Senin, 22 Desember 2014

Kenampakan & Kenyataan 1

Oleh Kosmas Lawa Bagho
Mahasiswa Pascasarjana Universitas Malang



Pendahuluan
“Cara Gila Menuju Manusia Hebat: Dengan Pemanfaatan Batin” sebuah judul fenonenal yang kami sematkan pada buku internal magister manajemen tahun akademik 2014/2015 sebagai realisasi kreativitas kumpulan tulisan untuk membedah sisi-sisi manajemen dari perspektif filsafat. Tulisan ini meski jauh dari kesempurnaan, kami berjuang sebagai ‘legacy’ sederhana buat penambahan perbendaharaan referensi intelektual pendekatan filfasat pada manajemen yang menjadi kosentrasi perkulian magister manajemen.

Menjadi pertanyaan mendasar bahwa cara gila menuju manusia hebat: dengan pemanfaatan batin itu suatu kenyataan atau ketampakan. Ia bisa disebut kenyataan lantaran ada buku yang nanti akan dicetak dan bisa dibaca namun serentak kenampakan lantaran judul buku bersangkutan masih menunjukkan tanda-tanda menuju perealisasian cita-cita nyata untuk menjadi manusia hebat. Entahkah itu menjadi kenyataan benar-benar nyata masih membutuhkan proses dan waktu yang cukup lama tidak hanya 1 tahun, 5 tahun tetapi secara berkelanjutan.
Pertanyaan tentang kenyataan dan kenampakan menjadi isu yang ingin dibahas secara khusus pada penutup (epilog) buku ini. Ketampakan dan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari kadang tidak dapat dibedakan bahkan publik kerapkali menyamakan kedua kata yang sesungguhnya memiliki makna berbeda makna tersebut. Publik mengidentifikasikan kenampakan kadang sebagai kanyataan atau sebaliknya kenyataan menjadi kenampakkan. Dengan demikian membutuhkan pemahaman dan pemikiran yang lebih mendalam untuk bisa membedakan keduanya secara jelas dan objektif sebab keduanya memunculkan ambuigitas di dalam kehidupan sehari-hari.


Apabila tidak mendapatkan pemahaman yang benar di antara keduanya bukan tidak mungkin akan membawa konsekuensi pada pengambilan keputusan terutama para manajer bisnis atau perusahaan. Keadaan seperti ini semakin krusial apabila manajemen puncak dalam upaya mengambilkan keputusan penting yang memiliki dampak pada perusahaan atau pun harkat dan martabat manusia orang-orang yang mengabdi pada perusahaan dimaksud. Misalnya, dalam peniliaan prestasi karyawan, manajer tidak mengetahui atau membedakan kenampakan dan kenyataan perilaku karyawan dalam mewujudkan target-target yang ditetapkan perusahaan bisa saja manajer mengambil keputusan keliru tentang karyawan dimaksud. Apalagi pengambilan keputusan hanya berbasiskan ‘gosip atau isu’ sebagai ketampakan dianggap sebagai kenyataan. Dampaknya karyawan potensial bisa saja mendapatkan perlakuan yang tidak ‘fair’ bahkan dipecat dari perusahaan.
Untuk itu sudah menjadi urgensitas bagi lembaga bisnis atau perusahaan memahami serta membedakan secara jelas tentang ‘ketampakan dengan kenyataan’. Keduanya, nampaknya bukan sesuatu yang rumit dan seolah-olah tidak bermanfaat namun apabila ditelusuri lebih mendalam dan sungguh-sungguh memberikan manfaat yang sangat menguntungkan bagi perusahaan, sebaliknya apabila tidak diperhatikan secara serius akan membawa kerugian dan penyesalan yang mendalam bagi perusahaan terutama para manajer dalam mengambil keputusan krusial bagi perusahaan yang dipimpinnya.
Atas dasar itu, dalam tulisan terakhir ini, kami berkenan memberi ulasan seadanya sebagai tambahan wawasan dan ketrampilan bagi manajemen perusahaan dalam mengambil keputusan lebih berdasarkan kenyataan yang telah ditelusuri secara mendalam dengan bantuan filsafat ketimbang hanya berbasiskan ketampakan yang kadang sebagai bingkai “fatamorgana’ yang manipulatif dan juga tidak jarang destruktif di dalam kehidupan bersama termasuk di dalam lembaga bisnis atau perusahaan.
Ulasan ini bagaikan percikan api yang membakar cara berpikir dan membuka jendela bernalar para manajemen puncak dan para penanggungjawab perusahaan untuk bersungguh-sungguh mendalami segala sesuatu hingga yang paling hakiki bukan tergoda pada apa yang nampak atau ketampakan saja kadang membawa kerugian atau ketidak beruntungan bagi diri, keluarga, masyarakat dan perusahaan yang dipimpinnya. Kecerdasan nalar dan akal budi sangat membantu dalam pengambilan keputusan yang arif dan bijaksana tanpa merendahkan martabat sebagai pribadi dan sesama yang lain. 
***

Tidak ada komentar:

Posting Komentar