutuhan ‘perut’ tanpa melibatkan
keseluruhan pribadi manusia yang sangat kaya dan kadang misteri. Juga ada
pendapat yang menyatakan bahwa semakin baik kompensasi yang diberikan oleh
perusahaan dalam sudut pandang karyawan maka akan semakin tinggi tingkat
motivasi kerja karyawan (Andri Tanjung, 2005).
Motivasi
kerja mahluk yang bernama manusia baik sebagai mahluk pribadi serentak mahluk
sosial, motivasi kerja di dalam perusahaan senantiasa diukur dengan kompensasi.
Kompensasi semakin besar seolah-olah secara otomatis akan meningkatkan motivasi
dalam memberikan kontribusi terbaik bagi perusahaan. Ternyata masih ada faktor
lain yang ikut mempengaruhinya. Kendati pun ada keterbatasan dalam penelitian,
namun bagaimana pun berbagai penelitian tersebut memberikan kontribusi bagi
pribadi manusia untuk mengeksplore kekayaan dirinya agar bisa memberikan yang
terbaik bagi perusahaan yang menjadi pilihan pribadinya untuk pengembangan
diri.
Dari
berbagai persoalan yang berkaitan pribadi manusia dengan kompensasi, penulis
tertarik pada penelitian pengaruh kompensasi terhadap produktivitas perusahaan.
Kompensasi merangsang pribadi manusia secara keseluruhan untuk berkontribusi
sehingga menciptakan produktivitas perusahaan sekaligus sebagai gambaran nyata
produktivitas pribadi manusia dalam keseluruhan aspeknya. Artinya produktivitas
pribadi manusia lahir-batin akan mempengaruhi produktivitas perusahaan.
Pengatahuan, wawasan, ketrampilan, kepribadian menjadi titik fokus dalam
menciptakan produktivitas.
Hasibuan
(2010) menyatakan bahwa kompensasi yang baik dapat meningkatkan produktivitas
kerja karyawan. Pendapat ini didukung oleh Wilson Bangun (2012), kompensasi
menjadi perhatian banyak organisasi dalam mempertahankan dan manarik sumber
daya manusia yang berkualitas. Artinya bukan hanya kompensasi membuat
produktivitas perusahaan tetapi kompetensi dan keprbadian pribadi karywan yang
produktivitas bisa meningkatkan produkvitas perusahaan. Pribadi manusia itu
produktif dulu baru menciptakan produktivitas perusahaan sehingga
melipatgandakan kompensasi yang akan diterima karywan bersangkutan.
Wahyuni
Alimuddin (2012) dalam penelitiannya tentang pengaruh kompensasi terhadap
produktivitas perusahaan melihat dari dua sisi sama kuat. Pertama, kompensasi
dari sisi perusahaan. “Perusahaan memandang, pemberian kompensasi atau balas
jasa merupakan suatu biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak perusahaan. Untuk
itu, perusahaan melakukan penilian prestasi kawyawan sehingga perusahaan
menjamin adanya kontribusi prestasi atas setiap rupiah kompensasi yang
diberikan kepada karyawan”. Juga dilihat
dari sisi karyawan. “Sudut pandang karyawan, kompensasi sebagai alat
mempertahankan kelangsungan hidupnya secara ekonomis dan proses aktualisasi
diri”.
Proses
aktualisasi diri artinya pribadi karyawan bersangkutan melihat kompensasi
sebagai hadiah (hak) setelah dirinya memberikan yang terbaik dari dirinya untuk
produktivitas perusahaan dan tidak akan lari apabila perusahaan sedang krisis.
Justru perusahaan atau lembaga bisnis dalam keadaan krisis menjadi media
pembuktian segala kemampuan dan potensi yang dimiliki untuk membangun kembali
perusahaan bersangkutan. Hal ini sangat kontras dengan apa yang penulis alami
pada periode 1997-2000, waktu awal bekerja pada lembaga pemberdayaan masyarakat
akar rumput melalui koperasi kredit. Panggilan jiwa itulah yang terus mendorong
untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan atau lembaga bisnis apalagi
lembag itu sedang krisis.
Untuk
itu, persoalan kompensasi bukan terletak pada uang atau kebaikan perusahaan
melainkan ada pada diri atau pribadi karyawan itu sendiri. Di sini letaknya
keagungan pribadi manusia dalam memperoleh kompensasi setelah memberikan
kontribusi (kewajiban) pada perusahaan. Kompensasi itu sebuah hadiah bukan
sebuah kewajiban. Apabila hadiah maka hanya orang-orang yang pantas menerimanya
setelah memberikan kontribusi. Tidak berarti perusahaan tidak memikirkan kompensasi
namun orang-orang berkualitas dengan berkepribadian unggul akan menjadi terus
mendorong perusahaan pada prestasi terbaik. Untuk itu, perusahaan wajib
memberikan asupan makanan pendidikan, pelatihan, lokakarya, studi banding dll
agar kualitas karyawan itu tetap unggul sehingga memberikan produktivitas bagi
perusahaan yang telah merekrutnya.
1.2 Kerangka Konseptual Mendasar yang Menjadi Solusi
Persoalan manajemen kompensasi bukan terletak pada
lembaga, perusahaan atau organisasi apalagi uang melainkan sangat bergantung
pada manusia itu sendiri. Ada pepatah tua mengatakan,”Besar kecilnya gaji atau
kompensasi anda, terletak pada diri anda sendiri”. Adagium ini mau
memperlihatkan bahwa kompensasi dalam bentuk apa pun tidak bergatung pada
lembaga, orang lain tetapi terletak pada kualitas diri secara pribadi yang
penuh dengan kekayaan potensi karyawan itu sendiri. Potensi karyawan itu
produktif sehingga bisa memberikan dampak pada produktivitas perusahaan. Agar
pribadi karyawan bisa produktif maka selain potensi alami yang diberikan Tuhan
namun juga karena proses belajar. Proses belajar bisa secara otodidak maupun
sekolah (formal) maupun informal. Thomas Alfa Edison dalam Tony Buzan (2005)
menulis “1 persen ilham, 99 persen ketekunan”. Produktivitas pribadi karyawan
ternyata lebih banyak berasal dari proses belajar yang tekun.
Untuk itu dapat ditarik kesimpulan
dari persoalan di atas adalah pertama-tama, meningkatkan produktivitas pribadi
karyawan sebelum menjadi karyawan, prduktivitas pribadi karyawan dihasilkan
melalui potensi alami dan proses belajar (formal, non-formal dan informal),
produktivitas pribadi karyawan yang berkualitas diharapkan akan menghasilkan
produktivitas dan profitabilitas perusahaan dengan demikian akan mendapatkan
kompensasi yang adil dan layak berdasarkan kontribusinya yang diberikan. Persoalan
mendasar ada pada produktivitas pribadi karyawan.
***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar