Oleh Kosmas Lawa Bagho, S.Fil; M.M
Kabid. Pendampingan Puskopdit Flores Mandiri
Alumnus Pascasarjana Universitas Negeri Malang
Catatan:
Penulis
telah menyelesaikan studi pada Universitas Negeri Malang dengan judul
tesis "Aktualisasi Jati Diri Dalam Pengembangan Koperasi dan Peningkatan
Partisipasi Anggota: Studi Kasus pada Koperasi Kredit Sangosay, Ngada,
NTT". Penyelesaian penggarapan tesis tepat waktu sekaligus tepat waktu
penyelesaian keseluruhan studi pascasarjana juga sangat bergantung pada
kesediaan narasumber dalam memberikan data dan fakta mereka secara
pribadi. Dalam aras penghargaan khusus kepada para narasumber maka saya
akan memposting semua hasil wawancara lengkap penulis dengan 18
narasumber secara berseri dan berurutan:
TRANSKRIP WAWANCARA
Nomor
|
2
|
Hari/Tanggal
|
Rabu, 17 Februari 2016
|
Nama Informan
|
Philipus Lusi/PL
|
Waktu
|
13.30 – 15.00 Wita
|
Jabatan
|
Wakil Ketua Pengurus
|
Tempat
|
Kantor Kopdit Sangosay
|
Topik
|
1.
Jati Diri Koperasi
2.
Pengembangan Kopdit
|
Hasil
wawancara antara peneliti (P) dengan Bapak Philipus Lusi (PL) sebagai berikut:
P :
Terima kasih atas waktu dan kesediaannya untuk mendalami jati diri koperasi dan
pengembangan koperasi kredit Bapak. Sejak kapan mengenal koperasi dan Koperasi
Kredit Sangosy? Siapa yang memperkenalkan kepada Bapak?
PL :
Terima kasih pak. Saya mengenal koperasi umumnya pada tahun 1986 ketika duduk
di SMA. Waktu itu ada koperasi sekolah dan kebetulan dipercayakan sebagai
pengurus. Saya kenal koperasi dari penjelasan para guru dan terlibat sebagai
pengurus. Sementara Koperasi Kredit Sangosay, saya kenal awal tahun 1989 ketika
mengikuti kursus dasar (kurdas) credit
union waktu itu yang bersertifikat. Para pemberi seperti Bapak Blas Sawu
Nono, Bapak Moses Mogo dan Bapak Theodorus Dekresano. Mereka semua adalah
pengurus Koperasi Kredit Sangosay dan Bapak Moses dari BK3D NTT Barat (Badan
Koordinasi Koperasi Kredit Daerah NTT Bagian Barat) sebuh lembaga sekunder saat
itu dan kini dikenal dengan Puskopdit (Pusat Koperasi Kredit) Flores Mandiri
yang berkedudukan di Ende.
P :
Bagaimana cara mereka memperkenalkan koperasi kepada Bapak ?
PL :
Jika koperasi pada umumnya melalui materi dalam kelas dan terlibat langsung
sebagai pengurus sementara Koperasi Kredit Sangosay, ia melalui kursus dasar
bersertifikat selama 5 hari. Oleh karena selama 5 hari tersebut, kami mendalami
kegiatan dan produk pelayanan credit union cukup menarik sehingga saya langsung
menjadi angggota dan ini terlibat sebagai pengurus (wakil ketua).
P :
Kalau begitu menurut Bapak, apa itu koperasi?
PL :
Kumpulan orang secara sukarela dan otonom, berusaha bersama-sama memenuhi
kebutuhan. Intinya koperasi itu kumpulan orang dan modal sebagai sarana
pemberdayaan. UU Koperasi Nomor 25 Tahun 1992 mendefinisikan sebagai badan usaha
yang membedakan dengan PT atau pun CV.
P :
Bagaimana Bapak sebagai pengurus menerangkan definisi kepada anggota? Bagaimana
tanggapan anggota?
PL :
Pendidikan dan desiminasi disesuaikan dengan kondisi riil yang dapat dipahami
masyarakat. Dalam proses pendidikan ada materi khusus tentang jati diri
koperasi (definisi, nilai dan prinsip) dan poin-poinnya harus kontekstual agar
memudahkan pemahaman anggota ataupun calon anggota. Dengan demikian para
pendengar memahami, tentu mereka akan melaksanakannya atau bahasa keren
sekarang ‘mengaktualisasikan’.
P :
Sejauh mana pelaksanaan defenisi koperasi dalam keseluruhan lembaga koperasi
kredit Bapak?
PL : Koperasi
Kredit kami cukup berusaha menerapkan definisi koperasi dalam pengelolaan.
Misalnya, kami melakukan pengelolaan ini secara bersama-sama baik sebagai
pengurus maupun anggota di atas dasar saling percaya yang menjadi landasan
filosofi koperasi termasuk koperasi kredit. Dalam koperasi kredit ini,
kesulitan masing-masing orang diatasi secara bersama-sama melalui upaya-upaya
menyetor simpanan, tabungan dan lainnya serta uang hasil simpanan dipinjamkan
kepada sesama anggota yang membutuhkan. Anggota peminjam menyetor kembali
pinjaman secara tertib sehingga dapat dipinjamkan kepada yang lain. Unsur
kebersamaan dan saling percaya menjadi dasar pelaksanaan definisi koperasi atau
pun koperasi kredit. Ada saling
meneguhkan sebagai sesama anggota yang bermartabat. Itu pikiran saya pak.
P : Apa saja tantangan penerapannya? Apa jalan
keluar yang Bapak usahakan sebagai pengurus?.
PL : Tantangan yang kami hadapi adalah salah
pemahaman atau persepsi pada lembaga koperasi pada masa lalu. Koperasi
dipersepsikan sebagai lembaga sosial yang bertugas untuk meminjamkan uang tanpa
usaha mengembalikan. Hal ini juga dipengaruhi pengalaman masa lalu sehingga
koperasi kurang berkembang lantaran tidak berbasiskan pada jati dirinya yang
sesungguhnya. Usaha yang kami
lakukan adalah pendidikan, motivasi dan militansi. Peningkatan SDM fungsionaris
juga menjadi titik sentral perhatian koperasi kredit. Melalui kegiatan-kegaitan
penyadaran yang terprogram dan teratur diharapkan anggota maupun fungsionaris
bisa memahami secara benar definisi koperasi dan diterapkan secara konsisten
dan komitmen.
P : (Terima kasih Bapak, mari kita melangkah
pada nilai). Menurut Bapak, apa nilai koperasi?
PL :
Sesuatu yang penting, semangat serta arah pengelolaan. Nilai menjadi roh bagi
pengurus dan anggota untuk bertanggungjawab secara bersama-sama mengembangkan
koperasi kredit menjadi wadah bagi anggota dalam meraih kesejahteraan lahir dan
batin. Nilai sebagai roh utama pengelolaan koperasi kredit yang berintegritas.
P :
Sebutkan nilai-nilai koperasi yang Bapak ketahui?
PL :
Solidaritas, kejujuran, tanggungjawab, kemandirian, keadilan dan kebebasan.
P :
Apakah ada manfaat nilai-nilai koperasi bagi koperasi kredit Bapak?
PL :
Sangat bermanfaat dan sangat penting.
Nilai-nilai menjadi fundamen pelaksanaan koperasi kredit sehingga koperasi
kredit kami bisa berkembang sejauh ini. Bayangkan koperasi kredit tanpa
nilai-nilai “bagaikan membangun rumah di atas pasir, sehingga datang angin
tantangan dan ujian, koperasi kredit akan cepat jatuh”. Nilai menjadi rambu-rambu
pengelolaan sehingga tujuan utama koperasi kredit dapat tercapai.
P :
Bagaimanakah Bapak menerangkan nilai-nilai koperasi kepada anggota? Apa
kendalanya? Bagaimana solusinya?
PL :
Pendidikan dan pelatihan serta motivasi kepada anggota, kami terus menjelaskan
nilai-nilai koperasi yang harus dilaksanakan semua komponen koperasi kredit
kami. Baik sebagai anggota apalagi fungsionari (pengurus dan manajemen). Selain
itu, kami menginternaliasi melalui forum ritual visi, misi, nilai dan gambaran
masa depan dalam forum RAT atau pertemuan lainnya. Ini merupakan proses
internalisasi dan penyadaran nilai-nilai koperasi agar terus diingatkan dan
dihayati secara lebih baik. Tantangan:
belum ada tantangan besarnya, hal yang biasa adalah sebagian anggota atau fungsionaris
belum memahami dan menghayati dalam operasionalnya misalnya pelayanan kepada
anggota belumlah sempurna. Solusi:
Lebih sering melakukan pendidikan, pelatihan dan motivasi dengan lebih
meningkatkan partisipasi anggota; melakukan seminar atau forum sharing
pengalaman; melakukan kunjungan anggota yang lebih intensif meski harus
menghitung biaya yang dikeluarkan harus seimbang dengan hasil yang diraihnya.
P :
Apa tanda-tanda anggota melaksanakan nilai-nilai koperasi dalam partisipasinya
sebagai anggota?
PL :
Anggota memenuhi hak dan kewajibannya; anggota termotivasi menyimpan, meminjam
dan mengembalikan secara teratur; terus meningkatnya kehadiran dalam kegiatan
pelatihan, pertemuan dan RAT serta melaksanakan kewajiban-kewajiban lainnya
secara bertanggungjawab.
P :
(Terima kasih Bapak, kita beralih
pada prinsip koperasi). Menurut pendapat Bapak, apa itu prinsip koperasi?
PL : Prinsip menurut saya dasar-dasar yang harus
ditaati komponen koperasi yang menjadi arah, pedoman ke mana koperasi melangkah
sebagai wadah pemberdayaan masyarakat akar rumput. Ada 7 prinsip namun yang
saya ingat dan kami laksanakan adalah pendidikan, kemandirian, demokrasi,
partisipasi, keterbukaan, kerjasama antar koperasi dan lain sebagainya.
Koperasi Kredit Sangosay cukup disiplin dalam melaksanakannya apalagi ada
materi khusus dalam program pendidikan dasar yang terus diperkenalkan dan berusaha
untuk dihayati baik dalam kelompok koperasi kredit maupun secara perorangan.
Tujuh prinsip menjadi lokomotif bagi individu dan koperasi kredit untuk
berkembang lebih maju dan semakin bermartabat sebagai manusia. Sekali lagi uang
atau modal hanya sarana pemberdayaan, manusialah yang menjadi prioritas dalam
sepak terjang pengelolaan Koperasi Kredit Sangosay sejak berdiri hingga kini
dan diharapkan menjadi warisan berharga bagi generasi berikutnya.
P : Seberapa pentingkah prinsip-prinsip koperasi
dalam meningkatkan pengelolaan koperasi kredit Bapak?
PL :
Sudah berulang kali saya katakan bahwa prinsip itu sangat penting dalam lembaga
koperasi kredit dan perorangan. Tanpa prinsip, orang atau lembaga bagaikan
membawakan kapal kehidupan tanpa kompas yang jelas. Tanpa prinsip, tujuan,
visi, misi koperasi kredit ini tak akan tercapai. Hanya berputar-putar ditempat
bahkan ada peluang untuk diselewengkan. Dengan demikian kemajuan yang kami
rasakan saat ini, tidak akan pernah terjadi.
P :
Prinsip-prinisip manakah yang Bapak ingat dalam pelaksanaannya?
PL :
Hampir semua 7 prinsip, kami laksanakan dalam pengelolaan koperasi kredit kami.
Keanggiotaan yang terbuka dan sukarela. Koperasi kredit terbuka bagi semua
orang yang mau menjadi anggota tanpa melihat latar belakang, suku ras dan
agama. Apapun yang penting orang bersangkutan mengikuti berbagai aturan yang
berlaku yang telah disepakati dalam Rapat Anggota Tahunan maupun forum
pertemuan lainnya. Otonomi dan kemandirian, koperasi kredit kami sangat
mengandalkan apa yang dipunyai pada anggota untuk dikembangkan bersama.
Fasilitasi pemerintah hanya dalam regulasi dan pengawasan. Partisipasi anggota
sangat transparan dalam memberikan berbagai saran, kritik dan pengambilan
keputusan dalam Rapat Anggota serta menerima berbagai pelayanan koperasi kredit
termasuk SHU. Kerjasama antar koperasi, kami lakukan dengan berbagai kegiatan
bersama meski kadang ada persaningan yang tidak sehat dalam implementasi
menggarap anggota. Pendidikan dan pelatihan telah menjadi roh yang menggerakkan
semua kegiatan pengelolaan koperasi kredit sehingga koperasi kredit kami dapat
bertahan dan berkembang maju hingga saat ini sejak tahun 1977.
P :
Apa tantangan yang dihadapi dalam melaksanakan prinsip-prinsip dimaksud?
PL :
Tantangan yang kami hadapi semakin banyak anggota juga semakin banyak persepsi.
Kadang persepsi atau pun pemikiran tidak lagi sejalan dengan prinsip dan nilai
koperasi kredit. Kesalahan persepsi yang bersifat spekulatif seperti dalam
pengajuan pinjaman kadang merugikan koperasi kredit (kredit macet) tetapi juga
diri angggota sendiri. Anggota tenggelam dalam aroma ketidakjujuran dengan diri
sendiri dan keluarga maupun masyarakat secara kelembagaan koperasi kredit.
Kadang keinginan atau kebutuhan indivisu lebih dipentingkan dari pada
kepentingan bersama dalam satu ikatan kekeluargaan sebagai keluarga besar
koperasi kredit.
P :
Bagaimanakah jalan keluar yang Bapak tempuh agar prinsip-prinsip koperasi dapat
diterapkan secara konsisten dan komitmen?
PL :
Pendidikan, pelatihan dan motivasi harus terus dilaksanakan dengan
metode-metode yang lebih menyakinkan. Anggota harus terus diberi pencerahan dan
penyadaran bahwa anggota adalah pengguna sekaligus pemilik koperasi kredit
sehingga mati hidupnya koperasi kredit sangat bergantung pada pemahaman dan
penghayatan anggota terhadap prinsip-prinsip koperasi. Di luar prinsip,
koperasi kredit tidak akan berkembang dan tidak akan berkelanjutan.
P : (Baik Bapak, kita berdiskusi agak marathon.
Kini kita beralih pada proses pengembangan Koperasi Kredit Sangosay).
Menurut Bapak, apa alasan mendasar sehingga Bapak dan kawan-kawan membentuk
Koperasi Kredit ?
PL :
Kami tidak memiliki impian yang muluk-muluk pada waktu awal. Alasan kami
membentuk koperasi kredit ini pertama, membantu meringankan beban para guru dan
pegawai di lingkungan Yasukda (Yayasan Persekolahan Katolik Ngada) yang
mengalami kesulitan biaya anak sekolah, biaya rumah sakit dan terlibat utang.
Kedua, saling membantu pada lingkungan kecil. Ketiga, membebaskan anggota dari
rentenir dan keempat, membantu anggota membuka usaha produktif.
P :
Bagaimana Bapak mengembangkan koperasi kredit?
PL :
Suatu pertanyaan yang bagus, membuat saya dan kawan-kawan sebagai pengurus yang
mendapatkan mandat langsung dari anggota melalui RAT (Rapat Anggota Tahunan)
untuk terus mereflesikan diri dalam mengembangkan koperasi kredit ini. Yang
kami lakukan adalah motivasi melalui para guru dengan cara cerita dari mulut ke
mulut, para pengurus (fungsionaris) mengembangkan kapasitas diri melalui
pelatihan dan sharing pengalaman; melakukan studi banding (sejak muncul program
kopdit model 2000 kerjasama dengan CCA-Kanada dengan Inkopdit dan BK3D kini
Puskopdit Flores Mandiri; pengeloalaan manajerial harus mengarahkan pada
manajemen profsional; menciptakan variasi produk pelayanan; pengenalan koperasi
kredit pada anak usia dini dan merangsang jiwa wirausaha anggota melalui
pelatihan, sharing usaha berhasil dan pendampingan.
P :
Capaian-capaian apa saja yang telah dihasilkan?
PL : Ada
dua jenis capaian yang saya lihat dan saksikan. Pertama, capaian-capaian yang
bersifat kuantitatif seperti pertumbuhan jumlah anggota, peningkatan jumlah
simpanan anggota, pertambahan modal kerja, pertambahan pendapatan, peningkatan
perputaran pinjaman anggota, penurunan kredit macet dan pertambahan aset atau
kekayaan yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Untuk yang ini pak Kosmas
(peneliti) dapat dilihat pada statistic Koperasi Kredit Sangosay yang termuat
pada Laporan Pertanggungjawaban Pengurus dan Pengawas pada setiap akhir tahun
pada Rapat Anggota Tahunan (RAT). Yang kedua adalah capaian kualitatif yang
memang agak sulit diukur secara kuantitatif tetapi dapat dilihat dan dirasakan
yaitu tingkat kesadaran anggota dalam menabung, pola hidup hemat dan ada
perencanaan usaha meski dalam ukuran yang masih sederhana dan kecil-kecil.
Kehadiran koperasi kredit ini cukup membantu anggota dan masyarakat semakin
tidak bergantung pada orang lain tetapi mulai percaya diri untuk membangun
ekonomi sendiri dalam kebersamaan.
P :
Tantangan apa yang paling Bapak rasakan ketika membentuk, menumbuhkan dan
mengembangkan koperasi kredit Bapak?
PL :
Setiap usaha apa saja pasti ada tantangan. Demikian juga dengan koperasi
kredit. Tantangan awal yang paling saya rasakan adalah setiap orang merasa awam
dengan koperasi apalagi koperasi model pemerintah (Koperasi Unit Desa) pernah
ada lalu bubar atau kurang berkembang positif; yang kedua, setiap orang merasa
ragu khususnya pengelolaan koperasi yang semakin besar takutnya bubar seperti
yang lain, ketiga kurangnya pemahaman anggota terhadap koperasi kredit sebagai
lembaga keuangan dan lebih dimengerti sebagai lembaga sosial; respon pesimistis
dari masayarakat untuk menjadi anggota koperasi kredit karena trauma masa lalu
seta perilaku instan sekelompok masyarakat dan sebagian anggota menjadi
tantangan tersendiri.
P : Usaha-usaha apa yang Bapak lakukan untuk
mengatasi tantangan di atas agar koperasi kredit Bapak tetap bertumbuh dan
berkembang hingga saat ini?
PL : Kami tetap memperhatikan pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan menjadi kunci utama baik tingkat dasar maupun tingkat
lanjutan. Juga peningkatan kemampuan SDM para pengelola baik pengurus,
pengawas, penasihat, general manajer, para manajer cabang dan staf serta
melakukan ekspansi wilayah pengembangan dan pelayanan kepada anggota dan
masyarakat.
P :
Bagaimana koperasi kredit Bapak menarik minat kaum muda dan anak-anak untuk
menjadi anggota? Apa alat ukurnya? Mengapa memilih segmentasi anak-anak dan
kaum muda?
PL :
Anak-anak penabung Sipinar (Simpanan Ingin Pintar) mempersiapkan anak-anak
ketika usia produktif mereka akan menjadi anggota. Anak-anak itu ketika usia 17
tahun, secara otomatis menjadi anggota. Anak-anak dan kaum muda merupakan cara
kami membuat kaderisasi anggota agar koperasi kredit berkelanjutan. Anak-anak
dan kaum muda dilatih hidup hemat sejak usia dini dan muda.
P : Apa saja produk dan pelayanan koperasi kredit
Bapak?
PL : Untuk lebih lengkapnya bisa dilihat pada
brosur. Yang saya ingat ada macam-macam simpanan seperti simpanan pokok,
simpanan wajib, simpanan kapitalisasi, simpanan bunga harian, simpanan
berjangka, simpanan untuk pendidikan, simpanan pensiunan dan simpanan
pelajar-mahasiswa. Untuk pinjaman ada pinjaman umum khusus untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari, pendidikan anak, beli tanah, beli kendaraan, bangun
rumah dll serta pinjaman khusus untuk usaha produktif anggota baik menengah dan
besar. Satu lagi pinjaman microfinance untuk anggota atau kelompok usaha yang
masih kecil. Selain simpanan dan pinajaman ada juga program pendidikan dan
pelatihan baik untuk anggota maupun pengelola serta perlindungan baik yang
sakit maupun meninggal dunia.
P : Bagaimana koperasi kredit Bapak mengembangkan
usaha-usaha produktif anggota? Mengapa koperasi kredit Bapak membidik bagian
ini? Apa tantangannya dan apa solusinya?
PL :
Baik. Ini pertanyaan yang sulit dan saya berusaha menjawab satu persatu,
mudah-mudahan bisa menjawab rasa penasaran atau rasa ingin tahu peneliti
hehehe. Saya pikir pertanyaan ini sangat penting demi pertumbuhan, perkembangan
koperasi kredit kami secara berkelanjutan. Seharusnya, kami terus melakukan
evaluasi bagian yang penting ini. Yang kami lakukan adalah pertama,
menginventarisir usaha ataupun potensi usaha anggota yang perlu dikembangkan.
Berdaasrkan inventarisasi tersebut kami berikan pendampingan dan pelatihan dan
juga menyiapkan pinjaman khusus untuk usaha produktif mulai dari kecil,
menengah dan besar sesuai kebutuhan usaha anggota. Kami juga mulai merekrut
calon karyawan berdasarkan usaha anggota sehingga mereka kelak bisa menjadi
konsultan usaha anggota sebab kami percaya bahwa apabila usaha produktif
anggota berhasil akan meningkatkan pendapatan ekonomi rumah tangga anggota,
anggota sejahtera dan koperasi kredit dapat mengurangi kredit macet sebab
anggota tertib mengangsur pinjaman, juga melalui usaha ini dapat memperluas
segmen anggota dan meningkatkan partisipasi anggota yang tinggi terhadap
koperasi kredit. Tantangan yang kami
hadapi adalah prosentasi pinjaman usaha produktif masih belum optimal sebab
anggota masih lebih ke pinjaman pendidikan dan kesejahteraan, pendampingan dari
kopdit masih kurang optimal juga ditambah lagi pemahaman berwirausaha baik
pengurus maupun anggota masih rendah serta perilaku kurang konsisten terhadap
usaha dan pembukuan usaha masih campur dengan pembukuan rumah tangga bahkan
sebagian anggota yang berusaha belum ada catatan sama sekali hehehe. Ini
menjadi tantangan sekaligus peluang bagi kami untuk mengatasinya. Caranya, memberikan pelatihan,
pendampingan kepada kelmpok-kelompok kategori usaha, sharing usaha bagi
wirausahawan/I yang berhasil dalam pra-RAT, RAT maupun pertemuan-pertemuan
serta sharing usaha pada masing-masing anggota. Saya mau katakan bahwa usaha
produktif anggota sukses, koperasi kredit berkelanjutan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar